Langsung ke konten utama

RAMADHAN MASA KECIL



HALLOW! SEBELUMNYA MAU BILANG, SEBENARNYA TULISAN INI UDAH ADA SEJAK RAMADHAN TAHUN LALU TAPI BARU SEMPET NGEPOST SEKARANG HAHA. ENJOY!
Huhaa!!! A long time not write. Saya lagi masa heran-herannya nih, kenapa my mother suka sekali membuka pintu lemari kecil yang ada tulisan “RESOLUSI 2015”nya -_- (re: Bolos). Mungkin sudah puluhan kali dia membacanya tanpa ada respon. Yasudahlah, mungkin dia mengerti bahwa saya sudah remaja dan berbicara tentang cinta cinta adalah hal yang wajar. Well, now I will not to tell about that. But, berhubung sekarang bulan Ramadhan. Oh iya, sekarang Ramadhan yah? Selamat Bulan Ramadhan dan selamat menjalankan ibadah puasa para readers (kalo ada:D)!
Kembali lagi, berhubung ini bulan ramadhan jadi saya di sini ingin bercerita sedikit tentang ramadhan masa kecil…. Prokk prokk prokk (ini bunyi tepok tangan, bukan suara ayam)! Bulan ramadhan memang bulan yang paling dinantikan oleh umat muslim di belahan dunia manapun. Dari sabang sampai merauke, dari soppeng sampai London semuanya menantikannya. Bagaimana tidak, satu bulan penuh kita diberi waktu untuk menyucikan diri, membersihkan diri dari noda lumpur dan bau amis *eh, jangan heran, saya ini kan anak-anak calon penulis jadi perlu sedikit bermajas. Ceritanye noda lumpur  dan bau amis itu adalah dosa-dosa kita selama ini. Dosa yang mengotori jiwa bersih kita sebersih toilet (maksut saya toiletnya iklan ha**ic) dan dosa yang baunya menyebar kemana-mana.
Selama 11 bulan tentu saja kita pasti pernah berbuat dosa, manusia kok. Jadi, bulan ramdhan digunakan untuk membersihkan dosa-dosa itu *apasih? Muter-muter bikin pala puyeng. Tapi, walaupun meskipun kita punya yang namanya bulan ramadhan untuk membersihkan diri bukan berarti dalam kurun waktu11 bulan itu kita mesti buat dosa sebanyak-banyaknya dengan asumsi “masih ada bulan ramadhan, semua dosa yang gue lakuin hari ini bakal dihapusin kok. Jadi buat dosa aja dulu,mumpung masih ada waktu” ckck.. itu adalah prinsip saya, jadi jangan ditiru. Heheh, enggak kok. Just kidding. Prinsip tersebut demikian tidak seharusnya kita gunakan karena menilik (?) dari katakata ustas-ustas di tipi “anggap hari ini adalah hari terakhirmu”, meskipun tentunya tidak ada yang ingin beranggapan demikian, semua orang juga ingin merasa masih ada hari esok. Tapi, kalo pake prinsipnya pak ustas itu setidaknya dapat meminimalkan dosa lahh, siapa tau aja gak ketemu bulan ramadhan. Udah buat dosa banyak-banyak selama 11 bulan, sehari sebelum ramadhan malah dipanggil Sang Maha Kuasa. Hihi,, amitamitdeh.
Well, kata pengantar yang mengharu biru dari saya tapi saya berniat ingin menceritakan tentang ramdhan masa kecil saya yang mungkin orang lain juga mengalami hal yang sama. Itu pasti, pasti ada orang yang punya sedikit kesamaan dari masa kecil saya karena saya tidak membuat kenangan masa kecil itu sendiri. Eaaakkk!!
Semasa kecil, saya selalu senang menyambut bulan ramadhan/puasa bukan karena keinginan membersihkan jiwa-jiwa yang kotor *dulu belum ngarti, tapi lebih kepada >> kita puasa 1 bulan? Libur 1 bulan penuh? Wohhhoo. Yah itu dia, L I B U R. siapa yang tidak suka libur? Semua orang pasti suka, apalagi anak kecil. Dulu mah tidak ada yang namanya “aduh, kangen sekolah kangen teman-teman kangen suasana kelas kangen seseorang” . mungkin pada zamannya, saya tidak terlalu mengenal rasa rindu. Yang saya pikirkan tentu saja hanya libur tanpa pelajaran-pelajaran yang berat ( dimana 200 dibagi 100 adalah pertanyaan tersulit atau 0,001 ditambah 0,002 lebih berat kagi) kemudian tidak harus bangun pagi-pagi ke sekolah, tidak ada tugas. Semua terasa menyenangkan. Walaupun pada kelas 4 untuk pertama kalinya dalam sejarah pendidikan Indonesia ada yang namanya buku Amaliah Ramadhan. Semua orang tau buku apa itu. buku yang berisi keterangan atau menjelaskan secara singkat kegiatan kita selama Ramadhan. Saya jadi mengerjakan ibadah bukan karena Allah tapi agar buku Amaliah Ramadhan saya terisi dengan yang baikbaik. -_-. Namun, kelas IX SMP saya sudah tidak menerima buku warna merah jambu suram itu. yeeyy,, merdeka! Dan sekarang saya sedikit merindukannya. Hanya rindu, bukan ingin memilikinya lagi. Saya jadi harus menghitung tanggal untuk tahu ini-hari-ke-berapa-kita-berpuasa.
