Langsung ke konten utama

PUZZLE SAMA SISI

 


Jarum runcing di jam yang melingkar di pergelangan tangan Aira menunjukkan pukul 17.30, bagaskara bersiap-siap untuk berpamitan setelah menunaikan tugasnya hari ini dan bersiap memberi terang pada penduduk Bumi dalam diamnya melalui rembulan. Perjalanan sepulang kerja selalu diwarnai rangkaian besi-besi besar bermuatan wajah kusut penuh peluh. Isi kepala dan lelah daksa membuatnya abai pada indahnya jingga tanda pamitnya sang bagaskara. Benda empuk di tempat bernama rumah serta segarnya alir menjadi damba. Namun, berbeda dengan dua insan yang tengah asik bercengkrama menikmati henti sejenaknya roda empat yang mereka tumpangi akibat sesaknya muatan jalanan. Sekadar bertemu sapa dan bertukar cerita mampu mengisi kembali daya yang terkuras akibat  hampir dua belas jam digunakan untuk bergelut dengan kertas dan layar komputer.  

kalau salat di rumah keburu gak?”Tanya yang laki-laki.

“kayaknya enggak nih, ini masih panjang. Nanti berhenti di masjid depan warteg bu Rona aja. Sekalian mampir makan”ucap Aira sembari memeriksa jam di tangannya.

“okay”

Masjid depan warteg bu Rona terlihat lumayan ramai karena tempatnya yang memang lumayan strategis sebagai masjid pertama yang ditemui setelah melonggarnya jalan raya dari kendaraan-kendaraan berbagai ukuran. Aira dan Sena bergegas turun mendengar panggilan beribadah yang semakin kencang berkumandang.

“ra, nanti langsung ke warteg aja ya. Biar mobil parkir di sini aja”ujar Sena.

“oke”jawab Aira.

Keduanya kemudian berjalan beriringan menjauhi mobil, Aira berjalan masuk mencari tempat wudhu perempuan dan Sena berjalan beberapa langkah lagi sekitar 200 meter demi menjumpai sebuah vihara yang tak kalah ramainya dengan rumah peribadatan di sebelahnya.

***

Aira dan Ibu tengah duduk di ruang TV menikmati hari libur yang sangat berharga bagi budak korporat sepertinya. Aira sedang bertukar pesan dengan Sena melalui telepon genggamnya sementara Ibu sedang berkutat dengan sulamannya sampai tiba-tiba Aira bersuara,

“bu, nanti malam Aira izin keluar sama Sena yah!”

“mau malam mingguan yah?”Tanya Ibu sembari tersenyum namun tidak mengalihkan pandangannya.

“iya hehe”Aira menjawab sambil cengengesan.

“boleh, tapi Aira jawab pertanyaan ibu dulu”kini Ibu sudah memfokuskan dirinya pada Aira tanda beliau ingin berbicara serius. Aira yang melihat itu merasa kerja jantungnya sedikit meningkat. Ia hanya melontarkan Tanya melalui tatapannya. “Aira sudah bisa melihat adanya masa depan dengan Sena?”lanjut Ibu.

DEG

Pertanyaan yang paling Aira takutkan. Selama tiga tahun menjalin hubungan dengan Sena, pertanyaan semacam itu yang paling ia hindari. Biasanya ia hanya akan menjawab “liat nanti aja deh, mau jalanin dulu”. Tapi ketika pertanyaan itu keluar dari mulut ibunya rasanya ia sudah tidak memiliki celah untuk menghindari Tanya itu. selama ini sang malaikatnya itu selalu mendukung apapun yang Aira lakukan bahkan ketika mengenalkan Sena pada ibunya setahun yang lalu pun Ibunya masih mendukungnya. Sejujurnya Aira tak pernah menyembunyikan apapun dari Ibunya, namun hubungan tak biasanya dengan Sena tak semudah itu ia ungkapkan. Bayang-bayang kemurkaan Ibunda disertai pengusiran pada Sena membuatnya meragu, namun segala ketakutannya segera luruh karena tangan ibunya malah terbuka lebar untuk Sena. Namun sepertinya keberuntungan itu sudah habis masanya, ibunya mulai mempertanyakan kelanjutan hubungan mereka. Aira sadar, ia dan Sena sudah berada di usia yang cukup matang untuk hubungan yang serius. Sudah habis masanya mereka menghindari jenis pertanyaan itu. Kesempatan yang Tuhan mereka masing-masing berikan sepertinya sudah mencapai batas. Aira menatap ibunya dengan mata berlapis bening tipis yang dapat pecah kapan saja.

