Langsung ke konten utama

SI PELANGGAR PERATURAN 5: BERHENTI MELANGGAR PERATURAN




                Saat aku tengah duduk di taman belakang sekolah, Ikmal tiba-tiba mendatangiku.
                “Jul,kamu ngejauhin aku yah?”seperti biasa, tanpa ada salam ataupun basa-basi.
                “walaikumsalam”kataku. Ikmal kemudian duduk di sampingku menungguku memberi penjelasan. “siapa juga yang ngejauhin kamu? Lagian, untuk apa aku melakukannya?”kataku santai.
                “aku juga ingin menanyakannya. Mengapa kamu menjauhi aku?”desaknya
                Aku menatap Ikmal “yang ngejauhin kamu siapa sih. Akhir-akhir ini aku benar-benar sibuk”jawabku
                “yaudahlah kalau kamu gak mau ngomong, yang jelas kamu jangan jauhin aku lagi”katanya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan alasan itu. seperti biasanya. Tanpa sadar, aku merasa aku sangat merindukannya, aku merindukan sikapnya yang unik itu.
                “oh iya, kemarin aku ke toko buku sama Anisa loh”katanya. Uh! Merusak suasana. Unik, benar-benar unik.
                “oh”jawabku singkat dan kembali membaca buku. Sepertinya nadaku terdengar ketus. Terserah.
                “ciee… cemburu. Kamu cemburu yah?”godanya
                “apaan sih? Siapa juga yang cemburu. Ngapain juga aku cemburu”kataku menyangkal.
                “yaahh.. padahal aku berharapnya kamu cemburu”kata Ikmal membuatku melotot ke arahnya.
                “emang kenapa?”tanyaku untuk memancingnya berbicara lebih banyak.
                “abis kalo kamu cemburu itu berarti kamu juga suka sama aku. Cintaku gak bertepuk sebelah tangan dong. Aku kan suka sama kamu”
                Apa? Aku tidak salah dengar? Mulutku kering tidak dapat mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan itu. begitu mudahnya dia mengatakannya. Apa itu benar? Atau hanya bercanda? Sekarang aku benar-benar melotot menatapnya.
                “ya ampun biasa aja kali ekspresinya. Ekspresi kamu kayak mau makan aku aja. Eh, udah bel tuh. Masuk kelas sana. Aku ke kelas dulu ya!”katanya ringan kemudian berlalu. Anak ini benar-benar… aku butuh kejelasan dengan peryataannya tadi. Ia kemudian berhenti “well, mengenai tadi aku serius”katanya sebelum pergi sambil tersenyum. Kemudian, ia benar-benar berlalu. Meninggalkanku yang masih begitu syok.
***
                “yaahh.. padahal aku berharapnya kamu cemburu”kataku menggoda Julie
                “emang kenapa?”dia bertanya.
                “abis kalo kamu cemburu itu berarti kamu juga suka sama aku. Cintaku gak bertepuk sebelah tangan dong. Aku kan suka sama kamu”kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku, aku tidak bermaksud untuk mengatakannya. Lihat saja sekarang Julie menatapku tidak percaya, sepertinya dia sangat syok. Entah apa lagi yang harus aku katakan.
                “KRRRIIINGGG!!!”Bel tanda istirahat usai telah berbunyi. Aku mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya bagi orang yang membunyikan bel itu. bel penyelamat.
                “ya ampun biasa aja kali ekspresinya. Ekspresi kamu kayak mau makan aku aja. Eh, udah bel tuh. Masuk kelas sana. Aku ke kelas dulu ya!”kataku mencoba sesantai mungkin, sepertiya berhasil.
                “well, mengenai tadi aku serius”
                Astaga! Apa lagi ini? Mengapa aku harus memperjelasnya. Namun, batinku mengatakan aku harus mengatakan kalimat itu. entah mengapa. Baiklah, mungkin pergi dari tempat ini akan lebih baik.
***
                Sepanjang pelajaran berlangsung, aku tidak dapat berkonsentrasi. Pikiranku selalu tertuju pada kejadian di taman tadi. Sampai aku pulang ke rumah dan sekarang aku ada di halaman depan rumahku. Pikiran itu masih menghantuiku. Apakah secepat ini jawaban atas pertanyaan baruku?
                “bengong aja!”seseorang membuyarkan lamunanku. Yang kutahu bahwa ia adalah Dirham
                “aduh! Bisa gak sih kamu itu nyapa dulu? Lama-lama kayak Ikmal aja kamu”jawabku pura-pura marah.
                “waah!! Ada yang kangen sama Ikmal nih, sampe-sampe aku disamain dengan Ikmal”katanya sambil duduk di sampingku.
                Apa benar seperti itu? Mungkin. “apaan sih kamu?”hanya itu yang dapat kuucapkan.
                “kamu ngejauhin aku karena aku nyatain perasaan sama kamu?”tanya Dirham tiba-tiba.  Topic pembicaraan yang tiba-tiba meleset jauh itu membingunkanku.
