…………………… Stok cerpen ataupun
puisi layak upload telah menguap. Berhubung
hal tersebut menjadikan blog ini “mati suri” jadi keputusannya aku akan
bercerita sedikit.
……Aku percaya dengan kalimat
“Hukum KARMA pasti berlaku”. Really Believe and today it’s happen to me
(abaikan bahasa asing yang benar-benar asing ini)
Jadi,
mulai dari mana yaa...? gak tau memulai cerita absurd ini nih. (mulai bicara
sendiri)
Hari
itu hari Sabtu, menggunakan baju pramuka, jilbab coklat, kaos kaki hitam dan
sepatu hitam. Saking berkesannya sampai semuanya aku mengingatnya. Saat itu
pelajaran Sejarah. Aku duduk di belakang bersama salah satu fans fanatikku
(jangan sirik!) dan seorang teman lagi entah disebut apa. Dia bisa kita panggil
“Zen”. Jadi si ibu guru ini meminta kita untuk bergabung dengan kelompok
masing-masing. Akibat libur pendek yang lebih dari satu abad kurang 93 hari
(Skefo: 93 adalah nomor motor Marc
Marquez) diriku sudah lupa dengan siapa aku satu kelompok. Kemudian
entah dengan insting apa namanya aku bertanya kepada Rahmi yang berada di barisan
depan, dan dia berkata kami sekelompok. Lega rasanya mengetahui aku sudah
menemukan jati diriku di antara orang-orang kebingungan dan kelaparan ini yang sibuk bertanya ini itu membuat
sebuah keributan kecil semacam tempat bertemunya penjual dan pembeli. Diriku
dan fans setiaku di sampingku sibuk meledek anak-anak malang itu karena belum
menemukan jati dirinya. Kasihan sekali mereka!
Langkah
selanjutnya, saatnya bergabung dengan teman sekelompok masing-masing. Dengan
riang gembira dan wajah sumringah cerah berseri-seri aku turut bergabung dengan
kelompok satu. Aneh binti Ajaib, anggota yang lain berkata bahwa diriku
bukanlah bagian dari mereka. Apa maksudnya ini? Sementara kelompok 2 sibuk
memberikan materi mereka yang entah tentang apa. Aku lupa. Oke kembali ke the problem of group 1 (ceritanya biar
sering pencet ctrl+I),
“ jadi aku
bukan salah satu dari kalian?”kataku dengan suara yang cukup untuk membuat ibu
guru dan moderator kelompok dua melotot kepadaku.
“jadi aku
berasal dari mana? Tidak mungkin dari Uranus kan? Tapi Rahmi berkata aku salah
satu dari kalian.”ihks..ihkss.. (ceritanya nangis dalem hati)
Setelah
semuanya berpartisipasi menganalisa, meneliti, menggali ingatan,
mengingat-ingat kembali, kemudian mengingat lagi, didapatkan sebuah kesimpulan
menyayat hati bahwa aku benar-benar bukan dari kelompok mereka. Ini sungguh
tragis. Inikah yang dinamakan KARMA? Sekarang akulah yang menjadi anak Malang
(sebuah daerah di Indonesia kalau dirimu tak tahu), anak kebingungan,
kelaparan, dan tak menemukan jati diri. Kasihani dirimu sendiri nak! Aku merasa
kesepian dan sendirian di antara mereka yang sibuk bercanda tawa dan
tersenyum-senyum dan amat bersemangat dan tanpa masalah dan, oke kata ‘dan’
kebanyakan. Cukup Bapernya. Yeeyy!! Aku sudah dapat menggunakan kata itu,
karena sudah mengetahui artinya. :D.
Aku
sampai lupa aku punya masalah serius dan jika tidak segera ditangani bisa
berakibat fatal. Jadi anak-anak dari kelompok satu (dan ternyata bukan
kelompokku) membantuku menemukan tempat asalku (Jadi ingat drama-drama
Indonesia zaman dahulu kala). “Ingat”? ternyata aku bisa mengingat juga. Jadi,
anak-anak kelompok 1 itu berpartisipasi menganalisa, meneliti, menggali
ingatan, mengingat-ingat kembali, kemudian mengingat lagi, didapatkan sebuah
kesimpulan menyayat hati bahwa aku merupakan anggota dari kelompok 2. Sungguh
tragis bahkan kelompokku sendiri pun harus diingat oleh orang lain. Baik, itu
tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan fakta berikutnya. Ternyata… si
ekhem sudah taken. Aku turut senang
(lagi munafik).
Maaf!
tadi ada kesalahn teknis. Tulisan tadi salah tempat. Abaikan saja dia, sudah
aku coret. Oke focus, ini aku lagi curhatt. Jadi fakta berikutnya menyatakan
bahwa kelompok dua yang ternyata adalah kelompokku yang sesungguhnya telah
melupakanku. Mereka sibuk mempersentase di depan tanpa mengingat secuil
pun/sedebu pun/sebutir pun/seekor pun tentang diriku. Ini sungguh sungguh
tragis. Masih ada yang lain, ternyata Marc Marquez hanya berada di urutan ke
5 di GP perdana 2015. Ini membuatku
menjadi seorang pemurung.