“belum bu”hanya itu yang mampu Aira ucapkan. Ibunya kembali tersenyum lembut.

“selama ini ibu tidak menentang hubungan Aira dan Sena karena Ibu percaya kalian sudah cukup dewasa untuk memutuskan. Bagaimana pun akhirnya nanti, ibu percaya kalian sudah memikirkannya sebelum memulai. Mungkin ibu terkesan jahat karena membiarkan yang mungkin nantinya akan lebih menyakitkan kalian, tapi ibu percaya Aira dan Sena cukup bijak untuk ini dan akan belajar sendiri nantinya. Sekarang ibu Tanya, apa Aira dan Sena menjalani ini semua sambil mengharap salah satunya akan menyerah dengan Tuhannya?”Tanya ibu lagi.

Bening di mata Aira sudah pecah dan hanya mampu menggelengkan kepala. Selama ini, ia dan Sena selalu mendukung satu sama lain dalam menjalankan kewajiban sebagai umat dari kepercayaan yang mereka yakini. Sena selalu mengingatkan Aira untuk salat tepat waktu, ikut puasa jika Aira puasa senin kamis1 dan begitu pun dengan Aira yang selalu mengingatkan Sena untuk sembahyang bahkan kerap menemaninya ke vihara saat hari Uposatha2 meski tentu hanya menunggu di mobil. Mereka menghargai kepercayaan masing-masing meski bohong jika tak pernah terbesit pun keinginan Aira untuk berada dalam satu amin dengan Sena. Tapi sungguh, itu hanya ego yang tak ingin Aira beri asupan lebih karena ia pun takkan mampu melakukannya.

Ibu segera meraih Aira ke dalam pelukannya, membiarkan putri semata wayangnya meluruhkan seluruh kekalutannya dalam bentuk air mata. Ibu pun dapat merasakan bagaimana kedua anak manusia itu saling mencintai satu sama lain, namun ibu tak punya kuasa akan urusan yang lebih besar darinya itu. Ibu merasakan sakit yang Aira rasakan namun tak dapat berbuat apa-apa. Ibu hanya berharap Aira dan Sena dapat menemukan jalan terbaik bagi mereka. Apapun itu, Ibu akan selalu mendukung keduanya.

***

Terlewat satu purnama sejak perbincangan Aira dengan Ibu di ruang TV di rumah sederhana mereka. Topic itu masih bergelayut di pikiran Aira, otaknya sudah memberikan berbagai pilihan yang tinggal Aira putuskan, namun hakim tertingginya bernama hati tak dapat menerima semua pilihan itu. Terhitung beberapa kali Aira ingin membahasnya bersama Sena namun ketika melihat senyum dan perlakuan lembut Sena, semua pemikiran tentang itu kembali terhempas. Tidak, Aira tak akan sanggup. Bagaimana nantinya hidupnya tanpa Sena? Apa ia mampu? Jelas jawabannya tidak. Siapa yang akan melunturkan semua lelah tubuhnya akibat bekerja terlalu keras jika bukan senyum mentari Sena? Siapa yang akan mampu melepaskan ribuan kupu-kupu di perutnya jika bukan gombalan garing Sena? Apakah ia siap jika hidupnya kembali menjadi monokrom seperti sebelum bertemu Sena? Ia tak akan mendapatkan perlakuan lembut itu lagi, ia takkan dapatkan tutur halus itu lagi, ia takkan dapatkan elusan lembut di kepalanya lagi, ia takkan dapatkan tatapan penuh damba itu lagi lalu ia harus merelakan itu semua menjadi milik orang lain? Tidak, sungguh Aira tak bisa membayangkan semua mimpi buruk itu. Hampir setiap malam ia produksi air dari matanya sembari memikirkan adakah cara bagi keduanya bisa tetap bersama tanpa melukai siapapun. Seberapa keras pun Aira mencari di labirin otaknya, ia selalu menemui jalan buntu hingga akhirnya ia kembali menangis pedih lagi.

