“astagfirullah…astagfirullah…”
Aku menarik napas dan menghembuskannya berkali-kali sambil
terus melafalkan istighfar. Mataku memanas, kepalaku penuh kekhawatiran. Ia kembali,
anxiety itu kembali dan ia siap menggerogoti setiap sudut hidupku. Aku menenggelamkan
diri dalam pelukan dengan diriku sendiri, aku terisak, aku goyah, aku patah,
lagi. Aku ingin berteriak begitu kerasnya, aku ingin ke ujung dunia lalu
berteriak di depan tebing tinggi, sangat kencang.
***
Hari ini memasuki hari ke 20 setelah berita tersebut pecah di
negara ini. Kematian ke 49 sudah tercatat. Tanganku bergetar hebat membaca
berita hari ini. Dokter-dokter dan tenaga kesehatan yang berada di lini
terdepan mulai berguguran, aku semakin terguncang. Peristiwa ini mungkin bukan yang
pertama kalinya tapi peristiwa ini yang paling membumi hanguskan negara. Semua kegiatan
dihentikan, semua orang diminta tetap tinggal di rumah, sekolah dan universitas
diliburkan, bahkan ada permintaan work from home. Semua dilakukan demi
menekan penyebarluasan wabah itu. Walau demikian, jalanan tidak serta merta
sunyi senyap, masih banyak manusia-manusia berkepala batu yang tidak
mengindahkan perintah pemerintah. Ahh jika aku jelaskan setiap rinci kejadian
dengan kehadiran virus itu beserta dampak yang ia tinggalkan kamu akan membaca
sebuat cerita yang sudah bisa dijadikan buku.
Terlalu banyak manusia bebal di negara ini, bahkan mengutuk
pemerintah yang melarang penyelenggaraan salat jumat di masjid untuk
menghindari keramaian padahal di hari-hari sebelum virus itu datang pun ia
tidak pernah ke masjid. Sekarang malah bersuara paling lantang mengkafirkan
ulama karena dianggap lebih takut kepada virus daripada Tuhan. Yaa, manusia
sombong memang akan seperti itu.
***
Aku? Namaku Dandelion, harus kembali berkutat dengan rasa
cemas. Awalnya baik-baik saja, semakin lama semakin banyak berita mengudara. Aku
rasa semua pemilik mental issue tidak suka dengan adanya berita kematian,
begitu pula aku. Sangat triggering. Aku sudah melafalkan mantra “don’t
be panic! Don’t be panic! Relax, take a deep breathe” tapi tetap saja diri
ini terserang panik yang luar biasa walaupun selalu mewanti-wanti orang lain
untuk bersikap tenang. Aku khawatir akan banyak hal, banyak sekali. Virus ini
melumpuhkan banyak negara, membatalkan dan menghancurkan seluruh perencanaan
yang telah dibuat dengan matang, merusak segala perhitungan. Aku sangat
membencinya. Karena itulah aku kembali diserang rasa cemas. Aku bahkan terlalu
parno akan makhluk renik itu. Ialah musuh paling berbahaya, tak terlihat namun
mematikan.
Aku selalu meminta orang-orang untuk biasa saja, tetap waspada
tapi tidak panik padahal aku sendiri sudah panik setengah mati apalagi melihat
kematian yang semakin melaju pesat hari demi hari, semuanya begitu menakutkan. “bagaimana
jika..bagaimana jika…” adalah hal yang selalu mengambang di kepalaku. Bahkan
setelah sekian lama, aku kembali rajin meminum obatku. Rasanya begitu aneh,
kehadiran makhluk tak kasat mata dapat mempengaruhi orang begitu hebatnya.
Oh iya akan aku ceritakan bagaimana makhluk itu membongkar
pasti wajah-wajah manusia yang sesungguhnya, menyingkirkan topeng yang selama
ini melindunginya. Sifat egois. Pada saat seperti inilah kejahatan manusia
terungkap. Panic buying adalah salah satu dampak paling besarnya. Orang-orang
berlomba-lomba membeli begitu banyak bahan makanan sehingga tak tersisa bagi
kaum yang lebih membutuhkan. Sungguh ironi. Pada akhirnya pembunuh pertama akibat
wabah ini bukan virusnya tetapi masyarakat yang egois.
Aku kembali diselimuti rasa cemas. Kembali kecemasan akan
masa depan, cemas akan tugas akhirku yang mandek bahkan sebelum virus ini
menyerang satu negara. Aku diserang rasa kesal, kesal pada manusia-manusia
bebal yang menganggap semua ini hanya lelucon, yang tak peduli apa kata saintis
dan ulama, mereka terlalu percaya diri, ahhh rasanya aku ingin marahh.
***
Aku berharap semua ini segera berlalu, aku Lelah sekali namun
tidak dapat menemui dokter karena keadaan yang sangat tidak memungkinkan. Covid-19,
sudahi kegiatanmu memporak-porandakan bumi. Setelahmu pergi, kami akan tetap
melanjutkan hidup bersih yang telah engkau ajarkan pada kami. Ingat teman-teman,
sadar atau tidak covid-19 ini datang dengan memberikan sinyal kepada kita semua
untuk selalu menerapkan hidup bersih, makan makanan bergizi, berolahraga
teratur, sering-sering mencuci tangan dan sebagainya. Ingat, selepas covid-19
ini pergi tetap lanjutkan kebiasaan kita karena bakteri dan virus lain tetap
berkeliaran walaupun tidak semematikan covid-19. Ingat juga untuk selalu
mendekatkan diri kepada-Nya. Di masa-masa sulit ini, kalian pasti lebih banyak
berdoa kepada Allah yang semoga saja akan tetap berlanjut ke depannya. Terutamaa,
bagi mereka-mereka yang tiba-tiba menjadi paling agamis dan mencaci maki
keputusan ulama. Datang memang mako ke masjid kalau selesai semua ini!!!
***
Selamat ulang tahun, Renjun!! <3
Komentar
Posting Komentar