Langsung ke konten utama

F


Aku mendengar suara yang kukenali, aku terdiam membeku di tempatku. Adrenalin di tubuhku bekerja lebih cepat, mataku memanas, aku berlari menuju kamar mandi, menutup telingaku dan menenggelamkan wajahku di antara kedua lututku. Aku merasa ingin menghilang. Aku ingin berteriak kencang akhirnya aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya di sana.
***

kita putus ya”bibirku bergetar mengucapkannya tetapi aku harus terlihat tegar, aku tidak boleh menangis. 

tapi kenapa sia? Apa salah aku? Tolong kamu jelasin apa salahku dan aku akan memperbaikinya”terdengar suara yang sangat frustasi. 

masalahnya bukan di kamu, tapi aku”

“kamu ada masalah apa? Biar kita perbaiki sama-sama”

“enggak bisa, Elang. Udah gak bisa diperbaiki”

“maksud kamu apa?”

“kamu terlalu baik buat aku, aku gak pantes buat kamu”

“Freesia, aku udah sering ngedengerin alasan itu di sinteron, aku enggak nyangka akan mengalaminya juga.apa aku harus jadi penjahat dulu biar bisa sama kamu?”

“aku udah gak sayang lagi sama kamu”hening. Maafkan aku, Elang! “aku pergi”aku berbalik arah, derai sedari tadi kutahan akhirnya luruh juga. Aku mengusahakan bahuku agar tidak bergetar, ia tidak boleh tau aku menangisi ini. Biarlah dia membenciku. 
***

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Aku membenci sosok yang dipantulkan cermin itu, sosok itu begitu kotor, menjijikkan dan tidak layak untuk hidup. Dia tidak layak mendapatkan semua kebahagiaan yang dia punya. Keluarganya begitu menyayanginya tapi apakah dia layak mendapatkannya? Sesosok lelaki baik bernama Elang begitu mencintainya dan ia merasa sangat tidak layak mendapatkannya. Pantulan itu membenci semua orang yang terang-terangan menyukainya, ia begitu membenci orang-orang menganggapnya saudara, menganggapnya sahabat, menganggapnya teman dekat. Ia sangat membencinya. Semakin banyak cinta yang ia dapat semakin ia merasa muak dengan dirinya sendiri. Mengapa orang-orang itu begitu menyayanginya? Ia bukan siapa-siapa, ia manusia biasa yang sangat menjijikkan. Orang-orang begitu baik, mereka tidak seharusnya menyayangi seonggok daging itu. Ia benci dianggap baik karena ia tidak begitu. Ia benci diperlakukan special karena ia tidak layak mendapatkannya. Ia tidak pantas akan semua cinta yang ia punya. Dia adalah aku. Aku yang sangat kubenci. 

Darah mengalir setitik demi setitik dari pergelangan itu, aku telah mencampakkan lelaki yang begitu baik dan begitu tulus hanya karena aku merasa tidak layak mendapatkannya. Saat aku mengatakan dia terlalu baik, itu bukan alibi. Apakah aku pantas dengan penjahat saja? Aku rasa aku tidak pantas dengan siapapun. Aku seharusnya tidak memulai hubungan dengan siapapun, siapa aku yang mencoba memulai hubungan semacam itu? aku seharusnya menjadi keras dan dingin sebagaimana aku dahulu. Setelah mencobanya, aku menjadi memahami aku benar-benar tidak pantas untuk siapapun. Menikah? Aku tidak akan pernah lagi memasukkannya dalam daftar rencana masa depanku. Masa depan? Memangnya aku punya itu? masa depanku sudah hilang beberapa tahun silam. Apakah itu sebabnya aku sangat takut menghadapi masa depan? Karena aku merasa aku sudah tidak memilikinya. 

Aku tahu tak ada manusia yang sempurna bahkan seorang psikiater. Saat berada di ruang tunggu, aku mendengar psikiaterku dan rekan-rekannya sibuk menertawakan orang yang baru saja konsultasi dengannya. Apakah ia juga melakukannya padaku? Akhirnya aku selalu mengatakan aku baik-baik saja bahkan ketika aku sangat hancur. Oh yah, aku menemui psikiater beberapa bulan yang lalu. Aku mengalami depresi. Kenapa? Karena suara-suara di kepalaku yang menyuruhku mati, karena…aku begitu membenci diriku sendiri. Aku merasa selalu ingin melukai diriku sendiri yang begitu kubenci itu. aku selalu mempertanyakan kelayakanku untuk hidup. 
***

Aku memasuki rumah ketika baru saja pulang dari rumah Dandelion.

