Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Satu tahun

Lagi pengen mellow dikit boleh ya. Gak mellow si. Mengenang dikit aja. Hm ngapain mengenang yaa. Hm yaudahlah. Ingin memperingati something haha. Hari ini tanggal 29 ya. Besok 30. Besoknya lagi 31. Juli. Tepat 1 tahun yang lalu. Exactly. 29 Juli, ada yang nanya "besok tanggal berapa?" "Emang besok tanggal berapa? Emang hari ini tanggal berapa" pura-pura lugu dan tak tahu. Ada hati yang teriris. Rencana hari itu gagal. 30 Juli, hari bertepatan. Ah sungguh kejam bila hari ini. Terlebih kemarin, ada yang mengingatkan. Baiklah tahan sedikit lagi. 31 Juli, aku sudah tidak tahan lagi. Ketakutan menghantui ku. Kematian mengejar dan maksiat masih di depan mata. Kemarin hari yang penting dan aku memilih hari itu. Maafkan aku. Tapi sungguh kematian tidak menungguku, aku terlalu lama menanti. Kita terlalu lama larut. Nanti aku tak bisa lepas. Semua harus disegerakan. Walau berat. Tapi harus. Yaa gitu aja sih hehe. Udah menghitung tahun ya. Begit...

B E K U (4)

            “kenapa kau bisa punya benda ini?”Tanya seorang bapak-bapak berseragam yang sangar.             “semua orang punya pisau di rumahnya”jawabku dingin. Semua orang di ruangan itu kaget.             “ patoa-toai sekali ini anak”kata bapak tadi geram.             “sudah..sudah.. saya yang interogasi”seorang kawannya menenangkan dan menggeser bapak sangar tadi. “maksudnya…untuk apa kamu pegang-pegang pisau?”pertanyaan yang lucu.             Aku hanya tertawa kecil.             “aih.. gila betulan ini anak. Bukan tugas ta urus ki ini. Urusannya dokter gila”bapak sangar tadi masih mengoceh.         ...
Kini aku paham bagaimana maksud pacaran adalah pelecehan kepada wanita. Sungguh... Dengan sebuah janji omong kosong dan kata-kata manis, lelaki bisa dapat berbagai kenikmatan. Mungkin bagi perempuan juga tapi sungguh suatu saat akan menyesal. Kini aku paham mekanismenya... Sebuah contoh... Lelaki mengajakmu makan berdua dengan dalih dia yang akan membayarnya. Kalian mungkin hanya berteman, tapi bukankah semua memang berawal dari teman? Oh aku tidak melebihkan sungguh tapi tanpa ikatan apapun itu harusnya tak ada yang terjadi walau hanya makan berdua. Lalu kamu makan dengannya. Berdua. Yang ketiga setan. Hanya karena ingin dibayarkan makanannya. Aku kemudian berpikir... Serendah itu kah aku? Sehingga ada yang berani mengajakku seperti itu. Apakah aku sebegitu murahnya? Dulu mungkin hal ini hal yang biasa. Bahkan mungkin indah, makanan gratis. Namun sekarang aku merasa itu benar-benar pelecehan. Harga diriku tergores. Kemudian aku sadar... Itu salahku. Aku tak bisa menja...
Bersyukurlah saat kamu dinasihati itu tandanya masih banyak yang sayang padamu. Ada yang benar-benar peduli akan dunia akhiratmu, kawan. