“hufft” aku menghela napas berat. “capek hidup”. Hahah.
Hari ini hari bersejarah bagi seorang Camelia, aku akhirnya mencari pertolongan. Aku sangat takut pada diriku sendiri sekarang. Terkadang sangat Bahagia, tertawa sendiri untuk hal sepele kemudian menangis sejadi-jadinya untuk hal yang juga sepele. Aku sudah gila. Tahu yang lebih menakutkan dari semua itu? Aku seperti psikopat, takut melihat benda tajam. Membayangkan benda itu berada di pergelangan tanganku yang tipis, memaksa darah dari nadiku memancar. Pikiran yang membayangiku 24 jam 7 hari seminggu. Aku seperti akan gila memiliki pemikiran seperti itu. Tak kusangka hari bersejarah itu akhirnya datang. Aku selalu membayangkan diriku ketika bertemu dengan psikolog atau psikiater, aku akan menangis sejadi-jadinya, menghabiskan tissue yang sangat banyak, menceritakan seluruh keluh kesah yang tak dapat kuceritakan kepada orang tua dan teman-temanku.
Aku sudah berlatih keras kemarin. Sambil menangis bertliter-liter aku melatih semua yang ingin aku katakan. Kini tiba giliranku, setelah antrian yang cukup Panjang. Sebenarnya aku agak takut terlihat aneh, aku.menunggu.di.depan.ruang.jiwa di sebuah rumah sakit besar, entah apa yang orang-orang akan katakan. Aku masih sangat muda, aku terlihat baik-baik saja dan sedang menanti giliran masuk ke ruangan jiwa. Aku sendiri dan itu memang mauku. Aku sedang kacau sekali belakangan ini, aku kacau datang ke sini. Aku terlalu rajin membaca, banyak sekali berita bunuh diri yang aku baca belakangan ini. Membuat pikiran untuk bunuh diri juga melayang-layang di kepalaku akhirnya aku hanya bisa menangis berhari-hari dan tidak dapat melakukan aktivitasku seperti biasanya. Kini jantungku berdegup begitu kencangnya, bagaimana jika ada seseorang yang mengenaliku? Apa yang akan aku katakana kepada dokter? Aku sudah menuliskan poin-poin yang akan aku katakan pada dokter, seperti menulis power point tapi rasanya otakku terkena blackout, aku blank.
***
Aku keluar ruangan dengan tatapan kosong. Akhirnya aku mengatakannya, pada seseorang yang aku temui pertama kali, pada seseorang yang aku yakini dapat menjaga rahasia, pada seseorang yang aku percaya. Tanganku bergetar hebat, aku ingin sekali menangis tapi aku sedang di depan umum, aku tidak ingin terlihat benar-benar gila. Keluar dari ruang jiwa kemudian menangis sendiri, pas sekali aku sudah seperti orang gila. Jantungku masih berdegup begitu kencang, 146 katanya wow tinggi sekali. Aku bisa terkena serangan jantung ketika memakan dua buah sate kambing. Aku menggigit jempolku untuk mengurangi rasa bergetar itu. Akhirnya, I did it. Aku terharu pada diriku sendiri.
Sayang sekali masih banyak yang ingin aku katakan. Tapi aku speechless, hanya sedikit informasi yang aku berikan aku sudah didiagnosa depresi dan anxiety disorder. Bagaimana bila ia tahu semua yang bersarang di lubuk hatiku. Lidahku rasanya kelu berada di ruang dingin itu. Bayangan aku akan menangis menceritakan kisahku hanya tertinggal bayangan saja, toh aku tetap berusaha tegar dengan tidak menangis. Aku hanya mengatakan sedikit, setidaknya batu paling besar itu sudah terangkat walau sedikit. Poin-poin yang sudah aku susun baik-baik bubar sudah, aku tidak mengikuti scenario seperti biasanya.
***
Dokter, aku ingin mengatakan….
Tolong bantu aku. Aku Lelah dengan film thriller di kepalaku. 24/7 kepalaku dipenuhi gambar orang gantung diri, mati kehabisan darah, melukai dirinya sendiri terutama ketika melihat benda tajam, keinginan itu sangat kuat. Aku…takut pada diriku sendiri.
Aku…Lelah dengan dunia. Dunia yang nyatanya begitu kejam. Aku Lelah dengan segala kesempurnaan yang kumiliki. Aku punya keluarga, aku punya teman, aku punya sahabat, aku punya uang, mukaku tidaklah buruk-buruk amat, aku hidup enak, hidupku sempurna dan aku harus sempurna juga. Aku tumbuh dalam kesempurnaan sehingga kesalahan tidak diizinkan hadir di hidupku. Aku mendapat nilai 90, harusnya 100!! Aku mendapat IPK 3,8., harusnya 4.00!! iya, aku hidup seperti itu, dan aku Lelah sekali. Seakan aku tidak boleh cacat sedikit pun. Akhirnya aku hidup dibayangi kesempurnaan padahal siapa yang bisa sempurna di dunia yang tidak sempurna ini? Orang tua yang menuntutku untuk sempurna pun tidak sempurna. Tapi aku sudah terlanjur takut, aku takut akan kesalahan. Bahkan ketika kesalahan itu masih terproses di kepalaku, membuat pikiran bercabang kemana-mana. Overthinking. Pikiran itu mengikis sedikit banyak semangat hidupku. Aku ingin sekali beristirahat. Pada saat seperti itulah aku ingin mati.