                “apaan sih? Siapa juga yang ngejauhin kamu”elakku
                “Julie, aku kenal kamu dari kecil. Kamu gak bisa bohong sama aku”kata Dirham. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tahu dia tahu mengapa aku melakukan ini lantas mengapa dia menanyakannya?
                “kita kan udah buat peraturan, kalo tidak akan ada rahasia antara kita. Kita kan udah janji mau cerita apa aja. Lagian aku yang sudah melanggar peraturan. Aku suka sama sahabat aku sendiri. Pelanggaran berat. Hahah, Well, untuk saat ini lupain aja tentang pengakuan aku dan cerita semuanya sejujur-jujurnya. Kamu udah gak pernah cerita apapun sama aku”kata Dirham panjang lebar membuatku hanya dapat menelan ludah.
                “bisa berenti bilang ‘peraturan’ gak?aku bosan dengernya, aku mau berhenti melanggar peraturan. Peraturan apapun itu.”kataku sambil menatap lurus ke depan.
                “oke, aku berhenti. Tidak ada lagi kata ‘peraturan’”kata Dirham sambil mengangkat kedua tangannya seperti isyarat orang menyerah.
                Aku tertawa kecil melihat tingkahnya. Aku sungguh merindukan sahabatku yang satu ini.
                “kamu pernah denger tentang peraturan gak boleh suka sama dua orang sekaligus gak?”tanyaku
                “katanya tadi gak boleh lagi ada kata ‘peraturan’. Gimana sih?”
                “katanya aku disuruh cerita. Kalo aku mau cerita, harus mulai dari kata ‘peraturan’”kataku sambil memberi isyarat tanda kutip pada kata ‘peraturan’.
                “oke fine, aku hanya akan mendengarkan. Lanjutkan!”katanya
                “jawab dulu dong pertanyaan tadi!”kataku
                “kamu itu ribet banget ya. Oke, cinta dua hati? Gitu kan singkatnya?”dia bertanya balik. Aku mengangguk. “siapa sih yang buat peraturan kayak gitu. Gak ada peraturannya kok, itu hanya peraturan tak tertulis yang yah.. mungkin akan lebih baik kalau dipatuhi.”jawabnya
                “Silvie sama Windy bilang aku mungkin terjebak dalam cinta dua hati. Antara kamu dan Ikmal”kataku ringan. Aku mulai menemukan titik nyamanku bercerita. “aku selalu bertanya-tanya apa aku benar terjebak dalam ‘cinta dua hati’ itu? aku tidak mau terjebak dalam kisah itu. bagiku, istilah itu tidak ada. Pasti aku hanya menyukai satu orang. Tapi siapa?”aku memberi jeda. Kulihat wajah Dirham menjadi tegang. Aku sungguh tidak ingin melanjutkan ceritaku, namun aku sudah memulainya maka aku harus menyelesaikannya.
                “kalian berdua bahkan menanyakan hal yang sama padaku, ‘apa aku menjauhi kalian?’. Ya, aku menjauh. Itu saran dari Windy, katanya aku harus menjauh dari kalian untuk menemukan jawabannya. Aku menjauh dan aku merindukan kalian berdua. Sangat rindu. Cara itu tak berhasil. Tapi saat aku tahu kamu pulang dengan Laura dan aku melihat Ikmal pulang dengan Anisa, aku menemukan jawabannya.”
                Kulihat Dirham menatapku saat aku mengatakan tentang ia pulang  dengan Laura.
                “apa yang aku rasakan terhadap kalian berdua berbeda. Kamu tahu, aku sungguh marah kamu pualng dengan Laura. Well, kok kamu bisa pulang dengan dia?”
                “dia tuh yang minta aku untuk mengantarnya pulang. Aku terpaksa.”jawabnya.
                “aku tidak akan marah kalau kamu jalan dengan gadis lain, tapi dengan Laura. Dia playgirl, pacarnya dimana-mana. Dia tidak pantas dengan kamu”kataku
****
“aku tidak akan marah kalau kamu jalan dengan gadis lain, tapi dengan Laura. Dia playgirl, pacarnya dimana-mana. Dia tidak pantas dengan kamu”
Ya, aku tahu dia akan mengatakan itu. ia hanya perhatian padaku sebagai sahabat, tidak lebih. Sekarang aku lebih siap untuk mendengar kelanjutan ceritanya. Aku sudah mulai mengerti akhir dari cerita ini.
“Aku juga sayang sama kamu”ia memberi jeda. Aku sudah bisa membaca apa yang akan ia katakan selanjutnya “sebagai sahabat” tepat. “aku marah kalau sahabat aku hanya akan dijadikan yang kesekian, aku marah kalau dia hanya akan mempermainkanmu” dia sungguh perhatian, hahah. Ya, sebagai sahabat. Aku sudah melatih keikhlasanku untuk menghadapi hal semacam ini.
“aku ternyata sungguh cemburu saat melihat Ikmal pulang dengan Anisa.”katanya.  aku sudah berlatih, namun aku masih merasa sengatan listrik menjalari setiap inci tubuhku begitu mendengarnya.
“bahkan, definisi cemburu pun aku tak tahu. Dengan mudahnya, aku menyatakan bahwa aku cemburu. Naïf sekali, tapi mungkin perasaan aneh itu memang bernama cemburu. Aku menyukai Ikmal”lanjutnya.
