Sutradara: Baltasar Kormakur
Sekenario: Justin Isbell, William Nicholson, Simon Beaufoy
Durasi: 121 menit
EVEREST 2015
adalah sebuah film yang dirilis pada 18 September 2015 karya Baltasar
Kormákur. Okeh, langsung aja gue pake bahasa yang mudah dimengerti
dan dipahami (?). Film Everest ini sungguh menegangkan. Efek Visual film ini juga keren, mari berterima kasih pada
Salvatore
Totino. Film ini diangkat dari kisah nyata para pendaki gunung
Everest 1996 yang menamakan diri mereka Adventure
Consultants Team 1996. Menceritakan perjuangan para pendaki 1996 untuk
menaklukkan tempat paling berbahaya di dunia, EVEREST.
Adegan dimulai dengan persiapan para pendaki menuju gunung everest.
Rob Hall (Jason Clare) yang berpamitan pada istrinya, Jan Arnold (Keira
Knightly) yang sedang hamil muda. Pada bagian ini, adegannya lagi sedih-sedihan
getooh. Yaa, biasalahh tentang perpisahan gitu. Efek-efeknya kek istri yang
akan ditinggalkan suami berperang. Gak tau bakal pulang dengan selamat atau gimana.
Ya gitudeh. Rob ini semacam giude
bagi para pendaki ini, Rob akan menuntun dan membantu mereka untuk mencapai
puncak everest. Huh! Pekerjaannya si Rob ini harga mati banget yee. Mempertaruhkan
nyawa juga tapi mungkin karena dianya juga suka mendaki jadi yaa asik-asik aja
sama kerjaannya. Dianya asik, istrinya di rumah yang sakit. -___-.
Jadi Rob beserta perangkatnya alias temen-temennya akan membantu para
pendaki mencapai puncak everest dan menyediakan kebutuhan para pendaki. Sebelum
sampai di basecamp, mereka juga mengunjungi tempat-tempat di Nepal kek Biara,
monumen pendaki, dsb. Yang dapat gue petik dari film ini adalah di everest itu
saking tingginya sampe udara di bagian-bagian atasnya tuhh gak ada sama sekali.
Ketersediaan oksigen 0% so mereka harus bawa oksigen aka “O” sendiri. “O” ini
(mereka menyingkat Oksigen dengan “O”) mereka taro di punggung mereka dalem
ransel gitu. Dan helikopter gak bisa sampai pada titik itu karena udaranya benar-benar tipis banget. Berdasarkan penglihatan gue sih
mendaki begini emang berat bangetlah, pakaian mereka aja entah berapa kilo tuh
untuk menjaga agar mereka tetap hangat. Hangat di Everest? Hmm.. tapi begitulah
seni mendaki. Mereka pasti akan merasakan kepuasan tersendiri setelah berada di
puncak. Seperti yang Doug Hansen (John Hawkes) katakan, ia mendaki karena ingin
membuktikan kepada anak-anaknya bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak
mungkin. Bahkan orang biasa pun bisa melakukan hal yang tidak biasa aka luar
biasa contohnya sampai di puncak everest.
Dengan menggunakan helikopter, mereka sampai di Base Camp. Tempat para
teman-teman sepekerjaan Rob berada. Mereka menyediakan makanan, tenda, dan juga
ada dokter. Sebelum mereka mendaki Everest, para pendaki harus dicek
kesehatannya terlebih dahulu dan menjalani pelatihan ketahanan fisik supaya
mereka gak cepat lelah dalam perjalanan di medan yang berat itu. Para pekerja
ini dibayar $65.000 untuk membawa mereka sampai ke puncak everest, kalau fisik
mereka lemah jangankan sampai puncak baru setengah perjalanan pun mereka udah
terbang ketiup angin kalau gak mati membeku di jalan karena gak bergerak.
Untuk mencapai everest serta pelatihannya membutuhkan waktu sekitar 1
bulan. Setiap hari mereka berpindah dari camp ke camp. Dalam perjalanan menuju
puncak everest, juga diwarnai berbagai ketegangan. Beck Weathers (Josh Brolin)
yang dari awal-awal banget, sejak masih berada dalam helikopter menuju basecamp
emang udah keliatan takut dan pesimis tapi tetep lanjut itu bahkan hampir
terjatuh di jurang berbatu everest gara-gara terjadi longsor es. Perjalanan menuju
everest tidaklah mudah, mereka menghadapi banyak sekali rintangan. Dan btw, di
sini gak Cuma kelompoknya Rob aja lohh yang ingin menuju puncak everest tapi
masih banyak kelompok-kelompok lainnya yang ya itu tadi, temen-temen kerjanya
Rob. Contohnya, si Scott Fischer (Jake Gyllenhaal),Guy Cotter (Sam Worthington)
dan lain-lain. Mereka saling membantu juga dalam perjalanan. Film everest ini,
tentu juga mengajarkan kita arti persahabatan,pentingnya saling
tolong-menolong, bertanggung jawab, dan tidak egois. Oke, kita belum masuk pada
tahap-tahap sedihnya pemirsahh.
Baiklah, setelah perjalanan yang cukup panjang dari satu camp ke camp
lainnya, akhirnya pada tanggal 10 Mei mereka telah tiba di Puncak Everest. Ayyeyy!!
Ada puncak everest, satu titik yang gue yakin mereka pasti bangga banget kalo
udah nyentuh ntuh puncak. Oya dan juga ada satu cewek di timnya Rob, namanya
Yasuko Namba (Naoko Mori) usia 47 sudah mendaki 7 gunung 6 puncak dan everest
adalah puncak ke tujuhnya sekaligus gunung ke 8nya. Hebat! Dia pasti bangga
banget sudah menancapkan bendera Jepang di gunung Everest. Setelah berhuhuhahah
riaa, gak sampe 10 mentian kalik yakk mereka akhirnya turun. Ini nih,
perjuangan sampe puncak sebulan, pas nyampe Cuma 10 menitan. Bukannya apa-apa,
mereka juga diburu waktu. Pada jam 14.00 mereka harus sudah berada di puncak
dan segera turun. Kalau gak, mereka akan terhalang badai. Badai..badai..bukan
badai biasa, karena ini everest tempat paling berbahaya di dunia jadi tentu
badainya juga ruaarrr biasaah, badai es. Kebayang kan, badai angin aja sampe
porak-poranda apalagi badai es di gunung everest, gak ada tempat berlindung.
Scott yang diperankan oleh Jake Gyllenhaal, tau Jake Gyllenhaal kan?? Itulohh yang di film The
Day After Tomorrow. Film cuaca-cuaca badai-badai es juga. Hmm, keknya si Om
Jake ini emang suka main film es-esan. Oke, si Scott ini keliatannya daya tahan
tubuhnya lagi lemah banget tapi meski demikian dia tetap bisa sampai puncak
everest walau perjuangannya naudzubillah banget. Saat Rob sampai di puncak, ia
mencari Doug. Maklum, Doug ini sudah pernah ikutan naik everest tapi belum
pernah sampai puncak. Dan ternyata Doug terlambat. Tapi, pas Rob udah mau turun
ternyata Doug udah deket banget sama puncak dan gak mau balik. Dia harus sampai
puncak. Katanya dia gak mungkin ngikut 3 kali dan akhirnya Rob menemaninya. Oh iya,
Beck gak berhasil sampai puncak karena bermasalah dengan matanya. Dia jadi gak
bisa ngeliat, akhirnya dia harus nunggu Rob yang akan mengantar pendaki lain
terlebih dahulu. Kita kembali lagi ke Doug dan Rob. Setelah Doug selesai
berfoto-foto ria dan menancapkan bendera untuk anak-anaknya, dia dan Rob
akhirnya turun. Namun, Doug benar-benar telah kehabisan oksigen dan tenaga
sementara badai semakin mendekat ke arah mereka. Doug bahkan sudah tidak
sanggup lagi melanjutkan perjalanan dan menyuruh Rob meninggalkannya. Tapi Rob
itu setia brohh, dia mau turun jika bersama Doug. Namun, pada akhirnya Doug
benar-benar gak sanggup lagi untuk jalan dan dia melepas kaitannya pada tali
dan yaa dia terjatuh ke jurang. Pas Rob balik badan, Doug udah hilang. Kesian banget
nasib si Rob. Badai benar-benar sudah di atas kepala.
