Tiap yang bernapas tentu punya mataharinya
Berlari mengejar dengan cara tak sama
Walau tak semua suka
Dan lika liku beda
Pandangan tak benar tak terhindari
Debat panjang menghampiri
Lecehan dan umpatan yang penuhi
tak peduli, mulut-mulut itu hanya tak mengerti
Tak merasa butuh beri pengertian
Terus berlari sendirian
Tak hiraukan panggilan
Tolak bantuan
Hingga terjerembab pada dasar
Tentu tak refleks sadar
Hingga otak kembali berpikir
Jadi makhluk tak boleh kikir
Penuh abai dan tak peduli
Bukan keinganan sang kuasa ilahi
Meniti kaki sosialisasi
Karena hidup tak sendiri
Tapi tahukah engkau..
Kutakut kehilangan matahariku
Takut semua serumit dahulu
Mungkin lebih ke hulu-hulu
Takut
Sifat paling pengecut
Terpelihara hingga mengkerut
Ku hanya tersenyum kecut
27/04/2017
Kisah pilu wajan ajaib
Berlari mengejar dengan cara tak sama
Walau tak semua suka
Dan lika liku beda
Pandangan tak benar tak terhindari
Debat panjang menghampiri
Lecehan dan umpatan yang penuhi
tak peduli, mulut-mulut itu hanya tak mengerti
Tak merasa butuh beri pengertian
Terus berlari sendirian
Tak hiraukan panggilan
Tolak bantuan
Hingga terjerembab pada dasar
Tentu tak refleks sadar
Hingga otak kembali berpikir
Jadi makhluk tak boleh kikir
Penuh abai dan tak peduli
Bukan keinganan sang kuasa ilahi
Meniti kaki sosialisasi
Karena hidup tak sendiri
Tapi tahukah engkau..
Kutakut kehilangan matahariku
Takut semua serumit dahulu
Mungkin lebih ke hulu-hulu
Takut
Sifat paling pengecut
Terpelihara hingga mengkerut
Ku hanya tersenyum kecut
27/04/2017
Kisah pilu wajan ajaib
Komentar
Posting Komentar