Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Anak Benci Orangtuanya???

Assalamualaikum. Bukan karena saya kebelat yaa jd bahas gini-ginian, justru ingin berbagi aja biar lebih aware. Saya mungkin pernah bahas dikit sebelumnya. Pernikahan itu bukan sesuatu yang simple. Menyatukan dua insan tidak semudah itu. Saya mungkin termasuk manusia yg cukup idealis, teman saya bilang terlalu idealis. Idealis di sini maksudnya pengen sesuatu tertata, sesuatu terjadi secara ideal. Misalnya ya idealnya seorang cewek itu nikah umur 21-25 (misalnya doang ya gaess), jd aku jg mau nikah umur-umur segitu (ini misalnyaaa lagi, cz nyatanya gak gitu wks). Jd idealis gitu lah. Jadi kalau dari diri saya, saya juga mau seuanya berjalan ideal. Misal untuk pernikahan, idealnya nikah umur segini, sama yg kayak begini, acaranya begini, udah siap bibit bebet bobot. Ya kayak gitu. Menurut aku, hal sesakral itu harus dijalani ketika kita memang sudah benar-benar bisa membuka mata hati dan pikiran. Bisa benar-benar menentukan mana baik dan buruk. Misalnya menentukan pasa...

Tanpa Tanda Jasa

Malaikat tak bersayap. Ibu. Benar kan? Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Mengapa disebut tanpa tanda jasa padahal ia mendidik orang-orang dari tidak tahu menjadi tahu. Bukankah pencapaian orang tersebut adalah jasanya?   Lusuh. Sebuah deskripsi tepat untuk wanita paruh baya itu. Baju batik warna hijau tua yang rasanya sudah ia gunakan 3 hari yang lalu. Sepatu plastik harga tiga puluh lima ribu rupiah yang diperkirakan ia belinya di tukang sandal lesehan di pasar becek. Tas merek Gucci KW super berisi berkas-berkas pentingnya. Ia jalan terseok-seok hendak menunggu angkot di pinggir jalan. Hujan semalam berhasil membuat jalanan tak beraspal depan rumahnya menjadi berlumpur, bahkan untuk mengangkat kaki pun terasa sulit. Sebelum berhenti menunggu angkot, ia sempatkan menukar sendal jepit yang ia gunakan dengan sepatu plastik tiga puluh lima ribu rupiahnya. Janji caleg masih belum ditepati, jalanan ke rumahnya belum mulus seperti daerah lain.  Semalam ia tidur larut menger...

A

Aku menatapnya lagi. Putih. Kecil. Terdapat garis kebiru-biruan yang tampak. Juga garis-garis merah kecil bercabang-cabang. Tipis. Sangat tipis.  Aku menatapnya lagi. Dingin. Berkilauan. Dari kejauhan nampak ketajamannya. Perak menyilaukan.  ‘Bagaimana jika benda itu menyentuh benda tipis tadi? Garis-garis merahnya akan terputus kemudian membiarkan sesuatu di dalamnya mengalir bukan? Jika aku menekannya semakin dalam garis kebiruan juga akan ikut terputus bukan? Temukan aku beberapa jam kemudian dan kulitku akan berwarna biru pucat dengan genangan merah di sekitarku. Jantungku berhenti berdetak, aku  m a t i.’ Ahhh..lagi-lagi suara-suara di kepalaku berdenging, membuatku menggeleng keras. Aku kembali menatap kedua benda itu silih berganti kemudian terdiam sesaat. Tolong sadarlah, ini yang kamu butuhkan untuk saat ini. Hanya kesadaran. Aku mengepalkan tanganku keras sambil memejamkan mata erat-erat. Napasku semakin memburu kemudian benar-benar gulita. *** Aku m...