Ada sebuah rasa yang hilang.
Ada segenggam daging beraliran yang tak kembali.
Ahh kini aku paham hiperbola manusia jaman dulu.
Tak kasat mata namun benar-benar lenyap.
Ia datang memaksa masuk walau segala ventilasi tertutup rapat.
Pintu dibanting keras tak membuatnya bungkam.
Tatapan sayu menatap.
Ah aku tak kuasa. Aku lah manusia ras terlemah.
Ia masuk.
Mengacak-acak segalanya.
Seakan gravitasi tekuk tak berdaya lagi.
Kadang di atas kadang tersedu di bawah.
Diam-diam dia mencuri. Dia mengambil sebagian yang lain.
Iya aku tahu, aku pergi.
Mempertimbangkan segala unsur dan mempertaruhkan segenggam yang sudah dia renggut.
Aku takut...
Aku takut api yang dibakar 700 tahun akan menyentuh kulit kami. Kulit kita.
Tangan yang dulunya setia menggenggam itu... aku takkan tega dia melepuh karena api.
Aku tahu kamu tahu tapi aku benar-benar tahu kamu tak paham sama sekali. Tak pernah walau sedikit.
Manusia-manusia kesayangan kita.
Takkan pernah tega kutukar pengorbanan mereka dengan lampiaskan mereka ke api neraka demi nafsu kita.
Seluruh kesakitan ibu saat melahirkan takkan tega kutukar dengan besi panas membakar ubun-ubunnya.
Seluruh pengorbanan dan kerja keras ayah takkan tega kubalas dengan tombak api menancap di wajahnya.
Cukuplah di duniaku kusakiti mereka tanpa sengaja
Walau sekarang, kita merasa telah dewasa.
Namun selalu sulitkan mereka.
Akankah akhirat mereka kita hancurkan jua?
Aku memang tak kenal rupa ayah ibumu
Dan mungkin kamu anggap ini ilusi, tapi aku sudah menyayangi mereka pula
Terlepas dari mencintaimu dahulu akankah terbilang semu muslihat setan atau bukan
Aku pun tak tega ayah ibumu tanggung semua tingkah kita.
Aku memasukkan 4 orang terhebat ke neraka karena sebuah iman yang mumpuni lawan hawa nafsu.
Aku takkan tega.
Iya, aku pergi.
Dan aku tahu dengan pasti kamu akan dapat penggantiku
Sekeras apa pun kamu akan mengelak (saat berpisah), aku tahu dengan pasti itu akan terjadi
Dan sekarang mungkin sudah terbukti
Terima kasih dulu pernah memintaku dan terima kasih tidak memaksaku
Karena aku takkan pernah tahu bagaimana rupa hatiku sekarang ketika aku mengiyakan semua pintamu sebelumnya.
Kamu mengambil sebagian yang lain.
Asal kamu tahu itu.
Kamu belum mengembalikannya.
Atau aku yang harus diam-diam mengambilnya kembali?
Seperti ketika kau mengambilnya.
Ada bagian yang hilang.
Yang akan kuganti dengan bagian baru. Cinta dari-Nya
Pergilah!
Cari bagian yang lainmu.
Meski aku berharap bagian yang lainmu tak serupa denganku.
Sebelum kamu benar-benar yakin dan siap untuk ikrarkan janji suci.
Ahh aku siapa.
Aku tak ada urusan lagi denganmu.
Tapi akankah adil bila kuanggap dunia akhirat saudara seimanku adalah wajibku kemudian kamu tidak?
Kamu saudara seimanku.
Bila tidak kuingatkan, itu berarti masih ada segenggam harapan dariku padamu.
Karena aku membedakanmu
Ahh sekarang kamu sama.
Kamu sama dengan yang lain.
Tak ada yang istimewa. Tak ada yang spesial.
Luka lama yang telah mengering, tolong jangan dibuka lagi!
Komentar
Posting Komentar