Apakah saya curhat? Maaf apabila saya annoying! Ah benar ini adalah blog pribadi saya yang bebas saya isi apa saja. Berikut beberapa tulisan yang pernah saya posting di tumblr. Saya menyimpannya sangat lama karena saya tidak punya cukup keberanian untuk mengungkapnya. Dear readers, tolong cintai diri kalian.
***
Aku tidak suka dibandingkan dengan orang lain...
Sekarang,
Aku tetap tidak suka dibandingkan walau aku yang berperan sebagai panutannya.
Pasti orang yang mendengarnya atau dibandingkan merasa tidak enak.
Sebagaimana aku dahulu ketika hal seperti itu terjadi.
Aku benci attitude orang yang buruk.
Aku senang apabila dibela ketika orang berlaku buruk kepadaku,
Tapi rasanya tidak lagi.
Kasihan mereka yang dimarahi.
Aku merasa buruk.
Sejak dulu aku merasa biasa-biasa saja.
Ketika SD, aku biasa saja kemudian ada yang tertarik padaku dan itu mengejutkan. Aku bahkan belum mengenal betul definisi cantik itu.
Ketika SMP, aku merasa paling buruk rupa. Sumpah.
Ketika SMA, aku menjadi manusia paling biasa-biasa saja. Tak ada yang menarik dariku, sungguh mengherankan aku selalu terjebak pada kisah kasih di sekolah.
Ketika Kuliah, entahlah. Apa mungkin karena lingkungan yang biasa-biasa sehingga aku yang paling biasa pun dianggap sesuatu yang spesial? Tak ada wanita yang benci dibilang cantik. Tapi lama-lama mendengarnya aku jadi muak. Orang baik padaku karena merasa aku cantik. Aku terjebak banyak kisah karena aku cantik. Apakah puberti sekejam itu?
Sampai akhir-akhir ini aku benci dibilang cantik.
Lihatlah, aku biasa-biasa saja.
Aku tidak cantik.
Masih banyak yang lebih cantik dariku.
Cantik luar dalam? Tidak.
Masih banyak yang lebih baik dariku.
Aku tidak cantik.
Mungkin mata mereka yang perlu diperiksa.
Aku pintar? Aku bureng?
Masa kuliah adalah titik termalasku sungguh.
Sepanjang sejarah hidupku, kebobrokan belajarku ada pada kuliah. Aku hanya melakukan yang standar-standar saja.
Lalu menjadi ikutan malas karena terpengaruh faktor eksternal.
Aku tidak menyalahkannya karena aku sendiri yang memilih.
Jadi..aku tetap bureng?
Oh baiklah, aku sangat menginginkan jiwa bureng jaman TK-SMA ku.
Aku ingin ambisius, punya cita-cita, punya tujuan, punya goals dan bekerja keras.
Tidak sekadar mengikuti kemana arus akan membawaku.
Tapi sepertinya sudah terlambat.
Aku benar-benar buntu akan tujuan hidupku.
Aku hidup dalam dunia orang dewasa yang mencoba realistis.
Apa?
Psikolog? Psikiater? Lupakan!
Aku terlalu pengecut untuk berjuang mati-matian untuk itu. Aku hanya ingin, ingin, tanpa usaha. Apa yang aku dapatkan, tentu saja sebanding dengan usaha yang nol itu. Tak ada.
Aku terlalu penakut melanggar hidup lurus dan mulus dari keluarga besarku.
Menunda setahun? Mencoba pindah jurusan di tahun kedua? Keputusan gila.
Apa sekarang?
Aku bahkan tidak menemukan titik terang apapun yang berhubungan dengan pendidikan yang kutempuh sekarang.
Tenaga pengajar?
Astaga! Aku benci bertemu banyak orang.
Aku benci mengajar.
Aku benci berbicara panjang lebar dan tahu akan ada yang tak mendengarkan.
Aku benci membagi ilmuku dengan cara seperti itu.
Aku bahkan benci berbicara. Aku terlalu malas untuk itu.
Penulis?
Oh yeah, tapi terkadang aku terlalu malas melakukannya. Stuck di sana sini.
Aku hanya punya ide, ide dan ide.
Tanpa aksi.
Percuma, takkan ada yang membaca isi kepalaku.
Aku harus menuliskannya dan membagikannya.
Tapi apakah cukup menghasilkan materi ketika aku hanya penulis biasa-biasa?
Apa yang terbaru? Desainer?
Oh c'mon!
Bahkan aku hanya peniru ulung.
Aku saja tidak fashionable.
Aku cuma jago saja dalam meniru, bukan menggambar.
Semua orang juga bisa melakukannya. Oh dan aku lebih suka menggambar tangan dibanding menggunakan teknologi.
Well, sekarang orang sudah pakai teknologi yang bernama photoshop dan kawan-kawannya.
Aku bahkan sulit berimajinasi, aku tidak kreatif. Aku bahkan tidak bisa membedakan jenis-jenis kain.
Oh tolong buang jauh-jauh pikiran itu.
Aku menggambar kan hanya untuk terapi pikiranku yang entah mengapa bisa sedikit lebih tenang.
Jadi sekarang apa?
Tidak ada kan?
Hidupku luntang lantung.
Akademik biasa-biasa saja.
Sifat malas itu jadi melekat padaku dan tak mau pergi lagi.
Yah, aku rindu diriku yang dulu. Yang ambis tentu saja. Persetan dengan kata orang.
Softskill lain yang nyaris tidak ada.
Organisasi?
Oh bahkan malah membuatku semakin pusing.
Aku bahkan sulit bertahan.
Teringat sewaktu SMA, aku berkali-kali berganti eskul.
Aku ingin mencoba banyak hal, cepat bosan, dan akhirnya aku tidak menemukan satu pun yang pas.
Bukan salah mereka, aku saja yang tidak tau apa mauku dan apa kesukaanku.
Aku punya nilai plus?
Oh aku hanya sangat tidak bersemangat menjalani hidup bahkan untuk sekadar keluar kamar pun aku malas.
Aku hanya malas, jangan berlebihan.
Aku tidak mengatakan yang macam-macam, aku pendiam.
Aku hanya malas berbicara, malas menggetarkan pita suaraku.
Attitudeku tidak sebaik itu, berkali-kali aku terjebak masalah hanya karena attitude.
Aku harusnya begini, aku harusnya begitu.
Aku terkadang tidak tahu menyikapi berbagai keadaan.
Aku butuh pelatihan attitude, kurasa.
Kemudian hanya berakhir dengan penyesalan.
Tapi aku benci orang tidak berattitude, mungkin karena itu aku benci diriku sendiri.
Oleh karena itu, aku butuh orang dengan attitude baik untuk membimbingku.
Oh diamlah, lupakan perihal pasangan sekarang. Itu tidak penting sama sekali.
Yaa jangan menganggapku terlalu berlebihan, aku biasa-biasa saja.
Aku tidak sebaik itu.
Aku bahkan buruk sekaali.
Aku hanya beruntung tidak ada yang tahu akan itu.
Tuhan terlalu menyayangiku.
(13/08)
Rasa percaya diri yang sangat rendah.
Saya sangat tidak percaya pada kemampuan diri saya sendiri.
Saya selalu merasa tidak mampu melakukannya padahal ketika melakukannya ternyata saya sangat mampu dan bahkan masuk menjadi yang terbaik.
Saya selalu iri dengan orang-orang dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Terkadang saya merasa bisa lebih baik dari mereka jika saya melakukannya ,sayangnya saya terlalu takut untuk melakukannya.
Mereka berani untuk mencoba, berani mengambil resiko.
Sementara saya terlalu penakut dan terlalu pengecut.
Ketika orang lain melakukannya saya hanya akan berpikir
"ahh hanya seperti itu? Cuma begitu? Kalau begitu, saya pun bisa melakukannya"
Tapi sayangnya saya terlalu takut mencoba.