Kesenangan menyambut bulan ramdhan yang kedua adalah saat Ramadhan banyak makanan yang enak-enak. Menu untuk 11 bulan dengan menu makanan 1 bulan berbeda. Kalau di bulan Ramadhan, setiap hari ada yang namanya takjil. Sedangkan di luar bulan ramdhan makanan seperti itu akan dibuat oleh ibu saya pada saat-saat tertentu saja. Meskipun banyak di jual di pasaran, namun buatan Ibu masih yang terbaik (matabelingbeling). Selain itu, kalau bulan ramadhan banyak yang mengadakan acara buka puasa bersama. Semasa kecil, puasa tidak puasa kaki tetap mantap melangkah ke pelaminan *nah loh? Maksud saya ke rumah orang-orang yang mengadakan buka puasa bersama. Kalau di kampung saya, yang mengadakan buka puasa bersama hanyalah dari kalangan orang-orang berada kalangan orang-orang papan atas. Jadi, mereka seperti memiliki agenda mengadakan buka puasa bersama setiap tahun. maka dari itu, berdasarkan teori di atas saya selalu menimang-nimang (?) pasti selanjutnya si anu yang mengadakan buka puasa bersama, selanjutnya ini selanjutnya itu… dan seterusnya. Dari kecil, saya sudah berpikir analitis dan memperhitungkan segala sesuatunya dengan matang sampai hangus. Kalian tentu tahu jika mengadakan acara buka puasa bersama seperti itu pasti makanannya juga makanan-makanan elite dari kelas-kelas kakap atas (?). makanan yang pada bulan-bulan lainnya hanya didapat pada acara-acara besar seperti kawinan, aqiqahan dan sebagainya.
Kemudian, yang ketiga pergi taraweh. Kalau sekarang mungkin pergi salat taraweh adalah hal yang cukup membuat kaki sulit melangkah,pada saman saya kecil tarawehan bersama adalah yang paling saya tunggu-tunggu. Setelah berbuka puasa, itupun kalau puasa, saya langsung cuss ambil wudhu dan ke masjid untuk tarawehan. Salat magrib? Salat magrib dilakukan di saat-saat tertentu, dimana jika semangat salat sedang tinggi-tingginya. Itu semasa saya kecil yah, kalau sekarang yaah mungkin juga begitu. Hahah, masih mencoba berubah. Lanjutt.. alasan mengapa tarawehan adalah yang paling ditunggu-tunggu adalah…eng ing engg drrrruuttt… pyong pyeng pyurr… saya juga bingung. Ttttrrrrttdddt.. mungkin karena saya akan segera mengisi buku amaliah ramdhan, ya berhasil mengisi buku itu dalam sehari merupakan sebuah prestasi besar. Mungkin juga disebabkan karena akan segera bertemu teman-teman, saya kalau taraweh pergi bersama dengan tetangga tapi kalau sudah di masjid bertemu dengan teman-teman sekolah juga. Jadi kami semakin banyak. Semakin banyak, maka semakin ributlah kami. Anak kecil. Dulu, kami begitu heboh saat para da’I naik mimbar dan salam serta pembukaan telah diucap, iya heboh bertanya sana sini “judul ceramahnya apa? Tadi dia bilang apa? Namanya siapa? Eh, ini namanya masjid apa sih?” pertanyaan terakhir sedikit parah. Saya paling benci jika nama penceramahnya panjang kali lebar kali tinggi tambah luas pake S.Sos SH Spd Steh. Nama mereka tidak cukup di buku mungil kami dan kami harus susah payah membuat tulisan sekecil-kecilnya.  Itu adalah keterangan-keterangan untuk mengisi buku Amaliah ramadhan kami yang tersayang itu. jika teman sedekat kami tidak memiliki jawaban yang memuaskan maka tanpa ragu kami pun akan melakukan perjalanan lintas sajadah, dari sajadah yang satu ke sajadah yang lainnya untuk mencapai segerombolan siswa lainnya demi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menumpuk di kepala kami. Sungguh besar perjuangan kami, guru-guru harus tahu itu. mereka seenaknya meminta buku merah jambu itu membuka setiap buku selama kurang dari 1 detik kemudian membuangnya. Mereka tidak pernah tahu bagaimana perjuangan kami menemukan jawaban-jawaban atas permintaan-permintaan dari buku merah jambu itu. kami harus berjalan ratusan ribu kilometer demi