pernah gak sih liat orang cantik, kaya, banyak yang sayang tetapi merasa depresi? Pernah dong ya, Sulli dan Goo Hara salah satu contohnya.
Karena perasaan hampa itu gak cuma dirasain sama orang yang hidupnya keliatan susah. Semua orang berjuang mati-matian di hidupnya. Sesempurna apapun yang terlihat, yakin dehh kisah sesungguhnya gak semulus itu. Jadi jangan pernah lagi bilangin "apasih yang kurang? Dia sempurna dan hidupnya sempurna, kenapa harus depresi?" karena depresi gak milih-milih.
Saya juga merasa termasuk dalam jajaran yang hidupnya sempurna tapi malah didiagnosis depresi. Saya juga gak bakal jabarin alasannya karena itu masih menjadi misteri bagi saya, saya gak bakal ceritain semuanya tapi inget selalu kalau depresi bisa mengganggu siapaa saja.
Pernah dengar Jaehyun NCT bilang, kalau dia selalu kepikiran untuk menjadi sempurna. 'everyone always tell me that you are perfect the way you are but I didn't believe it'. Nampol banget gak sih. Bangettt. Semenjak itu gak pernah bisa liat Jaehyun tanpa terngiang kata-kata dia. Dia yang perfect banget, ganteng maksimal kayak prince, kulit tanpa pori-pori, suara bagus, jago dance, baik banget, jago olahraga, manly banget, jadi apa yang kurangg??? Iyaa, itu kekurangannya, dia terlalu sempurna sampe merasa harus selalu tampil sempurna di depan umum. Jangan salah, ini adalah penyakit paling mematikan. Jangankan idol, saya yang warga biasa aja ngerasainnya. Percaya atau enggak, saya kadang iri sama adik saya yang bebas mengekspresikan dirinya. Dia gak musti jadi anak baik selalu, dia gak harus sekolah di sekolah favorite, no matter what people say dia tetep nyantai (setidaknya begitulah yang terlihat). Emang sih dia bakalan selalu dijudge orang-orang dengan terus dibandingin sama saya. Apakah saya merasa lebih baik? Enggak sama sekali. Justru malah membuat saya semakin stress. Gimana supaya gada cacat sedikit pun di diri saya, baik dari segi sikap sifat dan kawanannya. Mungkin terdengar gila, toh saya manusia biasa yang bisa salah. Tapi saya takut banget sama kesalahan, seakan-akan kalau berbuat salah tuh dosa besar. Bebannya berat bnget. "Gampang, tinggal ubah mindset, kan udah paham itu gak baik". Tak semudah itu, sampe sini saya paham ubah mindset gak semudah mendaki gunung mahameru. Kok jadi curhat sieu? Hm.
Itu sedikit contoh nyata dari saya yang bisa saya ceritakan. Kita gak pernah berhak judge orang lain, kehidupan orang lain, pikiran orang lain, sudut pandang orang lain. Sayang banget kita hidup di jaman penuh penghakiman tanpa mau mendengarkan terlebih dahulu. Berasa mendengarkan adalah hal paling imajinatif yang ada sekarang, semua orang ingin menjadi pembicara dan didengarkan. Sering dengar, dunia emang makin sakit aja.
Cuma mau bilang, inget lohh sempurna hanya milik Allah semata. Gada kesempurnaan di dunia ini, yang ada hanya terlihat-sempurna.
Kisah Sulli gak pernah bisa kulupakan karena salah satu pemicu saya cari pertolongan juga. Udah yah, mereka udah gak ada, gausah dijudge ini itu lagi. Mereka capek sama sick society. Semasa hidup kalian bully, masa udah mati juga sih. Hari itu kalian sadar bahwa bully itu gak baik, besoknya dilakuin lagi. Sadar atau gak sadar. Coba deh buka buka lagi sosial media kalian menanggapi kasus bullying terus proyeksikan diri di masyarakat, udah lepas dari bullying tidak? Iya, note ini untuk aku. Mari kita mulai dari diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar