Betul. Tak bisa saya memaksakan orang lain berlaku seperti saya. Yang jika ada sedikit yang mengganjal langsung saya katakan kepada orang tersebut demi hindari ghibah dan berburuk sangka.
Heran. Kalau tau orang tidak tau dan hanya akan menimbulkan suudzon maka ditanya yang sebenarnya. Emang mau buatkan dosa ya hmmm..
Lagi. Kalau tau orang salah. Jangan hanya ditegur tapi tunjukkan letak kesalahannya agar orang tersebut dapat memperbaikinya. Dalam Islam disebutkan "nasihatilah saudaramu dengan lembut" kalo memang dirasa tidak bisa lembut ya sudah kasar juga tak masalah. Saya akan mengerti karena diri ini memang kasar jua. Daripada menegur dan membiarkan orang tersebut tetap berlaku salah karena tak tahu letak kesalahannya dan menjadi suudzon karena bertanya-tanya sendiri dan menerka-nerka sendiri.
Sulit. Ingin dipahami tak dapat memahami. "Saya memang begini jadi tolong pahami" maka tak dapatkah saya juga berkata demikian? Saya memang direct ke orang. Saya tak suka sembunyikan sesuatu yang mengganjal ke orang lain. Dan saya tahu orang sekitar saya sudah paham. Juga cara bicara saya yang terdengar sangat frontal. Saya sudah coba perbaiki terutama berhadapan dengan orang yang saya rasa cukup sulit menerima. Tapi mungkin harus saya saja yang mengerti.
Jangan. Jangan anggap ada yang mengenal saya lebih jauh. Karena setiap lembaran yang saya buka untuk kalian masih ada lembaran lagi yang menutupi bagian terdalam. Yang saya tunjukkan hanya kulit-kulit dari diri saya. Anda merasa saya membuka diri padahal masih banyak yang tak terlihat. Hanya bagian luar saja. Kecuali mungkin pada satu orang. Jadi tolong jangan anggap mengenal saya. Karena orang tua saya sekalipun tak mengenal saya bahkan diri saya sendiri.
Muah muah (trauma titik dua bintang) 😂😂 balik lagi sintingnya.
Heran. Kalau tau orang tidak tau dan hanya akan menimbulkan suudzon maka ditanya yang sebenarnya. Emang mau buatkan dosa ya hmmm..
Lagi. Kalau tau orang salah. Jangan hanya ditegur tapi tunjukkan letak kesalahannya agar orang tersebut dapat memperbaikinya. Dalam Islam disebutkan "nasihatilah saudaramu dengan lembut" kalo memang dirasa tidak bisa lembut ya sudah kasar juga tak masalah. Saya akan mengerti karena diri ini memang kasar jua. Daripada menegur dan membiarkan orang tersebut tetap berlaku salah karena tak tahu letak kesalahannya dan menjadi suudzon karena bertanya-tanya sendiri dan menerka-nerka sendiri.
Sulit. Ingin dipahami tak dapat memahami. "Saya memang begini jadi tolong pahami" maka tak dapatkah saya juga berkata demikian? Saya memang direct ke orang. Saya tak suka sembunyikan sesuatu yang mengganjal ke orang lain. Dan saya tahu orang sekitar saya sudah paham. Juga cara bicara saya yang terdengar sangat frontal. Saya sudah coba perbaiki terutama berhadapan dengan orang yang saya rasa cukup sulit menerima. Tapi mungkin harus saya saja yang mengerti.
Jangan. Jangan anggap ada yang mengenal saya lebih jauh. Karena setiap lembaran yang saya buka untuk kalian masih ada lembaran lagi yang menutupi bagian terdalam. Yang saya tunjukkan hanya kulit-kulit dari diri saya. Anda merasa saya membuka diri padahal masih banyak yang tak terlihat. Hanya bagian luar saja. Kecuali mungkin pada satu orang. Jadi tolong jangan anggap mengenal saya. Karena orang tua saya sekalipun tak mengenal saya bahkan diri saya sendiri.
Muah muah (trauma titik dua bintang) 😂😂 balik lagi sintingnya.
Komentar
Posting Komentar