MODUS
Itu apaan sih? Apakah sejenis makanan, alat komunikasi atau apa? Atau dalam
matematika nilai yang paling sering muncul. Mungkin ini ada benernya, cukup
diganti aja. Keseringan muncul. Iya, sering muncul di depan gebetan. MoDus
adalah singkatan dari Modal Usaha (berdasarkan sumber saya seperti itu). Jadi
seperti usaha-usaha untuk menarik perhatian seseorang
gitu. Sudah banyak yang telah melakukannya, terutama remaja. Baik secara sadar
maupun tidak.
Berbicara
soal Modus, saya punya cerita. Entah ini namanya kekuatan apa, yang jelas hari
itu aku sedang tidak sehat tapi tetap saja ke sekolah dengan berbagai alasan.
Tapi, alasan utama karena besok libur (?). Sedari pagi moodku sudah tidak
jelas, tapi cenderung buruk. Kemudian, aku mendengar kabar gembira.
Mendengarnya seperti aku mendengar vonis bahwa diriku akan berada di Surga
untuk selama-lamanya. Kalimat itu adalah “temenin aku ke *prrrrttt (ceritanya
bunyi sensor), mau minta digambarin”. Itu adalah berita bahagia selama hari
itu. Baiklah, ayo segera pergi.
Sungguh
mengecewakan, tujuan untuk diriku sendiri itu tidak tercapai, tidak
terwujudkan. Sedihnya. Kemudian ada yang mengatakan bahwa ia sedang di kantin. Meskipun ada kata “Mungkin”, dengan semangat
45, aku menuju kantin. Semangat 45 itu kemudian turun menjadi -1 alias tidak
semangat. Ia tidak ada. Huuhh!
Menyebalkan sekali pemberi informasi itu. Aku pun kembali ke tempat semula.
Sepertinya sia-sia menunggunya, ia
tak kunjung datang. Akhirnya, aku dan temanku itu memutuskan untuk menuju kelas
tempat kami belajar. Namun, kami terhalang oleh seorang teman lagi di ruang
sebelah. Dan finally aku sepertinya
harus mengatakan betapa aku menyayangi temanku itu. aku lupa, bahwa di blog ini
menggunakan name code. Oke, jadi
teman yang sedari tadi bersamaku itu berkode “CARD” dan teman yang sangat
kusayangi itu berkode “MADRE”. Sekarang mari kita lanjutkan, mengapa aku sangat
menyayangi si Madre ini? Karena, Madre telah menghambat diriku dan CARD untuk
kembali. Alhasil, ia telah kembali
pulang. Dia akan berada di ruangan sebelah.
Si
CARD yang selalu bisa membaca pikiranku itu, langsung mengajak bertemu “95”
ceritanya. Kebetulan sekali 95 sedang bersama ia. Maka datanglah diriku dan CARD ke tempat 95 dan ia. Weeww! Kemudian obrolan terus
berlanjut. Skip soal obrolan itu. eh tapi tunggu tunggu, entah ini bisa disebut
obrolan karena faktanya yang ada hanyalah perdebatan. Oke lupakan!. Obrolan
yang menyenangkan itu ternyata benar-benar bisa memakan waktu. Aku melihat
sendiri ia memakannya. Waktu sampai berdarah-darah. Kemudian, aku dan CARD
memutuskan untuk pergi ke kelas kami karena guru mapel mereka-mereka ini telah
datang.
Dengan
wajah sumringah dan tubuh yang sepertinya sudah sehat kembali aku ke ruang
kelas. Dan tragis sekali. Wajah sumringah itu sudah tak ada lagi, wajah
berseri-seri sudah menjadi berberi-beri (semoga enggak, astagfirullah), tubuh
yang sehat kembali lemas, lemah, lunglai, lesu, kaki tak dapat menopang lagi,
tulang-tulangku sepertinya bermetamorfosis menjadi tulang rawan semua, hatiku
remuk dan hancur. Kurang lebih seperti itu. teman-temanku sedang melakukan
sebuah kegiatan yang selama ini aku damba-dambakan. Sekedar info: itu adalah
pelajaran BK. Jadi, mereka-mereka sedang memberi pendapat tentang karakter
masing-masing. Sepertinya hanya ini pelajaran yang aku sukai. Menuliskan
karakter teman-teman. Jantungku serasa hancur lebur. Namun, sudah begitu
terlambat untuk turut serta. Namun, aku tidak sendiri, aku bersama CARD, KERIS,
IL. Meski kami tidak mendapat ceramah akbar, tapi kami harus berada di luar
kelas dan hanya menatap nanar teman-teman kami yang terlihat amat berbahagia
dengan kegiatan itu. tak pernah aku melihat mereka seceria itu saat belajar.
Sementara kami berempat menghibur diri dengan mencoba tertawa dan membuat
lelucon yang tidak lucu sama sekali. Keadaan ini sungguh mengiris hati.
Semua
ini Gara-Gara Modus, seandainya saja… seandainya, ah sudahlah! Penyesalan tak
ada gunanya. Yaa.. aku senang karenanya tapi rasa tidak senangku lebih besar
ketika tahu kegiatan teman-teman. Diriku jadi heran dan berpikir, mengapa
banyak orang yang lebih mementingkan pacar/gebetan daripada temannya. Padahal,
rasanya sungguh berbeda. Meski keduanya membuat senang, tapi rasa senang yang
dirasakan itu beda. Dan aku lebih senang bersama teman-temanku. #bweekk..okhhook..okkhokk.
Well!
Di ruangan selanjutnya, aku melihat ia
lagi. Mataku baru mengalihkan padangan setelah ia tidak terlihat lagi. Sekian, Muah muah! (Trauma titik dua
bintang)
***
“minta
tisu dong!” “enggak, gue lagi flu” “gue juga flu” “ciee..yang sama-sama flu”
***
Komentar
Posting Komentar