Sebenarnya bukan akhir yang salah, tapi awalnya memang salah. Berbicara keinginan, tentu bukan keinginan kita semua. Bukan pilihan, tapi memang harusnya begitu.
Hey! Aku bertanya padamu puluhan kali. Walau mata berkaca-kaca dan senyum masammu menghiasi bibir yang berucap "rela". Oh ayolah! DIA lebih tinggi dari engkau. Aku rasa kamu paham. Setidaknya aku pergi bukan untuk makhluk lain. Sejujurnya aku tak pernah pergi. Kemudian, kamu yang memaksaku pergi. Haruskah kujelaskan rinci? Agar kamu tak salah paham. Rabb kita mungkin bosan dengar namamu tiap siang dan malam. Katanya, doakan saja dan gantungkan harapan pada Rabb. Aku ikuti. Kemudian, besok ada yang bilang "tak perlu lagi kau memikirkannya. Hatimu ternodai. Zina hati". Aku yang masih baru, tentu takut. Namun, lagi-lagi namamu. Meminta menghilangkan rasa padamu, entah do'a ajaran siapa itu. Hingga kamu memberiku alasan. Alasan untuk benar-benar pergi. Aku anggap itu caramu menyuruhku hengkang dari hidupmu. Aku sangat menghargai kesetiaan, kepercayaan, dan kejujuran. Dan kamu merusak ketiganya dalam sekali tepuk.
Oh yah. Aku mungkin sempat benci. Sempat terbesit memang. Namun kamu tau aku, aku tak bisa membenci. Terlebih kamu. Ah tak usah kujelaskan. Sebenarnya aku tak pernah ingin kamu pergi dari sisiku, jika berbicara keinginan. Dulunya hatiku pun masih tertaut padamu kemudian seperti yang kuceritakan tadi. Hey untuk apa aku berharap dan menaruh hati pada seseorang yang hatinya bukan untukku lagi? Hanya mencari penyakit. Kemudian aku berpikir ya Kamu harus jadi asing. Sungguh. Hanya ada dua pilihan. Rekat serekat-rekatnya atau asing seasing asingnya. Pilihan pertama tak mungkin. Kamu tenang saja, tak hanya kamu. Tapi semua lawan jenisku. Halus dan perlahan aku harus pergi dari hidup kalian-kalian ini.
Kenapa? Karena kita memiliki kenangan. Yang bisa bangkit kapan saja walau dengan obrolan kecil. Ah aku tak paham yang ini. 'Bahagia bersama'. Bersama-sama? Atau langkah kaki beda dengan kebahagiaan masing-masing? Kita tak kan bisa bahagia bersama-sama tanpa ikatan yang diridhoi. Bahagia masing-masing? Ah ya aku bahagia sekarang. Hanya aku dan Rabb. Kamu? Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Tapi harus dipahami, sepertinya.. kita tidak baik-baik saja, bila kamu menggunakan kata 'kita'.
Apakah aku salah? Oh ya Ampun. Aku wanita yang tak pernah merasa salah haha. Apa aku menyakitimu? Aduh pertanyaan bodoh. Hm tapi sungguh aku tak tahu. Aku pikir kamu sudah bahagia dengan hidupmu, sepak terjangku di sekitarmu tak ada artinya. Aku hanya bayangan masa lalu untukmu. Dan aku tak menyangka kamu masih menulis untukku. Aku benar-benar berpikir kamu telah melupa. Mengapa aku menulis ini? Ahh rupanya diksi mu semakin berkembang. Aku suka membacanya dan membuatku tergerak untuk membalasnya. Membangkitkan hasrat menulisku setelah sekian lama. Ah bukankah segala tingkahmu memang seperti itu? 😂 kamu membaca ini atau tidak yaa terserah haha. Oh iya kalo kamu membacanya, tolong ya aku ingin bertanya "apakah lambang itu masih hak patenmu? Sehingga lambang dariku pun masih hak patenku?"
Komentar
Posting Komentar