Langsung ke konten utama

DILEMA BESAR (cerpen)



DILEMA BESAR
                Kata orang, hidup itu tak pernah mulus. Bagaikan jalan berbatu berliku-liku menuju puncak gunung dengan jurang kanan kiri. Kata orang, setiap cobaan hidup pasti datang, menghampiri setiap manusia tabah. Kata orang, Tuhan pasti akan mendatangkan cobaan yang dapat diselesaikan umatnya. Tapi TIDAK bagiku.
                Hidupku memang tak mulus bagai kaki jenjang wanita jepang, hidupku juga dipenuhi cobaan bagai kisah sinetron-sinetron berderai air mata. Namun, air mata itu tak sampai di pelupuk, hanya terus tertahan dalam sanubariku walau aku tahu air mata itu mengucur deras dalam hatiku. Benci jadi seorang remaja. Mungkin kata terbodoh yang pernah kudengar, atau bahkan aku akan mengatakan benci jadi seorang manusia. Aku benci menjadi remaja yang baru mengenal cinta. Remaja yang terlalu dalam memikirkan perasaan. Remaja yang otaknya harus dipenuhi rumus-rumus aneka warna dan cinta. Kadang kata teman akan menjadi pengobat, namun kata itu juga dapat menjadi racun.
 Dilema? Tentu semua orang pernah menghadapinya . kisah abu-abuku kucurahkan untuk kata Dilema.
***
                Teman.. Ia yang selalu setia menghiburku saat aku kesusahan, ia yang selalu tertawa ceria bersamaku, ia yang selalu berdiskusi denganku mengenai ion dan molekul, dan ia yang akan duduk bersamaku di depan kelas memandang hamparan lapangan hijau di depan mata. Namun, ia juga yang menimbulkan dilema itu muncul satu persatu dan akhirnya menjadi sebesar mahameru.
***
                Berawal dari kisah teman-temanku yang menjodoh-jodohkanku dengan dia, aku menanggapinya dengan biasa saja. Dia sekelasku dan dia baik. Hingga akhirnya kami menjadi pasangan dalam kelas, yang tiada hari tanpa kalimat-kalimat godaan dari yang lainnya. Setiap hari kujalani hidup seperti ini, hingga hari berganti menjadi bulan. Benih yang ditanam dan dikubur rapat-rapat dalam tanah, jika terus disirami air dan dipupuki akan tumbuh menjadi kecambah dan akhirnya menjadi sebatang pohon kokoh. Begitulah aku. Perasaan yang awalnya teman beralih haluan menjadi perasaan ganjil tak terdefinisikan karena kalimat godaan yang setiap hari kulahap. Aku tak tahu dengan dia dan aku ingin tahu.
                Ia mungkin tak setampan romeo -nya William Shakespeare  namun ia memiliki karisma setingkat Albus Percival Wulfric Brian Dombledore-nya JK Rowling. Mungkin satu hal kecil itu yang membuat gadis-gadis di luar maupun di dalam sekolah menyukainya. Aku yang bertabiat wartawan yang berkeingintahuan selangit akan diam seribu bahasa memikirkannya. Satu yang pasti aku mengenal semuanya. Mereka temanku. Bahkan yang lebih menyakitkan adalah salah satu dari mereka teman kelasku yang berarti teman kelasnya juga. Kami betiga sekelas. Cinta segitiga dalam kubus. Tajam dan bersudut siku-siku. Orang berikutnya juniorku. Dua juniorku lebih tepatnya. Entah setan apa yang merasukiku sehingga aku berusaha membantu salah satu dari mereka dekat dengan si albus ini. Membuat hatiku perih tak tertahankan, bukan karena aku sakit hati. Tapi karena derai air mata sahabatku yang entah bermuara darimana menetes begitu saja melihat tingkah bodohku. Dan yang terakhir seniorku. Mungkin jika tak ada tiga orang sebelumnya, aku tak akan berdilema lagi hanya karena orang ini. Senior itu membuatku muak, jika yang lain bergeming ia akan terus menintimidasi. Mungkin karena senioritas yang telah mendarah daging dalam negeri ini.
                Dilema besar sekarang melandaku, perasaanku semakin lama semakin ke utara semakin mendalami kutub utara. Dinginnya laut utara merobek nadiku, nafasku tercekat, darahku berhenti beredar, sendi-sendiku lumpuh. Semua karena perasaan yang tak kunjung berkesudahan pada orang yang salah. Perasaan bersalah pada temanku yang lain. Pemaksaan kadang dilakukan sahabatku agar aku dan dia bersatu. Namun, mereka tak mengerti aku yang tertekan di sini. Bangun itu tak hanya segitiga dan kubus namun juga segilima, segi enam, atau segi-segi yang lainnya yang tak dapat kuhitung. Perasaanku dipenuhi sesak, bukannya aku tak ingin dengan dia tapi kenyataan yang tak mengizinkan.
THE END

Komentar

  1. kayak mengertika kisahnya. hahaahh
    saya tahu siapa lagi mu buatkan cerpen!

    BalasHapus
  2. hahahh... tunggu saja giliranmuh!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...