Lamunannya buyar oleh kedatangan Rhea Minara, sahabatnya di kantor. Rhea datang dengan senyum secerah mentari di tempat duduknya. Seingat Aira kemarin Rhea datang ke kantor dengan wajah kusut seperti macan yang siap menerkam siapa saja yang hendak menyentuhnya sehingga Aira dan rekan-rekan sekantornya tak ada yang berani memulai percakapan dengan Rhea. Namun, hari ini wajahnya menunjukkan yang sebaliknya sehingga Aira memberanikan diri menegurnya.

“sepertinya ada yang bahagia nih”ujarnya sambil senyum mengejek pada Rhea.

Rhea yang ditatap seperti itu hanya terkekeh “hehe iya nih”jawabnya.

“ada berita bahagia apa? Mind to share it with me?”Tanya Aira antusias.

nothing special, ra. Kemarin aku ada sedikit perbedaan pendapat sama mas Darren makanya kemarin aku lagi mode singa. Hehe maaf ya bikin kalian takut kemarin”jawab Rhea sambil cengengesan. Aira hanya memutar mata kemudian mengangguk. Ia sudah menduga hal ini pasti berhubungan dengan sang suami sahabatnya itu. “terus semalam kita baikan jadi yaa sekarang sudah bahagia lagi hehe”lanjut Rhea.

Ya, seberpengaruh itu orang tersayang pada suasana hati. Aira mengerti akan hal itu sehingga ia tak merasa heran pada perubahan mendadak Rhea. Jika berhubungan dengan orang yang dicintai, kita dapat sangat bahagia dan sangat sakit. Semuanya sangat, selaras dengan seberapa dalam kamu mencintainya. Tiba-tiba rasa penasaran mampir di otak Aira. Tidak, ia tidak akan menanyakan masalah apa yang sudah menghinggapi pasangan suami-istri itu hingga berujung pertengkaran. Aira masih paham yang namanya privacy.

“Rhe, aku mau nanya deh. Kamu sama mas Darren kalau berselisih pendapat, bagaimana cara kalian mencapai mufakat?”Tanya Aira penasaran.

Rhea terlihat berpikir sejenak kemudian menjawab “pertama, kita sebenarnya tidak sesering itu berselisih paham karena sebelum menikah kita memang sudah menyamakan visi misi kita. Tapi ya namanya kehidupan yang dinamis yah, sudah menyamakan visi misi pun kita masih bisa berbeda pandangan. Kalau itu terjadi yang pertama kita lakukan adalah kembali ke panduan Agama, ra. Karena menurut kita, segala yang kita lakukan di dunia itu harus mengikuti  panduan awal yakni agama. Kalau dari Al-Qur’an dan Sunnah sudah berkata A ya berarti A. aku dan mas Darren sudah tidak bisa membantah dan kami kembali menjadi satu suara lagi”tutur Rhea panjang lebar. Rhea memperhatikan raut wajah Aira yang berubah suram. Ia jadi mulai menebak-nebak permasalahan yang Aira pendam beberapa hari belakangan. Rhea sadar akan hal tersebut terlihat dari Aira yang tampak sering melamun dan lingkaran hitam di bawah matanya yang sudah tidak mampu lagi ditutupi oleh concelear, namun Rhea tidak menanyakannya. Aira adalah tipe pemendam, ia hanya akan bercerita ketika ia benar-benar ingin jadi Rhea hanya menunggu saat itu tiba. Rhea berharap saat itu akan segera tiba, ia cukup prihatin melihat kondisi Aira akhir-akhir ini. “ra, inget kan kalau my ears always ready to listen?”Tanya Rhea pelan.

Aira yang mendengar itu segera mengulas senyum tulus kemudian menangguk “makasih rhe, kapan-kapan ya aku cerita. Pasti aku cerita kok. I just… need time”ujar Aira pelan di akhir kalimatnya.

take your time, ra. Aku akan siap mendengar kapan pun kamu butuh”Rhea balas mengulas senyum menenangkan.

***

“Sen, apa kita udahan aja yah?”itu Aira disertai tatapan kosong pada dinginnya malam.

“ra?”Sena tersentak mendengar itu dan langsung menoleh pada Aira. Ia menyadari perubahan pada diri Aira dua bulan terakhir ini. Ah sekarang Sena tau sebabnya.

“dua bulan lalu ibu bertanya apakah aku sudah bisa melihat masa depan denganmu?” kini cairan bening menganak sungai di pipi merah Aira. “aku diam sen, aku…aku…I didn’t know how to answer”tangisnya semakin kencang.

