Saat ini aku sedang tidak bisa merangkai kata memotivasi. Energy positifku terkuras habis. Habis tak bersisa.
Monster itu datang lagi.
Kata orang, cintai dirimu sendiri.
Kini, aku sulit mencintai orang lain.
Sulit mempercayai orang lain.
Hal paling kejam, orang menganggapku teman bahkan seakan saudara tapi aku...aku tidak bisa.
Aku tidak pernah mengizinkan seseorang terlalu dekat denganku, menganggapku lebih dari teman, sebagai saudara atau sahabat.
Aku tidak sebaik itu.
Aku takut hanya akan mengecewakan.
Aku selalu ingin mengatakan, jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadapku.
Aku tidak sebaik yang orang lain pikirkan.
Ketika aku memulai mempercayai sesuatu, semua hilang dalam sekejap.
Aku adalah pelajar ulung. Tidak akan suka mengulang kesalahan dan sakit yang sama.
Orang lain selalu takut merasa sakit dan kecewa, tapi mereka tetap mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang mereka harap akan berbeda dari sebelumnya padahal tau pasti akhirnya akan sama.
Aku tidak suka kesalahan berulang.
Aku tidak suka merasa sakit yang sama.
Jadi, jangan pernah menganggapku lebih baik dari teman atau merasa mengenalku dengan baik.
Karena aku kesulitan membalasnya.
Aku tidak pernah mengizinkan seseorang terlalu dekat denganku, menganggapku lebih dari teman, sebagai saudara atau sahabat.
Aku tidak sebaik itu.
Aku takut hanya akan mengecewakan.
Aku selalu ingin mengatakan, jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadapku.
Aku tidak sebaik yang orang lain pikirkan.
Ketika aku memulai mempercayai sesuatu, semua hilang dalam sekejap.
Aku adalah pelajar ulung. Tidak akan suka mengulang kesalahan dan sakit yang sama.
Orang lain selalu takut merasa sakit dan kecewa, tapi mereka tetap mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang mereka harap akan berbeda dari sebelumnya padahal tau pasti akhirnya akan sama.
Aku tidak suka kesalahan berulang.
Aku tidak suka merasa sakit yang sama.
Jadi, jangan pernah menganggapku lebih baik dari teman atau merasa mengenalku dengan baik.
Karena aku kesulitan membalasnya.
Sebuah ironi, sisi diriku ingin sendiri sedang sisi yang lainnya tetap merasa membutuhkan teman. Entah teman yang mana.
Aku hidup dalam kesendirian. Terkungkung bersama diriku sendiri. Diriku yang kubenci.
Pengecut, melarikan diri dan mengurung diri. Ingin selalu sendiri.
Saat ini aku ingin mengakui.
Yah, aku lemah. Sangat lemah dan rapuh.
Diriku bisa hancur bahkan sebelum tersentuh.
Oleh karena itu aku membangun tembok kokoh di luar.
Sebelum sesuatu mendekat dan menghancurkan.
Karena aku begitu rapuh, pertahanan dari luar harus sekuat baja dan sedingin es.
Ya, kalian benar. Aku sangat lemah.
Mungkin akan banyak yang bilang menyatakan hal seperti ini di dunia maya sungguh lemah dan bodoh.
Tapi bagi orang-orang sepertiku, hal seperti ini membutuhkan keberanian sepuluh kali lipat dari menyembunyikannya.
Seseorang berkata, luka yang akan bernanah jika disembunyikan.
Ya ia bernanah.
Dan aku lelah.
Aku lelah bersembunyi.
Aku ingin sekali mengatakan yang sejujurnya ketika ditanya "apakah kamu baik-baik saja?", aku ingin sekali menjawab "tidak, aku tidak baik-baik saja"
Tapi aku tidak siap dengan pertanyaan selanjutnya yaitu "mengapa?"
Karena aku juga tidak tau jawabannya.
Aku benci terlihat menyedihkan.
Jadi aku bersembunyi. Menyembunyikan nanah yang menjijikkan itu.
Apa? Mencintai diri sendiri?
Aku selalu mengatakannya ke orang lain karena tidak mencintai diri sendiri itu berbahaya.
Aku?
Aku juga tidak menyukai fakta itu, seberapa hebatpun aku meninggikan diriku, sebagian diriku yang lain berteriak aku harusnya membenci diriku sendiri.
Aku tak tau alasannya
Dan aku harusnya tidak mendengarkannya.
Tolong cintai diri kalian!
Aku benci monster itu.
Aku ingin dia hilang.
Jangan tanyakan padaku.
Jangan minta aku bercerita.
Aku tidak menemukan diksinya.
Aku benci urat kebiruan itu begitu transparan.
Membayangkannya terputus begitu saja.
Mengalirkan darah segar.
Anggap saja aku gila.
Ya, hampir semua orang menganggap hal seperti itu kegilaan, kebodohan,
Ya...mereka benar.
Oleh karena itu, aku benci diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar