Tengah merebak gossip super
panas yang menyatakan bahwa “Si Ketua
Seksi Keamanan Sekolah DIPECAT”. Perlu di capslock DIPECAT. Ini adalah
berita terkini yang menjadi buah bibir seluruh penghuni sekolah. Si ketua seksi
keamanan yang amat patuh dan tak pernah melanggar tata tertib itu dipecat?
Hanya satu alasannya, dia telah melanggar peraturan sekolah. Sekecil apapun
peraturan itu, jika kamu menyandang gelar Ketua Seksi Keamanan Sekolah, hal
tersebut dapat berakibat fatal. Karena Ketua Seksi Keamanan tak pernah dan tak
boleh melanggar peraturan karena mereka yang seharusnya menegakkannya.
Siswa penghuni XI IA 1 itu kini
tengah duduk sendiri di dalam kelas. Entah karena merasa bersalah, menyesal,
memikirkan semua kesalahan itu atau bagaimana. Meski banyak mata yang sering
mencuri-curi pandang ke arahnya ia tak peduli. Orang itu sedang menunggu
seseorang yang seharusnya datang menghiburnya, memarahinya, menasihatinya atau
apapun yang ia lakukan. Yang jelas, ia ingin orang itu di sini sekarang.
“Dirham”panggil seseorang.
Akhirnya…
“yaa”jawabku. Orang yang sedari
tadi kita bicarakan adalah Aku.
“are you okay?”
“aku baik-baik saja”
“kalau baik-baik, kenapa pake
sepatu olahraga? Ini hari Senin. Peraturannya harus pakai sepatu hitam.”
“berhentilah berbicara mengenai
peraturan. Aku sudah bosan mendengarkannya”yaa.. benar-benar bosan.
“sejak kapan kamu bosan
mendengar tentang peraturan? baiklah, jadi apa kamu ada masalah di rumah?”
“tidak”
“kamu ada masalah sama pelajaran?”
“tidak”
“sama guru?”
“tidak”
“tetangga?”
Tetangga? Astaga! Anak ini,
seberapa penting tetangga itu sampai aku harus melakukan hal-hal tidak jelas
ini? “tidak” akhirnya aku menjawab
“pacar?”
“apa maksud kamu? Menghina
ya?”jawabku. ceritanya aku ingin sedikit bercanda
“heheh.. Siapa tau udah gak
Jomblo lagi” aku tersenyum. Dia selalu bisa mengerti.
“kalo gitu gebetan?”ia masih
terus bertanya
“mungkin”kujawab dengan singkat
dan tegas.
“ ‘mungkin’? Nah! Bener kan? Hal
seperti apa lagi yang bisa membuat penegak peraturan seperti kamu ini melanggar
peraturan sekolah? Cinta. Aaiissh!! Dia membawa begitu banyak masalah”
“tidak selamanya masalah”
“ya ya.. aku tahu kamu sedang
jatuh cinta, tapi karena si cinta cinta itu kamu dipecat”
“mungkin sudah waktunya pensiun”
“pensiun? Uweekk! Bilang aja dipecat. Huuhh!”Dia mulai
melancarkan aksinya yang selalu berhasil membuatku tersenyum.
***
Dasar bodoh! Karena cinta cinta
tidak jelas itu dia melanggar peraturan dan akhirnya dipecat? Ckck.. tapi
sepertinya ini agak serius. Cinta macam apa yang bisa membuat seorang Dirham
melanggar peraturan. Tentu saja cinta yang…. Entah apa namanya. Tapi tanpa
kusadari rasa ingin tahuku kembali menyerang. Kalau Dirham sampai melanggar
peraturan demi seseorang, pasti seseorang itu sangat berarti. Pasti cinta untuk
orang itu sangat besar. Jadi, siapa orang itu? siapa orang yang bisa melelehkan
hati baja Dirham? Siapa wanita yang berhasil melunakkan kekakuan Dirham? Pasti
dia orang yang “WOW”. Aku sungguh penasaran. Namun, dalam keadaan seperti ini
sepertinya tidak tepat menanyakannya pada Dirham.
“Aku dengar Dirham dipecat
yah?”tiba-tiba seseorang membuyarkan lamunanku.
“ya ampun! Kalo datang tuh nyapa
dulu kek apa kek, assalamu alaikum kek. Ini, main langsung ajeh”omelku pada
Ikmal.
“yaudah, Assalamu Alaikum! Emang
bener Dirham dipecat?”
“Walaikum salam warahmatullahi
wabaraktuh, iya dia emang dipensiunkan.”
“dipensiunkan? Istilah itu kayak
ngebuat Dirham kedengeran tua banget.”
“bener kan? Tuh kan! Aku bilang
juga apa. Dianya sih gak mau percaya dan maunya dibilangin dipensiunkan bukan
dipecat”
“jadi kamu udah ketemu sama
Dirham?”
“ya iyalah. Dalam keadaan
seperti ini, dia butuh aku. Yaa, sebagai sahabat yang baik aku harus selalu ada
buat dia”
“sahabat? Sahabat atau masih
suka tuh? Bukannya kamu bilang udah mau Move on?”kali ini ada nada aneh dalam
suara Ikmal.
“gak tau deh. Awalnya aku yakin
karena kepetingan persahabatan. Tapi setelah dia bilang kalo masalahnya itu
cinta. Karena seorang gebetan, dia ngelakuin hal bodoh pake acara salah pake
sepatu. Saat dia bilang begitu, rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam
gitu. Itu tandanya apa ya mal? Apa karena aku masih suka?”
***
“……Itu tandanya apa ya mal? Apa
karena aku masih suka?”
