Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

SI WAJAH TEMBOK

Kulihat ia di kejauhan Menjulang tinggi halangi mentari Wajahnya bercahaya Cerah, secerah langit biru Aku suka wajah temboknya.                 Namun, saat matanya bertemu mataku                 Sendi-sendiku meminta berpaling                 Membuat matanya hanya bertemu punggungku                 Membuatku bebas melukis senyum                 Kurasakan pandangannya menembus sum-sumku Wajahnya terbayang Awan imajinasiku hanya menampilkan wajah itu Tatapan itu Tatapan yang tak mampu kubalas Akankah arti tatapan itu sama dengan arti tatapanku? Depest, 11 November 2015

PERANG

SUARA-SUARA PERANG Suara meriam membahana Menggelegar bag halilintar murka Allah Suara gedung runtuh memekakkan telinga Teringat keringat para kerja yang membangunnya Suara peluru saling bersahutan Bertukar sama kemudian bersarang di organ manusia Suara oarng tua mencoba mengimbangi Hilir mudik mencari sang buah hati Suara tangis anak-anak tak terdengar Mencoba menutup telinga, namun suara meriam yang mereka dengar Suara-suara senjata, jeritan-jeritan ketakutan Teriakan minta tolong, suara-suara perang Fajar mulai menyingsing, perang telah usai Suara-suara cairan darah memancar dari jantung Suara-suara ketakutan masih terdengar Suara-suara orang tua semakin keras Suara-suara kesakitan Suara-suara perang Suara-suara yang cba didengar dunia Depest, 15 Juni 2015 AKU dan PERANG Kini, semua telah usai Kota cerah itu berubah suram Bangunan kokohnya menghilang seketika Pijakan bukan lagi tanah, namun puing-puing bata merah M...