Walau orang tuaku tidak sempurna, mereka tetaplah yang terbaik. Aku takut sekali mengecewakan mereka, aku takut lulus tidak tepat waktu, aku takut tidak bisa menjadi orang yang membanggakan. Pada saat seperti itu aku ingin sekali menghilang. Aku hanya menjadi beban, aku menghabiskan biaya ini dan itu kemudian berakhir mengecewakan. Aku belum bisa menjadi seseorang yang membanggakan. Aku ingin mati. Aku benci menjadi orang yang lemah, yang sulit membuat keputusan, yang kurang tegas pada pilihan hidup, yang membutuhkan pengakuan orang-orang bahwa aku ini baik-baik saja baru bisa hidup tenang. Hidup seperti itu melelahkan.
Dok, aku takut menjadi orang yang mengecewakan orang tuaku… sampai detik ini aku tidak tahu ingin menjadi apa. Aku tidak punya ambisi karena aku pun masih bingung tujuan apa yang ingin aku kejar. Aku masih mengambang, salah satu alasan aku berlama-lama mengerjakan tugas akhir, habis ini apa? Aku masih memikirkannya. Tujuan hidupku masih sangat abu-abu, aku tidak ingin berada di pilihan orang tuaku lagi. Aku sungguh tidak menyukainya. Aku ingin memikirkan semuanya, yah aku kini memikirkan semuanya tapi belum menemukan titik terang. Aku terlalu pecundang untuk dunia yang kejam.
Kini aku terkadang benci melihat pantulan diriku di cermin. Kepolosan masa laluku seakan kembali ketika aku melihat diriku sendiri, aku yang bodoh, tak berguna, sangat tidak pantas untuk hidup. Sebuah alibi aku benci dibilang cantic tapi terkadang aku benar-benar tidak menyukainya.
“kamu mah enak cantik”
“bagus aja, bibir kamu kan cantic”
“yaa kan hidung kamu mancung”
“alis kamu kan udah bagus”
Seakan-akan semua hal di dunia ini tentang fisik semata. Tapi terkadang aku juga berpikir memang sih yang cantic/ganteng akan mendapat privilege dan aku sangat membenci dunia dan orang-orangnya akan hal itu. Semua pernyataan-pernyataan seperti itu malah membuatku insecure, toh di luar sana banyak sekali yang lebih cantik. Plz, semua ini hanya titipan.
Dok..aku Lelah harus mendengarkan semua yang dikatakan orang-orang. Aku Lelah mengapa aku harus mengikuti apa pandangan orang lain. Toh ini hidupku, tapi sebelum bertindak aku harus berpikir tapi nanti apa kata orang? Apa yang harus orang tuaku katakan? Bahkan kenyataan aku memiliki gangguan mental pun sudah sangat memalukan. Tapi aku ingin keluar dari stigma, aku ingin orang-orang paham bahwa memiliki gangguan mental tidak seburuk itu. Kami tidak gila.
Pertanyaan “kok bisa?” “ada masalah apa?”, adalah pertanyaan ajaib bagi saya. Saya juga tidak tahu kenapa depresi, kenapa anxiety, kenapa memiliki pikiran seaneh itu. Semua terjadi begitu saja. Semua seakan berkolaborasi merusak syaraf-syaraf ini. Saya gak punya jawabannya. Saya juga penasaran dengan jawabannya. Jika menangis hanya karena saya ingin, bahkan taka da masalah apapun saya ingin melukai diri saya sendiri atau yang lebih ekstrim saya ingin mati. Tanpa alasan.
Tapi dok..saya paham banyak orang-orang yang sayang sama saya, termasuk Allah. Itulah mengapa saya bertahan gak menyakiti diri sendiri. Alasan saya gak bunuh diri beneran. Saya mungkin gak bisa membanggakan tapi saya juga gak mau bikin mereka bersedih. Saya masih takut hari pembalasan, saya tau orang yang bunuh diri gak akan dapat tempat di akhirat. Saya tau dunia ini hanya sementara begitu pula dengan isinya. Saya hanya Lelah, ingin beristirahat tapi saya gatau bagaimana cara mengistirahatkan pikiran. Pikiran yang selalu menghantui, memori masa lalu yang selalu aku bawa.
***
Sebelum bertindak, silakan pikirkan akibat dari yang akan kalian lakukan. Mungkin bagi kamu sepele, tapi tidak bagi saya. Mungkin bagi kalian sepele, tapi tidak bagi orang lain. Mungkin kamu lupa, tapi saya tidak. Iya, saya harus berkutat dengan trauma, depresi, anxiety.
bertahanlah satu hari lagi. ucapkan itu setiap hari. yah?
BalasHapuskamu akan bertahan.
Hai terima kasih mba anonim. Aku akan mengikuti saranmu
Hapus