Langsung ke konten utama

Anak Benci Orangtuanya???


Assalamualaikum.
Bukan karena saya kebelat yaa jd bahas gini-ginian, justru ingin berbagi aja biar lebih aware.

Saya mungkin pernah bahas dikit sebelumnya.
Pernikahan itu bukan sesuatu yang simple. Menyatukan dua insan tidak semudah itu. Saya mungkin termasuk manusia yg cukup idealis, teman saya bilang terlalu idealis. Idealis di sini maksudnya pengen sesuatu tertata, sesuatu terjadi secara ideal. Misalnya ya idealnya seorang cewek itu nikah umur 21-25 (misalnya doang ya gaess), jd aku jg mau nikah umur-umur segitu (ini misalnyaaa lagi, cz nyatanya gak gitu wks). Jd idealis gitu lah. Jadi kalau dari diri saya, saya juga mau seuanya berjalan ideal. Misal untuk pernikahan, idealnya nikah umur segini, sama yg kayak begini, acaranya begini, udah siap bibit bebet bobot. Ya kayak gitu.

Menurut aku, hal sesakral itu harus dijalani ketika kita memang sudah benar-benar bisa membuka mata hati dan pikiran. Bisa benar-benar menentukan mana baik dan buruk. Misalnya menentukan pasangan hidup. Itu adalah hal yang krusial sekali.

Harus siap secara lahir dan batin. Gak bisa tinggal bilang "yaudahalah nanti kalau udah nikah mereka bisa berubah kok, mereka bakal tau kok". No. Membangun rumah tangga bukan sesuatu yg seperti itu. Memang harus dipersiapkan segalanya. Selain memilih pasangan hidup, menurut aku secara materi juga penting. Let's be honest aja yaa, materi memang bukan yang utama tapi itu sesuatu yg penting. Sekarang apa-apa butuh uang dong ya. Bukan seberapa banyak, tapi setidaknya ada. Tapi yang lebih penting dari itu semua lagi adalah adakah kerja keras. Percuma juga kaya raya kalau tidak dibarengi kerja keras, sama saja dengan bohong. Toh uang akan habis. Biarlah pas-pasan asal mau bekerja keras. Saya kan gak bilang harus kaya yahh, tpi setidaknya ada lah. Itu dari perspektif saya sebagai perempuan. Tidak semua orang harus setuju, tidak semua perempuan juga harus setuju.

Tapi saya tidak akan membahas itu semua lebih dalam di sini. Mungkin kalau saya sudah punya ilmu dan pengalaman nantinya akan saya bahas. Di sini saya mau bahas kenapa sih semua harus dipersiapkan sebelum melangkah ke jenjang sehidup sesurga itu? Orang menikah, endingnya pasti bakal punya anak kan? Nah itu yang mau saya bahas.

Saya mengamati di era ini, terutama yang di kampung-kampung  banyak orang yang menikah karena dalih jodohnya udah dateng, nikah aja biar cepet, daripada pacaran, biar ada yang nanggung hidupnya, atau pun karena 'kecelakaan'. Kita lihat banyak pernikahan dini yang terjadi di kampung". Padahal mereka belum siap lahir dan batin. Mereka lebih memilih untuk membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Misalnya mereka nantinya punya anak, mereka akan mendidiknya semengalirnya saja. Padahal orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Kehidupan anak itu seutuhnya ada di tangan orang tuanya. Sebelum mereka memasuki jenjang sekolah formal, orang tua berperan palingg besar pada anak itu terlepas nanti dia memiliki bakat atau sifat bawaan sendiri. Kita semua pasti paham betul peran besar orang tua pada anak. Sayangnya, karena banyak orang tua yang tidak siap, karena banyak orang yang membiarkan semua berjalan 'semengalirnya' saja, maka banyak pula anak-anak yang terbentuk menjadi anak yang 'kurang'. Kurang di sini mencakup arti luas. Akhirnya lagii ketika anak tersebut menginjak (terutama) masa remaja dimana masa pencarian jati diri, akan banyak pertentangan yang terjadi ditambah dari faktor eksternal.

Kemarin saya melihat di sebuah akun media sosial yang komplain terhadap orang tuanya dan betapa terkejutnya saya membaca replyannya yang berisikan hal-hal yang serupa. Seperti "yah orang tuaku juga begitu"
"orang tua tidak pernah salah"
"aku bahkan minta kuliah jauh-jauh biar bisa pergi dari rumah dengan alasan ngerantau"
"cuma bisa ngomel sendiri"
"dengerin aja dulu abis itu ngomel sendiri di kamar"
"mereka gak mau dengerin penjelasan aku"
Yang lebih parah
"aku benci orang tuaku tapi aku takut durhaka"
"aku benci mereka"
Dannn sebagainya...
Mungkin bagi sebagian dari kita akan beranggapan "wah anak-anak ini kurang ajar banget, durhaka sama orang tua", tetapi menurut saya itu hanya pengekspresian kekesalan mereka. Di lubuk hatinya yang terdalam mereka tetap mencintai orang tuanya karena begitulah hakekatnya. Mari kita lihat sudut pandang si anak. Di sini syaa bukan mau mengajarkan durhaka sama orang tua atau menyalahkan sepenuhnya orang tua, tetapi mungkin benar kata mereka terkadang orang tua harus selalu benar dan tidak ingin terlihat salah di mata anak tanpa ingin introspeksi terlebih dahulu. Mendengarkan apa yang ingin seorang anak sampaikan bukankah sesuatu yang bisa menjadi pilihan?
"aku biarin dia ngomel terus abis itu juga ngomel sendiri di kamar"
Bagi kita mungkin itu biasa terjadi, tpi nyatanya itu secara tidak langsung juga mempengaruhi psikolog anak tersebut. Bisa jadi hingga dewasa dia akan seperti itu terus, tidak bisa menyampaikan pendapat dan hanya disimpan sendiri. Sesuatu yang dipendam sendiri tidak baikk lohh (wahaha okok). Seseorang yang terlalu sering menyimpan sesuatu sendiri akan menekan jiwanya sendiri karena dibiarkan terlalu menumpuk. Bisa jadi dia menjadi pasif seperti tadi atauu bisa jadi dia menjadi sesuatu yang sebaliknya. Dia tidak dapat mengekspresikan perasaannya di rumah lalu ia lampiaskan di luar. Bisa jadi dia menjadi tukang bully atau yang lain.