Maaf!
Kadang-kadang tempat ini bermasalah. Lanjut, fakta berikutnya adalah bahwa si
kelompok dua ini atau bisa dibilang kelompok asalku atau bisa dikatakan tempat
dimana aku seharusnya berada atau bisa di… (sinonimnya
dibilang=dikatakan=’orang genius akan mengisinya sendiri’) merupakan kelompok
yang memberi materi sudah berada dalah tahap/sesi pertanyaan/Tanya jawab.
Sakitnya tuh di sini! Maaf tadi lagi ngalay! Aura-aura zaman-zaman SMP yang
kelabu muncul kembali. Ini sudah terlambat.
Benar-benar terlambat. Kenapa sih hidupku selalu dipenuhi keterlambatan?
Terlambat datang ke sekolah juga
terlambat bangun juga terlambat
salat juga terlambat milih jurusan juga
terlambat sadar bahwa diriku… (menghapus peluh) (Kesalahan teknis hampir saja
terjadi). Dan sekarang? Sudah terlambat untuk turut serta bergabung, mereka
sebentar lagi akan menyelesaikan persentasi mereka. Ini sungguh sungguh sungguh
tragis..
Saatnya
mencari jalan keluar. Karena di setiap ruangan pasti ada pintu dan pintu
merupakan jalan keluar (abaikan fakta bahwa pintu juga jalan masuk) (?). Sama seperti setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. #Aseekk.. oke kembali kepada diriku yang sesungguhnya. Jalan keluar
tersebut juga ditemukan bukan oleh seorang Albert Einstein atau Galileo maupun
Leodardo Vetra apalagi Robert Langdon (berbahasa ‘Dan Brawn’) namun oleh
anak-anak kelompok 1 yang sekali lagi bukan kelompokku yang sesungguhnya. Aku
sungguh berterima kasih kepada mereka, kepada semua perhatian dan kasih sayang
mereka itu. Atau hanya kasihan? Entahlah, aku tak perlu mengetahuinya. Kadang
kebohongan lebih ingin kudengar daripada kenyataan yang pahit sepahit Kopi
tanpa Gula. Mereka kembali berpartisipasi menganalisa, meneliti, menggali
ingatan, mengingat-ingat kembali, kemudian mengingat lagi, didapatkan sebuah
kesimpulan menyayat hati bahwa Aku Harus Mencari Kelompok Baru. Ini sungguh sungguh sungguh sungguh tragis.
Bukannya mereka tidak mau menerimaku, dilihat dari bantuan dan kebaikan mereka
tadi , itu tidak mungkin mereka lakukan namun nilai mereka sudah diambil. Ini
sungguh sungguh sungguh sungguh sungguh tragis.
Tahap
mencari kelompok baru. Dimulai dari kelompok terdekat, kelompok tiga. Sudah
banyak yang bersedia menerimaku dengan tulus ikhlas namun ternyata salah
seorang anggota kelompok mereka tidak menerimaku. Ingat saja nama yang pernah
kusebut. Hastag (#) Kode. Dengan alasan mereka kebanyakan anggota.
“semakin
banyak anggota, lebih baik”kata yang lainnya
“tidaaaakkk!”dia
berteriak seperti Indonesia Pintar Eat Bulaga. Aku pikir dia sangat ingin
memainkan permainan itu.
Penolakan.
Ditolak? Aku sih belon pernah ditolak mentah-mentah tapi kalo ‘Tolak Kode’…
maaptadibaper. Yes! Pake kata itu lagi. :D penolakan ini sungguh sungguh
sungguh sungguh sungguh sungguh tragis.
Akhirnya
bel pulang berbunyi. Bagaimanakah nasibku selanjutnya? Tunggu part berikutnya!
Part berikutnya…
Haii…
setelah tadi berbincang-bincang
pengalaman absurdku di kelas. Tanpa banyak jeda langsung aku kabulkan
permohonan kalian yang udah banyak banget yang minta next gituhh.. terima kasih yaa! Telepati orang-orang Kepo memang
canggih. Sekadar info, sekarang sudah ditemukan alat komunikasi super duper canggih melebihi telepon genggam
maupun internet dan menyampaikan pesan dalam waktu cepat. Alat itu dianamakan
“Antena Kepo”. Alat ini limited edition,
jadi hanya dimiliki oleh orang-orang KEPO. Cara penggunaannya cukup dengan
membuat si pemakai penasaran dan sekali kerlingan mata pesan anda terserap oleh
otak besarnya. Baeklah, mengenai kecanggihan alat ini akan ada artikel khususnya.
Jadi cukup “subscribe” aja blog ini dan dapatkan info terbarunya.
Back to the main taufik, jadi belajar
dari Andrea Hirata bahwa kita harus selalu berusaha sekuat tenaga semampu kita
untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Maka dari itu, saya mencoba untuk
berusaha sekuat tenaga walau tak mampu untuk mencari kelompok baru.
Terima
kasih! Pencarian kelompok baru akan segera dibuat artikelnya bila mood sedang
baik. Muah muah! (trauma titik
dua bintang).
Komentar
Posting Komentar