Assalamualai…”aku mematung di tempatku berdiri, mataku terbelalak, perasaan itu kembali lagi. Aku merasa ingin memuai saat itu juga. 

waalaikumussalam”tidak jangan menjawab, aku benci suara itu. mataku mulai memanas. 

kenapa enggak masuk Freesia?”Tanya ibuku. Aku akhirnya memberanikan diriku memasuki rumahku sendiri.

baru pulang?”tidak, dia bertanya kepadaku? Apa aku tidak salah dengar.

iya”aku mencoba kuat dengan menjawabnya tanpa melihatnya sedikit pun dengan dada bergemuruh hebat. Aku mempercepat langkahku hingga segera tiba di kamar. Aku bernapas dengan terpatah-patah, aku menjambak rambutku, dadaku terasa ingin terbelah dan mengeluarkan segala isinya. Setelah semua yang terjadi? Tidakkah dia ingat? Atau hanya aku yang mengingatnya? Hanya aku yang setiap hari dihantui memori itu? begitu ringan ia menyapaku, tidakkah dia tahu aku begitu ketakutan? Tidakkah ia sadar ia telah menghancurkan hidupku?  Ia telah menghancurkan segalanyaa, aku harus menderita depresi karena dia, aku harus meminum pil pahit setiap hari karena dia, aku harus selalu berkonsultasi dengan psikiater karena dia. Lalu ia menyapaku dengan begitu mudahnya? Apakah dia sudah gila? Atau aku yang sudah gila?  Tidakkah dia tau perasaan tertekan yang aku alami bertahun-tahun lamanya, menahan dan memendam semuanya sendiriann. Aku bahkan membenci diriku sendiri karenanya. Aku melukai diriku sendiri karena merasa sudah sangat tidak berharga lagiii. Semua ini karenanya dan ia mengajakku berbicara? Aku bahkan tidak sanggup menatap wajahnya lagi,a ku tidak sanggup mendengar suaranya. Aaarghh aku bisa gila jika ini terus menerus terjadi. Apakah aku mati saja?

Iya, dia telah melecehkanku. Iya, aku korban pemerkosaan. Walaupun itu sudah terjadi begitu lamanya, tapi aku merasa sudah tidak bisa hidup lagi karenanya. Aku memendamnya sendiri karena aku tidak tahu akan seperti apa masyarakat memperlakukanku setelahnya. Aku sudah hancur lebur, aku sudah babak belur, aku hanya tidak ingin menambah garam di atas luka. Aku sudah sangat terluka. Bagiku, sudah tidak ada lagi masa depan. Masa depan hanya lelucon. Entah mengapa aku masih menjalani hidupku, entah mengapa aku berlaku seolah-olah sedang mencoba mencapai masa depan gemilang padahal dia sudah tiada. Aku terkadang ingin memecahkan cermin yang memantulkan wajahku, wajah berdosa dan menjijikkan itu. see? Aku benar kan? Aku sangat tidak layak untuk siapapun, aku tidak layak hidup. Bagaimana masyarakat akan menghakimiku dengan semua ini? Aku tidak pernah menggoda siapapun, aku hanya bocah SD yang berpakaian seperti bocah pada umumnya. aku selalu menanamkan itu di kepalaku tapi aku tetap jijik melihat diriku sendiri. Apakah benar aku harus mati saja? Toh aku sudah snagat berdosa, tempatku sudah jelas. 
***

apa yang ingin aku katakan adalah, berhenti selalu menghakimi korban. Kita tidak tau cerita di balik kisah hidup seseorang. Aku benci sekali melihat kasus pelecehan, kekerasan seksual ataupun pemerkosaan. Dengar, jangan selalu menyalahkan pakaian, bagaimana jika yang terjadi seperti kisah di atas? Predator seks tetaplah predator. Mereka seharusnya dipenjara seumur hidup. Mereka menghancurkan hidup orang lain, ada begitu banyak serupa yang tidak dilaporkan. Kita harus sadar mengapa hal itu bisa terjadi. Kita sebagai masyarakat terlalu tertarik kepada korban bahkan cenderung mengabaikan pelakunya. Tanpa kalian hakimi pun, korban sudah cukup menghakimi dirinya sendiri, tanpa kalian caci dan menatap mereka dengan pandangan jijik pun, mereka sudah cukup jijik dengan dirinya sendiri. Jangan sampai kita menjadi masyarakat yang toxic, yang juga menghalangi korban untuk melaporkan kejadian yang ia alami. Aku berani bertaruh, si penjahat dipenjara pun, bahkan dibunuh pun tetaplah tidak akan mengembalikan hidup korban seperti semula. Hidup korban tidak akan sama lagi. Maka dari itu marilah kita menjadi masyarakat yang mendukung korban-korban pelecehan seksual, bukan menjadi masyarakat yang memandang rendah korban. Kemarin aku baca thread di twitter makanya jadi kepikiran nulis gini, dia gak sampe diperkosa sih tapi tetap saja meninggalkan bekas, menghasilkan trauma, buktinya waktu itu korban masih SD dan ia masih mengingatnya hingga sekarang? Bahkan dia takut dekat-dekat sama cowok. Dunia ini benar-benar sudah gila, predator seks harus dimusnahkan!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...