Nahh makaaa dari itu seperti yang saya bilang tadi seseorang yang mau menikah itu harus memikirkan ke depannya bagaimana. Bukan cuma bahagia-bahagianya aja. Harus mempersiapkan segalanyaa. Terutama harus menyiapkan diri menjadi orang tua. Menjadi orang tua bukan sesuatu yang mudah pastinya, tetapi anak yang dibimbing oleh orang tua yang belum siap itu...saya gak tau mau bilang apa wkwk. Anak itu kan juga yang akan menjadi investasi orang tua di akhirat kelak, jadi tentunya semua orang tua ingin agar anaknya menjadi baik, soleh, bisa memberikan syafa'at bagi kehidupan dunia dan akhirat yang utama. Anak itu akan menjadi seperti itu ketika orang tua dapat membentuknya seperti itu, dapat menjadi madrasah utama yang baik bagi seorang anak. Setidaknya juga mengurangi banyaknya penyakit psikologis kaann.

Mengenai untuk pencegahan pacaran, saya mohon maaf karena saya kurang setuju akan hal ini. Untuk mencegah pacaran, pernikahan bukanlah jalan satu-satunya. Terutama jika itu terjadi bagi anak-anak, lalu langsung dinikahkan? Mencegah atau menghidari pacaran harus dimulai dari menekan hawa nafsu dari seseorang. Boleh jadi dengan berpuasa, belajar ilmu agama, menyibukkan diri dan sebagainya. Semuanya kembali lagi ke diri manusianya, memang harus benar-benar sadar dan sebagai sesamanya kita mencoba untuk mengingatkan. Jika pernikahan obatnya, lantas keluarga seperti apa yang akan ia bangun? Memang Allah memberikan hukum bagi orang yang sudah bisa menikah. "apabila ia tidak bisa lagi menahan dirinya dari hawa nafsu maka menikah wajib baginya" cmiiw (correct me if i'm wrong) tetapi harus kembali dilihat lagi apakah ia benar-benar sudah siap atau belum.

Sebelumnya mohon maaf apabila ada salah kata. Ini hanya pemikiran saya, semuanya hanya berasal dari otak saya. Saya juga belum mengalaminya, setidaknya belum berperan menjadi orang tuanya. Tetapi tentulah kita menginginkan kehidupan yang baik dan kehidupan itu berantai. Hal yang satu berkaitan dengan hal lainnya. Jadi sebelum memutuskan melakukan sesuatu bisa ditimbang akan menjadi apa ke depannya (bukan ngeramal yaa). Pernikahan dini yang saya bahas di sini tidak terkurung pada usia saja. Namun lebih kepada tak ada kesiapan fisik dan mental sebelum menikah. Bisa saja orang yang menikah di usia muda berhasil, semua kembali ke pribadi masing-masing. Usia bukan penentu kedewasaan bukan?

Sebagai seorang anak, sayangilah orang tua kalian bagaimana pun cara mereka mendidik. Karena setiap orang tua menunjukkan kasih sayangnya dengan cara yang berbeda. Kalian berhak berkeluh kesah dengan cara kalian sendiri. Tapi mungkin kalian bisa melihat pula dari sudut pandang orang tua kalian, terdengar klise tapi harus saya akui bahwa orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Seburuk apapun kita melihatnya, selalu ada makna kasih sayang di sana. Open minded bukan hanya untuk dunia yang semakin beragam ini, tapi mari kita mulai dari keluarga sendiri. Untuk kamu yang mungkin merasa tidak bisa melihat sisi positif apapun, tetap semangat. Segalanya terjadi  dengan alasan. Ingat bahwa Allah mengetahui segala hal, setiap daun yang jatuh sekalipun. Semoga kamu bisa melewatinya dan tidak pernah bosan mencari hikmah dan sisi positifnya. Jangan benci siapapun ya karena membenci tidak baik untuk kesehatan haha (I'm serious btw).

Last, lampiaskan kekesalan dan amarah kalian pada hal-hal positif. Menangis juga boleh kok, itu positif bisa mengurangi racun dalam tubuh. Kalian juga bisa menuliskannya. Tidak perlu kata-kata yang indah, coret coret tidak jelas juga akan membuat sedikit lega. Kalau kalian suka menggambar itu hal yang bagus juga. Drawing as a therapy, it really works to cure your stress. Semoga kalian berada dalam lindungan Allah dan menjaga diri dari melakukan hal yang dibenci-Nya. Semangat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...