Perasaanku bercampur
menjadi satu, bag adonan roti
Dipenuhi dengan tepung
mewakili bingungku
ditambahkan telur
sebagai gelisahku
Tak lengkap bila tak
kutambahkan baking soda, dialah sedihku
Gula sebagai pemanis dan
kutaburi meses sebagai bunga-bunga hatiku
Satu masalah, aku ingin
membuat roti yang utuh
Namun entah mengapa
roti itu terbagi dua
Tentulah dia tak
sesempurna yang kuinginkan
Aku ingin dia bulat dan
aku yang membaginya
Jika terbagi dua saja,
aku tak menginginkannya
Terbagi dua, ke dalam
ukuran yang sama
Aku menginginkannya, namun
tak tahu harus yang mana
Tak mungkin pula aku
pilih keduanya
Aku tahu, semuanya
sama, rasanya tentu sama
Namun, aku selalu
berhati-hati menentukan pilihan
Aku tak ingin salah
pilih…
Tapi, jika aku tak memilihnya,
aku pun tak ingin roti itu untuk orang lain
Egois memang, jahat
memang, walau itu agar roti itu tak sia-sia
Tapi, hatiku masih tak
rela
Pikiranku masih
berusaha membujuk hatiku, namun hasilnya nihil
Kucoba sentuh satu
bagian, menggetarkan jiwa
Entah mengapa tubuhku
menjadi panas dingin,
Jantungku terlonjak,
berpacu begitu cepat
Hatiku terasa tentram
namun pikiranku kalut
Ada otot yang menarik
garis bibirku melengkung,
Namun aku memaksa tak
bisa, aku dapat menelan obat karenanya
Aliran darahku terasa
berhenti, wajahku memucat
Dan inginku, aku ingin
tidur sebentar saja
Kusentuh bagian yang
kedua, menentramkan jiwa
Entah jiwaku terasa
tentram, suhuku dingin membeku
Jantungku pun terkejut,
namun berpacu dengan lembut
Pikiranku ikut kalutt,
memikirkan segala hal
Ada perasaan bahagia di
hatiku
Sendi-sendiku memintaku
berbuat bodoh, berlaku manja
Bibirku tak hentinya
tersenyum memandang roti itu,
Yang memberiku segelas
madu
Aku akan memilih yang
mana, aku pun tak tahu
Aku tak ingin pil pahit
dari yang pertama,
Namun, yang kedua pun
tak selalu memberiku madu
Kesadaranku pulih,
Aku tak bisa dengan
keduanya,
Adik kecilku mungkin
meneteskan air mata karena yang pertama
Dan yang kedua batinku
menolakk,
Walau waktu yang sama,
di mataku yang kedua lebih coklat
Tiingg!! Bunyi itu
menyadarkanku…
Masih banyak roti yang
lainnya
Yang lebih baik, yang
lebih sempurna
Yang dapat kubagi
sesukaku
Aku harus melupakan
kedua bagian roti itu
Komentar
Posting Komentar