Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

WOT

It's been a long time.  Aku di sini setelah menyelesaikan buku magis yang akan menjadi salah satu buku favoriteku,  Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin. Pokoknya yang khawatir akan masa depan,  pencarian jati diri,  usia 20-an wajib banget bacaaaa.  Ada beberapa part yang nampar banget terutama di part akhir buku. Aku di sini merasa seperti akan pengakuan dosa. Well,  aku ingin berbagi cerita yang jarang dibagikan orang lain. Bahwa kita pernah gagal,  bahwa hidup tak semulus itu.   First,  mungkin bercerita mengenai jalan hijrahku. Rasanya sangat malu menyematkannya pada diri ini. Sumpah,  jangan pernah kaitkan saya dengan hijrah lagi. Saya gak pantes, yang berubah hanya sampul semata. Memasuki tahun ketiga setelah pengambilan keputusan itu... Banyak hal berubah. Mungkin terjadi pada semua hal,  awalnya sangat bersemangat. Memasuki tahun kedua ketiga....banyak yang memudar. Kini tertinggal aku menjad...

Bumi...

Bumi, penghunimu sedang lelah.   Masalahnya hanya sepele bagi manusia normal Tapi rasanya begitu melelahkan Bumi, jangan mintai ia bercerita lagi Banyak telinga yang tidak mengerti Banyak mulut yang merasa masalahnya lebih berat Bumi,  izinkan penghunimu ini egois. Sekali saja.   Tanpa harus memikirkan sosok lain.  Izinkan ia berbahagia sejenak sahaja.   Bumi,  aku lelah.  Izinkan aku tidur.  Aku lelah dengan berbagai kesalahan yang kubuat.   Aku lelah dengan ketakutan akan kesalahan. Aku lelah dengan kecemasan akan masa depan. Aku lelah menjadi sempurna.   Izinkan penghunimu ini menikmati kesalahannya.   Izinkan ia memikirkan diri sendiri.   Izinkan ia beristirahat dengan tenang.  

B

Masih terbayang adegan yang kunonton tadi, bagaimana pemeran wanita bertarung dengan traumanya, bagaimana si psikopat yang memiliki masa lalu kelam berupa toxic parenting yang berujung depresi hingga tega membunuh orang-orang yang juga depresi. Aku hanya bisa melihat orang-orang yang depresi pun tak serta merta ingin mati, toh mereka tetap ketakutan saat akan dibunuh. Film thriller kembali menari-nari di kepalaku. Rasanya sudah lama sekali. Lama sekali tidak bertemu perasaan itu lagi. Ahh harusnya aku tidak menonton kisah seperti itu tapi aku mana tau bahwa ada pembunuh yang depresi dalam film itu. Jadilah aku sekarang, berkutat kembali dengan pikiranku mengenai sekelumit cuplikan darah merembes di kepala dan hal-hal yang aku kira sudah kubuang jauh-jauh dari hidupku. Aku menatap obat-obat di nakas, ahh tidak lagi. Aku sudah Lelah mengonsumsi semua itu. Melelahkan sekali. *** Hari ini waktu berjalan seperti biasa, tak ada yang menarik. Aku membuka media sosial ingin melihat ap...

Jangan Tertipu Kesempurnaan

pernah gak sih liat orang cantik,  kaya, banyak yang sayang tetapi merasa depresi?  Pernah dong ya,  Sulli dan Goo Hara salah satu contohnya.  Karena perasaan hampa itu gak cuma dirasain sama orang yang hidupnya keliatan susah.  Semua orang berjuang mati-matian di hidupnya.  Sesempurna apapun yang terlihat,  yakin dehh kisah sesungguhnya gak semulus itu.  Jadi jangan pernah lagi bilangin "apasih yang kurang?  Dia sempurna dan hidupnya sempurna,  kenapa harus depresi?" karena depresi gak milih-milih.   Saya juga merasa termasuk dalam jajaran yang hidupnya sempurna tapi malah didiagnosis depresi. Saya juga gak bakal jabarin alasannya karena itu masih menjadi misteri bagi saya,  saya gak bakal ceritain semuanya tapi inget selalu kalau depresi bisa mengganggu siapaa saja.   Pernah dengar Jaehyun NCT bilang, kalau dia selalu kepikiran untuk menjadi sempurna. 'everyone always tell me that you are perfect t...