Di pikiran saya
"ah ini terlalu sulit. Saya tidak mungkin bisa melakukannya. Bagaimana jika saya tidak melakukannya dengan baik? Bagaimana jika saya tidak berhasil? Saya tidak akan sanggup"
Ketika saya mencoba menghapus batasan antara ketakutan dan kenyataan, saya akhirnya dengan terpaksa harus merusak tembok itu..
Apa yang saya dapatkan?
Saya bisa melakukannya. Saya berhasil. Saya bisa menjadi salah satu yang terbaik.
Ternyata saya bisa. Ternyata itu mungkin.
Tetapi...
Pada tantangan selanjutnya, saya kembali takut lagi. Kembali tidak percaya pada diri saya sendiri lagi.
Bagaimana agar rasa percaya diri itu permanen dalam diri saya?
(13/09)
I thought that I'm fine rn.
Sometimes I think I'm not fine, sometimes I think everything is okay.
Saya pikir saya tidak butuh lagi menuangkan perasaan saya. Terkadang saya berbahagia dan merasa seolah dunia saya sudah baik-baik saja.
Tadi pagi saya merasa bahagia. Bersenandung ria, saya bahkan sudah mengurungkan niat untuk menceritakan kisah saya. Saya sudah baik-baik saja. Beberapa puluh menit kemudian, di keramaian, dada saya terasa sesak, saya diam, otak saya berontak, rasanya sakit sekali, sangat menyiksa, saya ingin sekali menangis, menangis sejadi-jadinya, saya ingin pulang, kembali ke ruangan saya dan menangis sepuasnya di sudut. Ternyata saya belum baik-baik saja. Hal seperti ini sering sekali terjadi walaupun tak semuanya saya ingat. Semuanya terjadi begitu saja, sangat tiba-tiba.
Terima kasih pada wajah datar saya, sehingga perubahan ekspresi tak nampak sedikit pun. Setidaknya menurut saya.
Apakah benar saya depresi?
Saya pikir depresi adalah kita merasa sedih berkepanjangan. Setelah mempelajari lebih lanjut, depresi bukan berarti seseorang tidak mampu merasa bahagia. Dia tetap merasa bahagia, sedih juga. Entahlah aku tidak begitu mengerti depresi itu apa. Yang aku rasakan rasa percaya diri yang kian hari kian rendah, aku merasa tidak pantas untuk apapun yang aku dapatkan, pikiran yang semakin sulit menuju positif, kekhawatiran dimana-mana, insomnia, tetapi tidurku tidak kurang, aku selalu membayarnya dengan tuntas, sangat amat sangattt tidak produktif, semangat hidup yang amatt rendah, aku ingin mati, aku tahu sering menyuarakannya, lebih tepatnya aku sangat membenci diriku sendiri. Sangattt. Suka bersedih tanpa alasan, menangis tanpa alasan. Apapun yang terjadi padaku, tolonglah diriku, bantu dirimu sendiri.
Ini bukan berarti diriku yang sebenarnya dan yang selama ini yang aku tunjukkan adalah palsu, semuanya tetaplah asli, bagian ini hanya sisi gelap diriku yang begitu malu untuk kuakui pada dunia, pada orang di sekitarku. Ya, hari ini aku benar-benar mengungkapnya lagi, hey inilah aku, sisi diriku yang lain.
(17/09)
Ya saya kurang iman, saya sangat jauh dari Allah. Sangattt jauhh, mungkin hal itu juga yang membuat saya seperti ini tiga tahun belakangan, atau mungkin lebih lama dari itu. Saya tahu diri, tapi sekali lagi apabila mengubah pandangan semudah itu, saya tidak harus setersiksa ini. Apabila mengasupi diri dengan sisi positif yang bisa dilakukan sendiri, tak perlu ada psikiater dan psikolog di dunia ini, seperti kata orang tua saya haha.
Komentar
Posting Komentar