mencapai masjid (cerita ini hanyalah fiktif belaka), menghabiskan suara berteriak-teriak di antara kerumunan mengimbangi suara penceramah yang berkoar-koar penuh semangat tinggi, kami juga harus memiliki keberanian tinggi untuk melawan ibu-ibu penegur, kami harus melintasi lautan sajadah, kami harus berjuang melawan tatapan sinis dan kebencian dari jemaah lainnya, berdesak-desakan di antara kerumunan demi sebuah tandatangan yang bahkan ia bukanlah artis idola. Sungguh perjuangan besar, nak. Tapi tidak dihargai, sedihnya. Bayangkan, kami harus melakukan semua itu dalam suatu tempat suci bernama masjid. Itu dosa bukan sih? Dulu, saya dan teman-teman hampir setiap malam ditegur oleh ibu-ibu di masjid. Tentu saja gara-gara kami terlalu ribut dalam bercerita. Dan tentu saja ibu-ibu yang sering menegur kami telah menjadi musuh kami sampai sekarang. Hahah, dendam. Muka judes dan pasang tampang sok galak menjadi ciri khas ibu-ibu itu. setelah menegur kami dan kami pun diam, mereka yang berbicara walaupun dengan volume lebih kecil tapi itu sama saja. Hal itu melukai harga diri dan harkat martabat kami sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah dan dibesarkan oleh Ayah dan ibu kami dengan segunung makanan sesamduera minuman, maka kami pun kembali bercerita dengan suara yang lebih besar dan pura-pura tidak mendengar jika ditegur. Hahah, nakal sekali kami. Kalau ada anak-anak seperti itu pada masa sekarang ini dimana saya pasti juga sangat risih dengan mereka, entah apa yang harus saya lakukan. Ingin sekali rasanya saya memberikan ban sepeda untuk menutup mulut mereka. Namun, anak-anak jaman sekarang sudah tidak ada yang serusuh kami. Mereka mengisi buku Amaliah Ramadhan dengan tenang. Mereka mengisinya dengan apapun sedikit banyak yang mereka dengar keluar dari mulut si pencermah. Setidaknya pemikiran mereka lebih maju daripada kami-kami. Karena yang ingin kami tulis benar-benar merupakan judul dari ceramah itu kemudian segera bercerita.
Saat bercerita, kami akan menceritakan kisah puasa kami pada hari itu, bagaimana keadaan di sekolah, tentang kecurangan permainan yang tadi kami mainkan menjelang bedug, tentang guru-guru di sekolah, tentang bagaimana kami menyukainya dan bagaimana kami begitu membencinya, tentang ibu-ibu judes itu dengan 1001 doa kami yang yaahh semoga Allah tidak mengabulkannya heheh, tentang menu berbuka puasa kami, tentang baju baru dan masih banyak lagi. Kami selalu menceritakannya dengan heboh, dengan gaya anak kecil yang begitu lepas. Anak kecil zaman sekarang sedikit lebih tenang dalam bercerita, mereka bisik-bisik. Tentu saja, mereka sedang bercerita mengenai cowok di depan sana, tentang anak laki-laki yang mereka sukai di sekolah, tentang anak laki-laki sekelas mereka yang tampan dan pintar itu, tentang teman-teman mereka, tentang android baru mereka, tentang facebook twitter instagram dan semacamnya. Tak lupa foto semasa taraweh kemudian upload di socmed. Di ujung sajadah mereka terselip sebuah android merek terbaru, dan mereka akan sibuk sendiri berjelajah  di dalamnya, begitu tenang dan membuat ibu-ibu galak yang kami kenal dulu sudah tidak ada lagi. Sementara dahulu kami membawa buku amaliah ramadhan beserta al-quran yang yaah bahkan kami tak pernah menyentuhnya. Hanya membawanya. Hahah. Aku merindukan masa-masa itu. :’) bagiku, untuk masa kecil tidak perlu menjelajahi dunia dulu, jelajahi dan telusuri saja kampungmu kotamu, secara langsung, kaki yang menyentuh tanah kelahiran ssendiri dan jejak kaki yang membekas di setiap sudut kampung. Eaa..eaaa.. daripada jelajahi dunia terlalu cepat namun tempat tinggal sendiri tidak kenal bahkan aroma tubuhnya pun tidak tertinggal sedikitpun di dunia yang ia ‘jelajahi’ itu.