“kemudian, setelah pertanyaan pertamaku terjawab, aku masih memiliki satu pertanyaan lagi. Bagaimana dengan Ikmal? Apakah ia juga menyukaiku?”Julie member jeda, mungkin member aku ruang untuk bernafas.
“dan pertanyaanku telah terjawab”kata Julie dan sebelum ia melanjutkannya aku sudah tahu jawabannya.
***
                Seperti biasa, saat jam istirahat aku tidak akan berada di kantin seperti siswa yang lainnya. Aku hanya akan duduk-duduk di taman belakang sekolah. Biasanya, aku bersama Julie namun hari ini aku tidak memanggilnya. Aku akan membiarkan ia berpikir tentang kata-kataku kemarin. Meski aku tak tahu apakah ia akan menganggapku serius atau hanya bercanda. Aaarrghh~ aku sungguh bodoh. Aku serius mengatakannya kemarin, meskipun tak kuduga. Seharusnya aku memberi penjelasan lebih panjang, tidak hanya “aku serius”. Apa itu? bagaimana ia bisa yakin. Tapi, aku tidak tahu untuk berkata-kata romantic seperti di sinetron. Mendengarnya saja membuatku ingin muntah.
                “Hai Bro!”seseorang menepuk pundakku. Dirham?
***
                “khemm”Ikmal bergumam di belakang Julie.
                “kalo nyapa tuh Assalamu alaikum, bukan khem”kata Julie menasihati
                “ya ampun kamu bawel banget sih.”kata Ikmal. Kemudian duduk di samping Julie.
                “jangan memulai pertengkaran di sini, ini perpustakaan”kata Julie
                “siapa juga yang mau ngajakin kamu berantem”kata Ikmal lagi, Julie kembali focus pada bacaannya. “kamu sudah memikirkan tentang kata-kataku kemarin?”tanya Ikmal
                “bukankah kamu hanya bercanda?”
                “siapa bilang? Aku serius dan aku sudah mengatakannya”
                “tapi kamu tidak terlihat serius”
                “aku sudah serius. Begitulah ekspresiku saat serius.” Julie hanya memandang Ikmal tak percaya “dengar, aku tidak tahu berkata-kata panjang lebar seperti di sinetron-sinetron. Aku tidak tahu berkata-kata romantic. Jadi, begitulah aku saat menyatakan perasaan”lanjut Ikmal
                “aku memang tidak mengharapkanmu melakukan itu”Julie kembali membaca
                “baiklah, mari kita hentikan perdebatan tentang caraku menyampaikan perasaan itu. yang jelas aku suka sama kamu”kata Ikmal
                “lalu?”tanya Julie
                “kamu juga suka gak sama aku?”tanya Ikmal lagi
                “ aku juga suka sama kamu”Julie masih membaca. Julie tidak sepenuhnya membaca, ia sedang berpikir. Ternyata  mengatakannya tidak sesulit yang ia pikirkan. Memasang aksi sok cuek mungkin lebih baik untuk menyembunyikan kegugupannya.
                “oke, berarti kita pacaran”kata Ikmal. Julie menghentikan bacaannya.
                “apa? Itu namanya keputusan sepihak. Kamu gak pernah nembak aku”protes Julie
                “katanya kamu tidak suka seperti sinetron, jadi aku gak perlu nembak. Yang jelas aku suka kamu, kamu juga suka aku. Ya sudah kita pacaran. Titik.”kata Ikmal. Begitu lega ia mengatakan semua itu. walaupun terdengar hanya bercanda, tapi ia sungguh serius. Sepertinya beban seberat ratusan kilogram yang selama ini ia pikul telah terangkat.
                Sekarang, Julie hanya dapat menatap Ikmal tak percaya.
                “eh by the way, kamu sebenarnya tidak harus mengungkapkan perasaanmu terhadapku kepada Dirham. Seharusnya, aku orang pertama yang mengetahui perasaanmu padaku”kata Ikmal.
                Mata Julie semakin melebar mendengar kalimat Ikmal sekaligus memerah. Dirham! Kemana anak itu? aku akan segera membunuhnya.
***
                “tapi kamu tetap mau kan jadi sahabatku?”tanya Julie padaku.
                “tentu saja. Kamu pikir dengan kamu menolakku, aku akan memutuskan persahabatn kita? Tentu tidak. Aku akan menjagamu dan segera membunuh Ikmal jika ia berani menyakitimu”jawabku bag Pahlawan. Mengatakannya lebih mudah sekarang. Sahabat, mungkin predikat itu tidak begitu buruk. Aku masih bisa berada di sampingnya walau sebagai sahabat. Tidak, kita harus menghapuskan kata ‘walau’, dimana-mana sahabat yang utama bukan pacar.
                “tapi jika  Ikmal tidak dapat menjagamu dengan baik, kamu mungkin bisa mulai melihatku”kataku. Julie membulatkan matanya menatapku.
                “Just kidding”kataku sambil membentuk tanda damai dengan jariku dan tertawa. Ia pun ikut tertawa.
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...