Sena terpaku, ia tidak bergerak untuk mendekap Aira seperti biasanya ketika wanita yang sangat dicintainya itu menangis. Sena masih mencerna semua ini kemudian tersenyum getir “jadi ini sudah waktunya ya, ra”suaranya sedikit bergetar.

Tangis Aira semakin keras, untungnya taman tempat mereka berbincang saat ini sedang sepi.

“Humairah Az-zahra”panggil Sena lembut. Hati Aira semakin berdenyut mendengar panggilan itu. Entah mengapa saat Sena memanggil nama lengkapnya ia selalu dilingkupi perasaan hangat yang sulit dideskripsikan, namun saat ini terasa sangat menyakitkan. “ra, kamu inget kan sedari awal sebenarnya kita sudah tahu akhir dari kisah kita. Kita hanya mencoba sok berani menentang takdir sembari berharap sewaktu-waktu hidup mau berbaik hati kepada kita. That’s why sedari dulu aku selalu ngingetin kamu untuk kasi space untuk kemungkinan itu agar tak menyakitimu terlalu dalam apabila saat ini tiba”

but how Sena? How to do it? Semakin lama perasaanku hanya semakin dalam dan ini sangat menyesakkan. Sen, I don’t know how my life would be if I’m not with you. How I supposed to live if you are not there, I- I can’t even imagine it”Aira menangis pilu dalam dekapan Sena. “sakiiit, Sen. Nyesek. Kenapa hidup gak adil banget sama kita?”raung Aira. Sena memejamkan matanya sembari mengelus punggung bergetar Aira, air mata Sena meluruh dalam diam. Ini juga begitu menyakitkan baginya.

“dari awal emang salah kita, ra. Kita udah terlalu maksain. Dulu kita bilang jalani saja dulu padahal kita sadar hubungan seperti ini tidak akan menemukan titik temu. Semakin kita menjalani, semakin dalam perasaan kita dan semakin sakit akhirnya. Kita bisa mencegah semua ini asal kita siap sakit di awal”

“jadi kamu nyesel udah sama aku?”

no, ra! Aku gak pernah nyesel sedikit pun. Even nanti kita pisah pun, I will always be grateful that I used to be the one who holding your hands. I would keep it in my memories, ra”

“terus bagaimana hidup aku selanjutnya, Jayasena? Aku gak yakin bisa hidup kayak dulu lagi, hiks”

“kamu bisa, ra. Pasti bisa. There would be someone who painting a color in your life after me”Sena tercekat dengan kalimatnya sendiri. Sanggupkah ia jika saat itu tiba?

“aku gak akan bisa liat kamu bersama dengan orang lain, sen. And I didn’t want anyone but you”

“ra, liat aku”ucap Sena seraya melepas pelukan mereka. Ia menangkup wajah Aira, hatinya tercubit melihat wajah cantik itu dipenuhi air mata. Matanya kembali memanas namun ia menahan tangisnya, ia harus kuat demi Aira. “kamu harus buka hati lagi, ra. Aku akan mengikhlaskanmu dengan orang lain asal orang itu mampu membuat kamu bahagia melebihi dari yang aku lakukan buat kamu. You’ll found it. Kamu ingat pernah bilang ke aku kalau jodoh itu sudah diatur sama Tuhan? Dalam kepercayaan kamu, di Lahul mahfudz3 sudah ada nama seseorang yang bersanding dengan namamu di sana dan aku tahu itu bukan namaku. Aku hanya singgah sebentar menjaga kamu dan aku tahu diri untuk hengkang sekarang. Waktuku sudah habis”mata Sena berkaca-kaca, oh Sanghyang Adi Buddha, sungguh Sena tak sanggup membayangkannya. Hatinya terasa tercabik-cabik sekarang.

Aira kembali menggeleng kencang. Ia benci, ia benci pada dunia yang sungguh tega memisahkan mereka yang saling mencintai dengan tulus. Mereka hanya berbagi kasih sayang namun mengapa terlihat begitu salah. Kenapa? Kenapa ya Allah?

