Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Gue mau bercerita sedikit. Dulu pas awal-awal ada mesjid di kampung gue yang baguusss banget, pake AC terus pake cctv. Nah dengan adanya cctv bakal diliat mana jemaah yang paling rajin datang ke mesjid maka dia bakal dikasi naik umroh sama yang punya mesjid. Btw ini mesjid yang punya holkayy di kampung gue duh iri ya bisa beramal jariyah gitu. Bentar ada yang mau lewat.
Jadi waktu SMP dulu ada kisah seorang teman yang katanya jarang banget pergi mesjid *dulu ramadhan. Jadi jarang banget tarawihan soalnya tarwihnya kalo di mesjid aja terus dia jarang ke mesjid. Kenapa? Karena mesjidnya jauhhh sekali dari rumahnya yang pedalaman gitu. Sekitar 10km lah terus dulu kan masih jaman old ya masih jarang kendaraan. Dia belum punya motor. Terus kalo tarwih itu kan pulangnya agak larut ya dan kalo desa-desa gitu yang rumah penduduknya saat itu masih sangat minim jadi kan sunyi sunyi gimanaa gitu, binatang liar juga masih berkeliaran. Jadilah jarang ke mesjid. Berbeda dengan di tempat yang agak mengkota dikitlah mesjid dimana-dimana. Bahkan jaraknya tak jauh-jauh alhamdulillah yah semoga jemaahnya bisa memenuhi semua mesjid 😁 tapi mirisnya realita tak semanis ekspektasi. Saking banyaknya mesjid bingung mau kemana akhirnya gak ke mesjid wkwk gak deng. Yang jelas mesjidnya memang banyak, bagus nan luas tapi jemaahnya hanya memenuhi beberapa saf terdepan. 😊 jadi dulu sempat cita-cita pengen ngebangun mesjid di daerah terpencil gitu supaya mereka semangat ke mesjidnya. Memang sih lebih jauh rumah ke mesjid akan lebih baik soalnya pahalanya makin banyak tapi kembali lagi realita manusia jaman sekarang yang serba instan menyebabkan kemageran. Alhasil jarak setengah kilo aja harus naik kendaraan. Bc sekarang diriku masih belum mampu, mungkin untuk orang yang berkecukupan bisalahh menuntaskan sekeping cita-cita saya. 😅
Balik lagi ke mesjid di kampung gue,jadi karena adanya iming-iming tersebut masyarakat jadi rajin ke mesjid. Siapa yang tak mau naik umroh cuma-cuma coba ya. Mesjidnya selalu ramai dan penuh sampe di luar mesjid. Orang-orang datang dari jauh-jauh buat salat di sana. Dulu gue masih anak-anak yang polos kemudian berpikir "kalo karena mau naik umroh mereka ke mesjid, berarti salatnya bukan karena Allah dong,ah gak mau kayak gitu ah. Aku maunya karena Allah tapi sekarang belum bisa ikhlas ngelakuin karena Allah" . Kemudian baru hari ini gue mendapat jawabannya, memang benar salatnya tidak ikhlas karena Allah tapi karena sesuatu yang ingin dicapainya. Mungkin seperti sekarang kali ya banyak yang dibilang hijrah karena trend, ikut-ikutan dsb. Atau baca qur'an karena semua orang sedang baca di ruangan itu dan lain sebagainya. Tapi kalo itu untuk kebaikan kenapa enggak? Saya percaya, kebaikan itu akan menghasilkan kebaikan pula. Mungkin awalnya mereka datang ke mesjid untuk umroh gratisan kemudian dia merasa nyaman dengan mesjid, dengan rumah Allah, merasa nyaman dengan hubungan yang baik dengan Allah, maka dia menata kembali niatnya dan melakukan semuanya ikhlas semata-sama karena Allah. Masya Allah sekali ya kalo kita bisa seperti itu. Terutama bila ini mengenai salat. Salat itu kewajiban bukan pilihan. Justru persepsi saya di masa kecil yang salah. Saya tidak melakukannya karena merasa belum bisa ikhlas karena Allah. Wah ini lebih salah lagi ya. Ikhlas bakal kita rasain kalo udah ngelakuin. Mungkin sekarang belum bisa kemudian kita berusaha dan terus berusaha. Karena menurut pengalaman saya, ikhlas merupakan suatu hal yang paling sulit dilakukan. Tapi balik lagi sulit bukan berarti tak bisa. Jadi mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan yang awalnya karena keterpaksaan kemudian lama-lama juga akan menuai kebaikan kok dan in shaa Allah akan ikhlas karena Allah swt. Jadi gak usah ngejudge juga. Masih baik kalo yang ngejudge itu bisa melakukan seperti apa yang dijudge. Kalo kaya saya masa kecil tadi yang sudah menjudge tapi tidak melakukan wah kan parahh. Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِ ؕ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Hujurat: Ayat 11)
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Komentar
Posting Komentar