Meskipun begitu banyak kesenangan seperti tersebut di atas, bulan Ramdhan kadang juga memberi sedikit kemurungan. Seperti yang dapat ditebak setiap orang >> P U A S A. tidak makan, tidak minum seperti biasanya. Tidak bermain juga agar tidak haus kecuali jika hampir bedug magrib. Semua menjadi terbatas tapi karena masih kecil, jadi saya berasumsi bahwa saya belum diwajibkan berpuasa. Puasa tidak puasa tidak jadi masalah. Puasa satu hari penuh maupun setengah hari sama saja. Namanya baru belajar, meskipun saya masih mencoba untuk kuat berpuasa.
Untuk mengisi waktu selama puasa, hal yang paling sering saya lakukan semasa kecil adalah main kartu dan tidur. Mungkin hanya dua kegiatan itu dan juga wudhu di WC lama-lama sampai waktu salat telah habis. Haha, main kartu di bulan ramdhan ternyata dilarang walaupun tidak ada unsur judinya. Waktu kecil, saya tidak tahu jadi yaa tetap main. Saya menghentikan aktivitas itu setelah mendengar ceramah ustas yang mengatakan main kartu di bulan ramadhan itu haram hukumnya, bahkan di luar bulan ramadhan. Tapi, sebenarnya main kartu memang asik dan membuat kita lupa akan lapar dan haus. Selanjutnya, tidur. Sampai sekarang kegiatan ini terus menemani hari-hari saya saat berpuasa walaupun dengan durasi yang lebih sedikit dibandingkan semasa kecil dulu. Ustas-ustas juga selalu bilang “tidur adalah ibadah”. Dulu, Yang saya tahu adalah bahwa di bulan puasa semua ibadah yang dilakukan akan dilipatgandakan. Maka, tidur adalah ibadah yang paling menyenangkan.
 Wudhu. Untuk mengisi buka merah jambu di bagian salat, saya sedikit rajin dalam salat walaupun masih keseringan bolong. Sensasi berbeda saat akan menjalankan salat adalah berwudhu. Di saat matahari bersinar begitu terik tanpa belas kasihan kepada manusia yang berpuasa, berwudhu lama-lama merupakan pilihan tepat untuk menyegarkan badan. Dengan sedikit membuat kesalahan kecil yang dapat membatalakan wudhu, saya dapat melakukan wudhu secara berulang-ulang sampai saya merasa puas, bahkan sampai waktu salat telah habis. Jika saat itu tiba, maka dengan segera saya berlari mengambil seperangkat alat salat secepatnya dan tentu saja melakukan salat. Bagi saya, semuanya belum terlambat sebelum adzan berkumandang.
Kegiatan yang juga sering saya lakukan semasa kecil dalam mengisi puasa adalah bermain ‘bongkar pasang’ bersama teman-teman. Mainan ini terbuat dari kertas yang dibuat sedemikian rupa berbentuk orang beserta seperangkat baju-bajunya dan perlengkapan rumahnya. Yang dibuat agar orang itu dapat memakai baju. Adohh! Saya tidak tahu menjelaskannya, yang jelas permainan ini sangat menarik dan menyenangkan. Permainan ini dapat dilakukan bersama maupun seorang diri, walaupun demikian dilakukan bersama tentu lebih baik agar tidak disangka gila karena bebicara sendiri. Selain menyenangkan dan puasa menjadi tidak kerasa permainan ini juga membuat kita dapat berimajinasi tinggi ke tingkat cakrawala luas seluas samudra mahameru. Sekalian mengasah tingkat imajinasi kita alias kekereatifan. Kemanakah permainan itu sekarang? Saya sudah tidak pernah menemui ada anak yang memainkannya lagi. Dulu, saya punya sekotak kertas-kertas seperti itu. permainan anak saman sekarang berbeda.