 “aku kepalang berani menantang Tuhanmu, aku sadar Tuhanmu takkan mengizinkan aku mengambilmu dari-Nya. Mungkin Dia masih mengizinkanku yang bahkan bukan umat-Nya untuk mencintaimu tapi aku seharusnya sadar diri kalau itu batasku, bukan memilikimu”lanjut Sena lagi, air matanya mengalir pelan. Ia kalah.

“apa aku harus ikut Tuhanmu agar bisa bersama kamu, Sena?”kalimat Aira mampu membuat Sena membelalakkan matanya.

“jangan gila, ra! Sadar, Aira! Aku hanya manusia biasa yang saat ini kamu cintai. Aira please, jangan seperti ini! Tuhanmu mencintaimu melebihi aku, Humairah. Tuhanmu melindungimu melebihi aku. Tuhanmu membahagiakanmu melebihi aku. Tuhanmu memberimu segalanya melebihi aku. Aku tak sebanding dengan-Nya. Aku tak sebanding untuk kau tukarkan dengan-Nya”jawab Sena tak kalah frustasinya. Tidak, ia tidak pernah berniat merebut Aira dari Tuhannya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana hancurnya ibu Aira jika Sena sampai melakukannya. Sena senang melihat Aira bertaqwa kepada Tuhannya, itu Airanya.

“kita sudah ditolong oleh dua Tuhan tapi kenapa masih begini sih, Sen?”Tanya Aira frustasi.

“Aira, seharusnya memang kita tidak ditolong oleh dua Tuhan karena sejatinya manusia hanya membuthkan satu Tuhan untuk mempersatukan dua insan. Kamu lupa melanjutkan bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Cukup satu dan tepat, ra”jawab Sena tenang.

“hiks Sena. T-tapi aku tidak akan sanggup hiks”tangisan pilu itu tiada hentinya.

“kamu belum menjalaninya, ra. Aku tahu kamu manusia kuat. Meski sulit tapi kamu harus bisa, kamu pasti bisa, ra. Aku percaya sama kamu”

Aira menatap mata sekelam malam Jayasena. Mereka menyelami iris mata masing-masing seperti takkan ada hari esok untuk itu, atau mungkin memang tak kan pernah ada. Sorot mata penuh cinta dan juga penuh terluka.

Sena tersenyum tulus sembari menyibak anak rambut Aira yang menutupi wajahnya “bahagia terus ya, Aira. Kamu harus janji sama aku, kamu akan bahagia. Aku akan bahagia jika kamu juga bahagia. Mari kita bahagia di jalan kita masing-masing. Jangan simpan aku terlalu lama di hatimu ya, ra!”permintaan Sena membuat Aira tersentak. Kenapa? Sena sudah tidak ingin berada di hatinya lagi? Apa Sena juga akan menghapus Aira di hatinya? Melihat tatapan terluka itu, Sena buru-buru menambahkan “ra, sebelum kamu memulai dengan orang baru nantinya, hapus aku terlebih dahulu dari hatimu. Aku takkan meminta ruang khusus, ra. Kamu cukup tak melupakan semua kenangan kita tapi kalau kamu mau lupa juga tidak apa-apa. Berdamai sama hati kamu dulu yah atau kamu akan menyakiti banyak hati”

Mendengar itu bukannya berhenti menangis, Aira kembali meraung pedih. Jayasenanya meski dalam keadaan seperti ini pun, masih memikirkan perasaan orang baru yang mungkin saja akan menggantikannya sebagai pemegang tahta tertinggi di hati Aira. Sungguh, bagaimana caranya agar Aira tidak jatuh cinta lagi? Bagaimana caranya agar Aira bisa melepaskan orang sebaik Sena? Apakah Aira akan menemukan orang seperti ini lagi? Ya Allah kenapa bukan Sena saja? Mengapa tidak boleh dia???

“emang sesalah itu yah kita saling mencintai Sen?”Aira tersenyum getir yang juga dibalas tak kalah getirnya oleh Sena. Untuk itu Sena tak memiliki jawabannya. Ia juga bertanya-tanya mengapa Tuhannya menurunkan rasa sedalam ini jika memang salah? Mungkin ia akan mencari jawabannya nanti.

Melihat Sena yang tak kunjung menjawab, Aira kembali bersuara “kamu juga bahagia terus yah, Sen. Kenalkan aku nanti ke orang beruntung yang bisa bersanding bersama kamu tanpa harus ditentang Tuhan. Tapi jangan terlalu cepat yah, Sen. Kasih aku waktu untuk berdamai dengan hatiku agar aku tidak luruh di depan wanita beruntung itu”rasanya begitu sakit bagi Aira untuk mengatakan rentetan kalimat itu.

you’ll find someone who are meant to you, ra”jawab Sena dengan senyuman tulusnya.