Sementara Scott yang dari tadi emang udah lemah, minta ditinggal sama
Andy ‘Harold’ Haris (Martin Henderson). Dan yaa saat badai datang dia udah mati
membeku. Beck? Dia ngikut para pendaki lain yang mau turun dan memutuskan untuk
tidak menunggu Rob. Rob yang masih ada di puncak dengan oksigen terbatas, minta
bantuan sama teman-temannya di basecamp melalui radio. Kemudian, dikirimlah tim
penyelamat buat nyelamatin Rob yang ada di atas sana. Tapi, tim penyelamat ini
gak bisa sampai di tempat Rob karena badai. Akhirnya, mereka kembali. Helen Wilton
(Emily Watson), Guy Cotter dan Dr. Caroline Mackenzie (Elizabeth Debicki) yang
ada di basecamp selalu menyambungkan Rob Hill dan Istrinya, Jan melalui radio
dan telepon. Jan memberikan semangat kepada Rob untuk tetap bertahan, namun
pada akhirnya mereka semua tahu bahwa Rob tak akan bertahan. Detik-detik ini
bisa dibilang mengharukan laahh yah mungkin bagi sebagian orang. Meski masih
belum bisa menyentuh gue banget sih. Buktinya, gue gak nangis padahal gue
orangnya gampang banget nangis walau Cuma film. Percakapan antara Jan dan Rob
bisa didengar juga oleh teman-teman Rob lainnya di tempat berbeda melalui radio
mereka.
Harold, yang mengetahui bahwa Rob masih berada di atas dan kekurangan
oksigen akhirnya memutuskan untuk ke Puncak Selatan dimana oksigen berada. Dia meminta
pendaki lainnya untuk tetap melanjutkan perjalanan mereka ke camp yang sudah
sangat dekat. Di bagian ini, kita bisa melihat pengorbanan seorang Harold. Nah,
anehnya di bagian ini gue baru terhuraa. Bayangin aja, keselamatan, hidup, masa
depan, tempat aman ada di depan mata tapi lu rela ninggalin itu semua dan
kembali lagi ke Puncak Selatan? kembali lagi ke tempat paling berbahaya dimana
badai terus mengikuti. Padahal gak ada yang tahu apa yang akan terjadi di
perjalanan nanti. Sebuah tim aja yang yaa jelas yaa kalo tim berarti banyak
orangnya memutuskan untuk kembali dan gak jadi nyelamatin Rob padahal mereka
itu proffesional semua. Gilakk cuy!! Persahabatannya itu loh, salut dah gue
sama keloyalannya. Kapan gue bisa punya temen kek Harold. The most wanted best friend lahh. Hahah. Jangan coba-coba bilang “yaelah
itu kan film!”. Remember! Film ini based
on the true story.
Akhirnya,
Harold bertemu dengan Rob dan kasih “O” buat Rob. Sialnya lagi, oksigen itu
susah banget kebukanya dan bisa dibilang gak bisa kebuka. Karena badai juga
semakin parahh, mereka akhirnya gak melanjutkan perjalanan dan tetap berada di
sana. Berdua. Jan dan Rob gak bikin gue nangis, tapi Harold dan Rob bikin gue
mewekk tingkat provinsi. Kata-kata Rob yang selalu gue ingat adalah “thanks for coming back”. Huaa!! Bener-bener
banjir deh. Mereka akhirnya ngeringkuk berdua di tepi jurang berlindung di
bebatuan yang gataulah bisa dibilang ngelindungin ato gimana-gimana. Dan mereka
gue juga gatau pingsankaah, tidurkaahh atau gimana yang jelas bangun-bangun
Harold langsung ngerasa kepanasan. Kepanasan di Everest? Karena kepanasan,
Harold buka baju dan pas ngebuka jaketnya dia tergelincir dan masuk jurang. Udah,
kegelincir aja dan kejadiannya tuh cepet banget. Gue sampe ngulang
berkali-kali. OMG Helloww!! Harold gue is dead begitu aja. Rob gak ngeliat
kronologisnya, udah pingsan kehabisan oksigen mah dia. Sekarang udah gak
banjir, tapi udah jadi danau air mata gue. Satu nilai plus juga di film ini
menurut gue, mereka gak lebay saat ada kematian. Biasanya kan yaa di film itu
kalo udah mati begitu udah tereak-tereak tuh “TIDAAAKKKK!” dengan wajah
merah-merah banjir air mata. Tereak-tereak. Dramatis sekali. Kalo EVEREST,
mereka sedih dan sedihnya itu dalam diam. Dan ini tuh lebih menyayat hati
daripada dia teriak-teriak.