Kegiatan terakhir >> merecoki ibu memasak. Saat-saat menantikan berbuka puasa tentu yang paling menyenangkan. Setelah berpuasa penuh, rasa haus dan lapar akan segera sirna. Dan itulah saatnya Ibu akan menyiapkan makanan berbuka puasa. Semasa kecil, saya sering diusir oleh Ibu dari dapur karena sangat tidak sabar ingin mencoba setiap makanan yang ada bahkan kadang melakukan sedikit kesalahan kecil agar dapat merasakan sedikit saja rasa makanan dan berusaha agar sebisa mungkin terlihat seperti kecelakaan. Jadi, puasa tidak batal karena ‘tidak disengaja’. Namun, pada masa sekarang ini, Ibu saya harus berteriak ribuan kali dengan suara harus sekeras suara adzan berkumandang agar saya dapat ke dapur membantunya memasak makanan berbuka puasa. :D
Selain puasa, makan sahur juga menjadi waktu makan yang aku benci. Bangun di saat tidur sedang lelap-lelapnya saat kelelahan akibat kegaduhan di Mesjid minta untuk dipulihkan. Aku termasuk  orang yang susah bangun saat sahur, namun aku tetap memaksa karena jika tidak sahur aku tidak akan kuat berpuasa. Namun sekarang berbeda, bagiku sahur adalah saat paling menyenangkan. Bahkan lebih menyenangkan daripada berbuka puasa. Sahur memiliki seni tersendiri. Hahah, sahur lebih hangat dan menyatukan keluarga daripada berbuka puasa dimana semua diam benar-benar diam menikmati makanannya sendiri karena terlalu lapar dan merupakan waktu dimana banyak orang egois dan maruk bersarang.  Maksutnya sipat egois dan maruknya lagi keluar. Begittuh.
Ada satu lagi kesenangan yang terlupakan yaitu SALAT SUBUH. Sekilas, hal itu biasa saja, salat subuh. Namun jika dilakukan bersama teman-teman di Mesjid jadi luaaarrr biaasssaa.. meskipun harus kejar-kejaran dengan anjing dalam perjalanan ke mesjid, namun itulah yang membuatnya menyenangkan. Dikejar anjing berjamaah. Hahah, kemudian salat berjamaah dimana mulut sering sekali menguap lebar-lebar. Demi mengusir rasa kantuk itu, bercanda bergurau dan bermain dalam salat pun tak terelakkan. Tentu saja salat menjadi tidak sah, tapi kembali lagi Anak kecil yang polos dan tidak tahu apa-apa. Sebenarnya, ia tahu apa-apa tapi anggaplah dalam salat seperti itu mereka tidak tahu apa-apa. Namun, jika saya lagi sadar bahwa salat tidak sah maka saya akan melakukan takbiratul ihram berkali-kali. Setelah salat berjamaah, maka kami pun akan jogging berjamaah. Hahah, itu sudah kebiasaan turun temurun. Jalan-jalan subuh istilahnya di kampung saya. Main petasan atau sekadar jalan-jalan dan bertemu dengan jemaah dari mesjid lain yang juga melakukan kegiatan yang sama baik itu teman sekolahan ataupun orang asing. Sungguh menyenangkan. Saya tidak tahu apakah, pada masa sekarang ini masih ada yang melakukan kegiatan itu, tapi yang jelas saya sudah cukup besar untuk melakukannya. Namun, akan sangat disayangkan bila tidak ada penerus tradisi ini. Haha, jangan-jangan anak kecil zaman sekarang hanya tidur-tiduran di kasurnya yang empuk dengan android canggih di tangan. Serasa jelajahi dunia padahal hanya tidur di kasur.
Berbicara masalah Ramadhan memang tidak ada habisnya, cerita di otak saya masih sangat banyak namun jika semuanya harus dituangakan ke dalam tulisan ini entah berapa hari saya harus duduk mengetik semuanya. Mungkin sahur di Australia kemudian berbuka  di Islandia takkan cukup. Maka kita cukupkanlah sampai di sini cerita ini. Semoga para pembaca (sekali lagi, kalau ada) dapat menyaring mana yang baik dan mana yang buruk dan menimbang mana yang boleh diikuti dan mana yang tidak dianjurkan. Namun, sepertinya tidak ada yang pantas diikuti di sini. Ini hanyalah kisah dari memori masa kecil saya, yang yaah bisa dikatakan anak kecil yang polos dan belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Cerita ini dibuat hanya untuk hiburan semata bukan untuk buku panduan. Oh iya, Ramadhan juga memberikan keuntungan berlebih para penjual kurma loh. Karena sunnah dari Rasulullah SAW yang berbuka dengan kurma terlebih dahulu. Mungkin hal itu jugalah yang menciptakan sunnah baru yaitu berbukalah dengan yang manis-manis agar penjual gula juga untung besar. Padahal, tidak ada sunnah yang mengatakan demikian. Eeh, kok jadi cerita lagi sih? Yaudahlah, Sekian, Muah muah! (Trauma titik dua bintang). See yaaa!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...