“kamu akan dapat yang lebih baik, Sen”Sena menggeleng cepat mendengar penuturan Aira.

“enggak ra, kamu terbaik ra tapi bukan untuk aku. Tapi untuk seseorang yang memang ditakdirkan untuk kamu”

Kini keduanya terdiam, menikmati detik-detik terakhir kebersamaan mereka. Serangga taman bahkan angin malam pun sungkan untuk mengeluarkan suara. Membiarkan kedua insan yang sedang hancur hatinya itu untuk menikmati presensi masing-masing dalam hening yang nyaman. Setelah ini, degup jantung yang bertalu-talu bukan lagi milik masing-masing. Iris abu-abu jernih Humairah dan iris sekelam malam Jayasena takkan bebas saling menyelami. Hidup penuh warna selama tiga tahun terakhir harus direlakan luntur bag cat basah yang dihujani air.

“Humairah Az-zahra, aku mencintaimu dengan segenap hatiku tapi maaf karena aku lebih mencintai Tuhanku”ujar Sena memecah keheningan yang mampu menggetarkan hati Aira untuk kesekian kalinya.

“Jayasena Bhalendra Orion, aku mencintaimu dengan segenap hatiku tapi aku milik Tuhanku dan maaf karena kamu tak bisa mengambilku dari-Nya”jawab Aira sembari menatap iris kelam itu.

Keduanya saling melempar senyum tulus. Malam itu ada dua hati yang remuk tak berbentuk merelakan cinta terdalamnya demi cinta Tuhannya sebab mereka sadar tanpa Tuhan mereka, jangankan jatuh cinta, untuk menghirup udara pun takkan mampu mereka lakukan. Karena mereka sadar mereka adalah puzzle sama sisi di kotak yang berbeda, mereka adalah bagian yang takkan menghasilkan gambar yang sama.

***

Flashback 3 tahun lalu

“kamu serius mau menjalani ini?”Tanya Aira masih penuh keraguan.

“kalau kamu mau, aku juga akan berusaha”jawab Sena penuh keyakinan. Ia sudah kepalang jatuh cinta setengah mati pada wanita di hadapannya. Ia tak ingin melepasnya. Masa bodoh dengan nanti, yang terpenting sekarang kan?

“tapi kamu tau kan kita memanggil Tuhan kita dengan sebutan yang berbeda?”

“aku juga tahu kok kalau kita membaca kitab yang berbeda”jawab Sena enteng.

Aira memperhatikan gelang sai san4 yang dikenakan Sena. Ada sedikit keraguan terbit di hatinya, jalan mereka takkan mudah. Namun ia juga tak bisa membayangkan tak bersama Sena. Ialah yang sedari awal mengizinkan Sena mengetuk pintunya dan ia dengan sadar mempersilahkan Sena masuk ke hatinya. Takkan semudah itu ia mengusir Sena di saat ia juga sudah terlanjur nyaman dengan kehadiran sosok tersebut di sana. Baiklah, yang nanti dipikirkan untuk nanti, sekarang ya sekarang, ujarnya dalam hati.

“oke mari kita menentang dunia bersama”ujar Aira disertai senyum yang otomatis dibalas senyuman pula oleh Sena.

“mari bersama sampai waktu kita tiba”ucap Sena mantap.

Saat itu kedua insan yang dimabuk cinta itu mengira mereka dipertemukan karena takdir, namun siapa sangka ternyata rasa itu sebagai bentuk ujian cinta dari Tuhannya masing-masing.

***

1puasa Senin Kamis = puasa sunnah di hari Senin dan Kamis yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW sepanjang hidupnya (news.detik.com)

2hari uposatha = hari dimana umat Buddha melakukan pengamatan dan pelatihan 8 aturan moralitas (Uposatha Sila / Atthasila) sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha (dammadayana.org)

3Lauhul mahfudz = kitab tempat Allah SWT menuliskan segala catatan kejadian di alam semesta (Wikipedia.com)

4Gelang Sai sin = gelang yang sering dipakai oleh umat Buddha (kompasiana.com)

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...