Huufft! Aku menghembuskan nafas
berat. Itu namanya kamu benar-benar belum Move ON. Bagaimana bisa Move on kalau
kamu saja masih begitu khawatir sama dia.
“itu namanya kamu cemburu.
Berarti kamu belum Move on tuh. Kamu gagal Move on”jawabku dengan memberi
sedikit penekanan pada kata “gagal”. Tapi sepertinya bagi dia semua kata
mengalami penekanan. Reaksinya berubah, dia kini menatapku dengan mata sipitnya
yang dia namakan “dilebarkan” itu. aku rasa emosi telah mengendalikanku. “ya
udah aku pergi dulu ya. Titip salam sama Dirham. Bilangin yang tabah ya!”kataku
kemudian berlalu.
***
Tadi Ikmal kenapa ya di Kantin?
Kok tiba-tiba suaranya menjadi meninggi seperti itu? hal itu sedikit aneh
bagiku. Dimana Ikmal selama ini terkesan begitu lembut. Lembut? Mungkin bukan
itu kata yang tepat, setidaknya Ikmal tidak akan pernah berbicara dengan nada
setinggi itu denganku. Mengapa aku jadi kepikiran begini ya?
“khem”
“ada apa Mr.Pensiun?”tanyaku
pada Dirham yang baru saja datang.
“hehehh.. gak papa kok. Emang
gak boleh yah dekat-dekat sama kamu? Takut diliat sama Ikmal?” lohh. Kok jadi
Ikmal sih?
“apaan sih? Hubungannya sama
Ikmal apa coba?”
“yaa.. dia kan pacar kamu” aku
terbelalak. Pacar? Apa lagi ini? Gossip lagi?
“pacar? Siapa bilang aku pacaran
sama Ikmal? Kamu pasti dengerin gossip anak-anak ya? Emang anak-anak bilang
apa?”
“weitzz.. tenang dong neng!
Siapa juga yang ngegosipin kamu? Kepedean! Aku Cuma nebak-nebak aja. Abis kamu
keliatan deket gitu sama Ikmal”
“oh ya? Gak tuh biasa aja. Aku
Cuma temenan sama dia dan aku udah nganggep dia sebagai kakak aku sendiri”
mengapa dengan mengatakannya aku merasa aku sedang berbohong? Tapi, aku
benar-benar menganggapnya sebagai kakak. Tapi mengingat selama liburan kemarin,
aku merasa begitu merindukannya. Tapi, kalau yang tadi Ikmal bilang itu benar
bagaimana? Aku benar-benar cemburu? Aku belum Move on? Jadi, aku sukanya sama
siapa? Dirham atau Ikmal?
“woy! Malah bengong aja! Denger
gak tadi aku ngomong apa?” oohh..dari tadi dia ngomong ya? Hihi..
“emang kamu tadi ngomong apa?”
“tuh kan bener, ini mulut sampe
berbusa-busa ngomongnya malah gak didengerin. Ya ampun! Tau deh, siaran
ulangnya mahal”
“yee..”aku teringat pertanyaan
yang berkecamuk dalam otakku tadi, mungkinkah…”eh by the way, aku mau nanya
dong. Cewek gebetan kamu yang bikin kamu gila begini siapa sih? Aku kenal gak?”
“cewek gebetan yang ngebuat aku
segila dan sebodoh ini itu temanku sedari kecil yang rumahnya tepat di samping
rumahku, jadi balkon kamar aku sama balkon kamar dia sebelahan” sangat lengkap.
Dan jawabannya sangat jelas. “udah ah, aku duluan ya”.. aku masih duduk terpaku
tak percaya.
***
”eh by the way, aku mau nanya
dong. Cewek gebetan kamu yang bikin kamu gila begini siapa sih? Aku kenal gak?”
akhirnya dia bertanya. Munginkah ini saatnya untuk menyatakannya?
“cewek gebetan yang ngebuat aku
segila dan sebodoh ini itu temanku sedari kecil yang rumahnya tepat di samping
rumahku, jadi balkon kamar aku sama balkon kamar dia sebelahan” deskripsi itu begitu merujuk pada Julie. Dia
pasti sudah mengerti kalau yang aku maksud adalah dia. Kalau dia tidak
mengerti, berarti kapasitas otak yang dia gunakan mungkin hanya 5%, bahkan
hewan pun lebih pintar. “udah ah, aku duluan ya”saatnya untuk pergi.
Meninggalkan dia yang sepertinya begitu terkejut. Biarkan dia berpikir dan
mendengar kata hatinya.
***
Jam istirahat telah tiba,
rasanya aku tak ingin ke kantin sendiri. Hmm.. mengundang Julie menemaniku
mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat.
“apaan sih? Hubungannya
sama Ikmal apa coba?”terdengar suara Julie dari luar. Tempat Julie sudah begitu
aku hafal. Dia berada di barisan belakang
di dekat Jendela.
“yaa..
dia kan pacar kamu” kali ini aku mendengar suara Dirham.
“pacar?
Siapa bilang aku pacaran sama Ikmal? Kamu pasti dengerin gossip anak-anak ya?
Emang anak-anak bilang apa?”
“weitzz..
tenang dong neng! Siapa juga yang ngegosipin kamu? Kepedean! Aku Cuma
nebak-nebak aja. Abis kamu keliatan deket gitu sama Ikmal”
“oh
ya? Gak tuh biasa aja. Aku Cuma temenan sama dia dan aku udah nganggep dia
sebagai kakak aku sendiri”
Kakak
lagi. Sepertinya nafsu makanku sudah hilang. Aku pergi.
Komentar
Posting Komentar