Perutmu makin hari makin buncit akibat makanan yang dipaksakan
Sementara lambung kami tiap detik berteriak keroncongan
Rumahmu makin megah dengan fasilitas mewah
Sementara kami tidur beratap langit beralas tanah
Bermobil kapal pesiar nan pesawat tuk keliling dunia
Sementara kami berjalan di tengah rongsokan dengan kaki terbalur sendal yang tak simetris saja sudah bahagia
Puas gonta ganti pakaian mengikuti trend dengan harga selangit
Sementara kami sudah dapat tersenyum dengan baju lusuh yang tak perlu dijahit
Kamu memegang perutmu yang terlalu maju itu karena tak sanggup menopang
Sementara kami memeras perut kami agar tak berisik meminta pengganjal lambung
Matamu berbinar nan tubuh bergetar melihat tumpukan rupiah tumpah ruah
Sementara kami kaki bergetar akibat tubuh lemah sementara rupiah susah
Mengendap-endap toleh kanan kiri dengan hati kalut
Sementara kami hanya khawatir bila hari ini sudah maut
Senyum keserakahan tak pernah pudar darimu tuk tutupi batin merana
Sementara kami senyum tulus hiasi wajah kami tuk hidup yang diberi Sang Kuasa
Hati merah darah tertimbun hijau berkilauan
Sementara kami hanya miliki hati lapang tanpa sang adigdaya sepeser pun
Jantung berdetak lemah dengan infus sang celengan dollar
Sementara kami hanya dapat tersenyum lemah melihat sang izrail berputar
Komentar
Posting Komentar