“Jadi kamu sukanya sama yang
mana? Jangan maruk dong Lie”kata Silvie
“siapa yang maruk sih? Aku Cuma
gak tahu aja suka sama yang mana. Lagian dua-duanya bikin kesel aja”kata Julie
“gini deh, kamu nyamannya kalo lagi
sama siapa? Ikmal atau Dirham?”tanya Windy
“aku nyaman sama
dua-duanya”jawab Julie tampak putus asa
“tapi pasti ada yang nyamannya
beda dong lie,”kata Windy yang tampak sama putus asanya
“jangan-jangan kamu cinta dua
hati lagi kayak lagunya Afgan. Itu melanggar peraturan, seharusnya kamu sukanya
sama satu orang ”kata Silvie
“Masa sih? Emang ada gitu yang
kayak gitu? Cinta dua hati?”kata Julie tidak percaya
“bisa jadi. Tapi aku yakin kalo
kamu pasti sukanya Cuma sama satu orang”kata Windy yakin
“teruss.. Julie sukanya sama
siapa gitu?”
“ya mana aku tahu. Itu Cuma
Julie sendiri yang tahu”
“tapi aku benar-benar gak
tahu”jawab Julie
“gini aja deh, mending kamu
jauhin keduanya terus liat deh kamu bakal kangen sama siapa. Kamu bakal merasa
kosong kalo gak ada siapa, yang kepikiran terus siapa. Pasti ada satu”kata
Windy memberi solusi
***
Julie mencoba untuk
mengingat-ingat nasihat dari Windy. Ia harus menjauhi keduanya? Sepertinya,
dirinya takkan sanggup. Tapi, dia juga butuh kejelasan. Ia tidak ingin hidup
dalam pertanyaan. Meski mungkin akan lebih baik baginya berteman dengan
keduanya, namun ia tak mampu.
“woy! Bengong aja, ntar kesambet
loh”kata Dirham yang baru saja datang. Ia langsung duduk di samping Julie.
“ngagetin aja”kata Julie sambil
mengusap dadanya
“kamu kenapa? Keliatan bingung
gitu”tanya Dirham
“gak papa kok. Oh iya, aku
duluan yah. Mau ke perpus”kata Julie sambil membawa buku-bukunya. Dirham
menjadi heran dengan sikap Julie
“mau ditemenin?”
“gak usah aku bisa sendiri kok”
Baru selangkah Julie
melangkahkan kakinya, Dirham memanggilnya
“Lie, ntar malem ke rumah yuk!
Bosen aku di rumah terus, atau aku yang ke rumah kamu?”
“sorry Ham, aku sibuk entar
malem. Lain kali aja ya”Jawab Julie dengan memaksakan seulas senyum. Kemudian
ia berlalu.
Sungguh sulit bagi Julie untuk
melakukan hal seperti tadi, menolak ajakan Dirham. Sebenarnya ia juga sungguh
bosan tinggal di rumah. Tapi ia juga butuh jawaban atas segala pertanyaan yang
ada di kepalanya.
***
Di perpustakaan, saat Aku sibuk membaca
sebuah buku tiba-tba seseorang mengagetkanku
“baca buku apa?”
“astagfirullah!! Ya ampun Ikmal,
udah dibilang ratusan kali kalo….”belum selesai aku menyampaikan keluh kesahku,
Ikmal langsung memotongnya.
“Assalamu alaikum! Hai Julie,
lagi baca buku apa?”kata Ikmal sambil memutar bola matanya. Ingin rasanya
kubunuh anak ini, menyebalkan sekali dia.
“baca buku psikologi”jawabku
ketus
“yeee.. marah. Eh, salamku belum
dijawab. Salam itu wajib…..”
“walaikum salam warahatulllahi
wabarakatu”potongku secepatnya.
“ya ampun, jangan marah dong
Jul, aku kan Cuma bercanda”godanya dengan wajah memelasnya. Uh!
“iya dimaafin kok”jawabku sambil
tersenyum. “eh, aku duluan yah. Mau ketemu Silvie sama Windy”jawabku sambil
berlalu.
***
Sudah dua hari aku menjauh dari
kedua orang itu. aku tidak tahu dimana ujung dari semua ini, tentu saja aku
merindukan keduanya. Tentu saja selalu ada kekosongan tanpa mereka. Saat ini
Aku, Silvie dan Windy sedang berjalan dari kelas menuju gerbang sekolah.
Saatnya pulang.
“jadi kamu belum tahu sukanya
sama siapa??”tanya Windy. Aku menggeleng. “tapi pasti rasa rindunya berbeda.
Pasti ada yang kamu rindukan sebagai teman dan ada yang kamu rindukan sebagai
seseorang yang special”Windy masih bersikeras. Aku masih menggeleng.
“oh iya, aku dengar-dengar
kemarin Dirham pulang dengan Laura loh”kata Silvie. Aku langsung mengalihkan
perhatianku pada Silvie.
“Laura? Laura anak IPS 1 itu?
yang centilnya minta ampun itu?”tanya Windy. Silvie mengangguk. “Dirham
kesambet setan apa tuh mau jalan sama si Laura”
Aku pun bertanya “emangnya Laura
kenapa?”
“kamu gak tahu? Dia itu kan Playgirl, pacarnya dimana-mana. Emang
sih, denger-denger dia naksir sama Dirham. Tapi masa sih Dirham mau sama tuh
cewek?”jawab Windy.
Mengapa aku merasa seperti ada sesuatu
yang mengganjal? Mendengarnya terasa….aneh.
“kamu gak papa Jul?”tanya
Silvie.
“kok rasanya aneh yah?”jawabku
spontan. Silvie dan Windy saling menatap.
“kamu cemburu yah?”tanya Windy
“cemburu? Aku tak tahu bagaimana
itu cemburu dan aku tidak tahu bagaimana mendefinisikan perasaanku.”jawabku
“eh, eh liat deh! Itu bukannya
Ikmal sama Anisa yah?”Windy menunjuk pada dua orang di depan gerbang. Ya, itu
benar Ikmal dan sekarang Anisa tengah bersedia untuk naik ke boncengan motor
Ikmal.
“Ikmal PDKT sama Anisa yah?
Bukannya Anisa anaknya tertutup banget ya? Kok dia mau sih dianterin sama
Ikmal? Ikmal pasti pake pellet nih”tanya Silvie berbondong-bondong membuat
Windy menatapnya tajam.
Mengapa sekarang terasa ‘aneh’
lagi? Namun ‘aneh’ yang berbeda. Ini terasa…sakit? Aku sekarang tahu, aku telah
menemukan jawaban dari pertanyaanku selama ini.
“Jul, kamu gak papa?”tanya Windy
“Jul, kamu jangan senyum kayak
gitu dong. Kamu nyeremin deh!”kata Silvie agak takut.
“sekarang aku tahu. Aku sudah
menemukan jawabannya sekarang. Aku tahu dan semuanya ternyata sangat
berbeda”jawabku
“kamu ngomong apa sih Jul?”tanya
Windy
“tahu nih Julie, kamu kesambet
yah?”
“apa sih Silvie, siapa juga yang
kesambet”jawabku.
***
Komentar
Posting Komentar