Ya Rabb bolehkah aku bercerita? Kata mereka Kau pendengar paling sabar. Kata mereka Kau pendekap paling hangat. Rabb malam ini dingin menusuk hingga ke dada. Aku kedinginan hingga air mata menderas. Ya Rabb terlalu kekanakan bila ku salahkanmu telah ciptakan rasa. Ya Tuhanku masih banyak yang harus kupikirkan tapi mengapa yang ada di otakku hanya dia dan rasa. Ya Allah aku selalu menabung dosa dengan memikirkannya. Ya Allah hari ini dosaku bertambah lagi, merindukannya. Ya Allah hari ini dosa yang sama lagi, merangkai masa depan bersamanya. Ya Allah kemarin kuulangi dosa yang telah kusesali, chit chat dengannya. Ya Allah sebegitu berdosanya aku. Ku telah nodai rasa yang telah Engkau anugerahkan. Mungkin diksi seakan berkata semua tentangnya salah. Aku percaya takdirmu walau ini adalah jalan takdir yang kupilih sendiri. Namun aku tahu Engkau tahu garis hidup mana pun yang kutempuh. Garis tangan manapun yang kutarik sendiri akankah aku bertemu dia? Bila garis takdir yang lain tak mempertemukanku dengannya aku berterima kasih pada diriku sebelumnya yang memilih garis takdir ini. Aku percaya skenario-Mu Ya Allah. Aku harus lebih banyak belajar. Memendam itu... sakit. Aku sebenarnya sudah mengenalnya sejak lama. Tapi rasa sakitnya tak sesakit ini. Rasanya aku tak bksa bernapas lagi. Iakah yang telah Kau persiapkan untukku? Sesungguhnya aku bertanya-tanya. Aku tahu hidup tak hanya sebatas jodoh. Menjadi istri dan ibu yang baik bukan pekerjaan mudah tanpa persiapan. Aku yakin Engkau akan persatukan kami lagi di saat yang tepat. Bila tetap dia. Aku tahu telah ada satu nama yang telah Engkau sandingkan dengan namaku. Begitu rahasia dan membuat penasaran. Egoku berkata jatuh cintakan aku hanya pada jodohku sana ya rabb. Namun aku telah jatuh cinta pada seseorang yang entah jodohku atau bukan. Aku terlalu cepat. Aku tak bisa menjaga diri. Namun tak perlu penyesalan akan semuanya. Aku hanya dapat belajar dan bersyukur. Ya Rabb untuk masa sekarang aku hanya meminta hilangkan rasa sakitku yang bila hanya memikirkannya jantungku serasa berhenti. Namun terasa menyesakkan. Fokuskan diriku pada memperbaiki diri agar aku pantas untuknya. Aku lelah memikirkannya. Aku tak mau berdosa lagi Ya Allah, aku tak ingin tumpuk dosanya dan tak ingin hantarkan Ayahku ke neraka. Kadang dalam ramai hatiku tiba-tiba diam dan sepi dan kala itu aku hanya ingin meledakkan tangis. Sendiri di kamar mungkin bisa kutumpahkan segalanya namun terkadang menyerang di tengah banyaknya manusia. Mohon bantu aku mengontrol segala rasa ini. Bagi pendakwah anti pacaran aku ingin bertanya dan belajar pada mereka adakah rasa pernah terbesit di hati mereka? Pernahkah mereka jatuh dan lalai menjaga diri? Bagaimana cara untuk bangkit kembali? Aku tak bisa hindarinya. Keadaan tak menginginkan cara demikian. Bagaimana mereka dengan mudahnya katakan ini zina itu zina. Bahkan memikirkannya pun begitu menyesakkan. Aki hanya bisa bercerita Ya Rabb dan kutuliskan..karena hanya dengan tulisan aku merasa telah melepaskan bulir-bulir kesakitan pada tiap inchi sarafku.
3/1/18
3/1/18
Komentar
Posting Komentar