Setelah sadar
bahwa Harold hilang, Rob udah putus asa dan sedih banget pastinya. Tapi sekali
lagi gak lebay. Scene berubah, di bagiannya Beck dkk. Beck dan lainnya udah
tepar tengah jalan kelelahan. Akhirnya yang kuat alias para pemandu, mencoba
cari bantuan di camp yang bener-bener udah deket banget. Mereka mencoba membawa
mereka satu persatu. Si orang Jepang Yasuko Namba udah mati membeku. Penyelamat
terakhir udah putus asa ngeliat Yasuko dan Beck meninggal. Pas mereka udah agak
jauh, ternyata Beck masih hidupp. Tapi dia gak bisa teriak lagi dia udah cukup
lelah untuk tereak. Akhirnya dia pingsan lagi.
Rob tetap
melanjutkan perjalanan dan dia sama Jan udah mengeluarkan kata-kata perpisahan
dan terakhirlah istilahnya. Rob akhirnya kelelahan dan bener-bener gak sanggup
jalan lagi. Dia berhenti dan menutup mata. Motivasi dari istrinya belum cukup. Sementara
Beck yang awalnya juga udah kira meninggal gara-gara semalaman di luar ternyata
masih idup. Dia udah setengah beku, tangan dan sebagian mukanya udah item gak
ada aliran darah. Suatu keajaiban banget dia bisa hidup. Dalam pingsannya, dia
melihat istri dan anak-anaknya menyemangatinya untuk terus hidup. Akhirnya,
setelah mengumpulkan tenaga yang ada dan dengan penglihatan seadanya dia
berjalan menuju camp. Semua orang yang ada di Camp terkejut tentunya ngeliat
Beck. Sesuatu bangetlah dia.
Helen yang
sebelumnya udah nelfon istrinya Beck kalau Beck tak terselamatkan harus
menelpon lagi dan mengatakan kalau Beck ternyata selamat. Kalau gue jadi
istrinya Beck entah gue bakal gimanaa gitu. Udah dapet kabar bahwa suami
meninggal terus dapet kabar lagi kalau dia ternyata masih hidup. Itu juga
sesuatu. Sekali lagi film ini membuktikan bahwa mereka gak lebay. Saat ditelpon
bahwa suaminya meninggal, istri Beck juga gak histeris sebagaimana istri-istri
lainnya di film yang lain.
Walau Beck
selamat, dia bener-bener gak bisa lagi jalan kembali ke basecamp. Dia udah
lumpuh total perlu perawatan extra. Akhirnya, Peach (istri Beck) meminta
helikopter pada dubes Amerika. Kayaknya Peach ini orang penting, oke abaikan! Seperti
yang udah aku jelasin tadi, helikopter gak bisa naik setinggi itu karena
udaranya tipis banget apalagi ini sehabis badai. Gak perlu pake baling-baling,
ntuh heli juga bisa terbang sendiri. Namun, melawan ketidakmungkinan itu si
pilot heli yang gagah berani nan tangguh itu mencoba untuk menyelamatkan nyawa
seseorang. Setelah sekali mencoba, mereka gagal. Setelah mereka meringankan
muatan helikopter akhirnya heli bisa naik. Dengan sekuat tenaga mencoba
menyelamatkan Beck.
Beck pulang
dengan selamat walau tanpa tangan dan hidung. Ya, membeku. Gak ada aliran
darah. Tangan dan hidungnya bener-bener udah gak berfungsi lagi. Tangannya itu
kayak menyatu aja gitu. Awalnya gue ragu sama Beck ternyata dia yang selamat. Dan
Rob yang bisa dibilang pemain utamanya nih meninggal. Kalo bukan true story mah Rob pasti selamat. Pake keajaiban
apaaa gitu.
Nah! Itulah review
dari film EVEREST 2015. Filmnya keren, recomendedlah buat akhir pekanmu. Apalagi
yang suka tema petualang dan juga cocok nih buat para pendaki. Kalo kalian
pendaki, pasti bisa liat tips-tips dari film ini. Seperti yang gue katakan
sebelumnya, film ini juga memberikan banyak pelajaran. Seperti bagaimana
setianya Harold, bagaimana kerja sama tim, bagaimana bertanggung jawabnya Rob
untuk membawa semua pendaki ke puncak dengan selamat dan selalu bersama mereka,
bagaimana keajaiban bisa datang seperti yang dialami Beck, dan bagaimana kuasa
Allah berperan dalam semua ini. ^_^.
See you in the
next review. Jangan bosen-bosen bacanya walau review gue beda dari yang lain
dan absurd banget. Muah..muaahh!! (trauma titik dua bintang)
Komentar
Posting Komentar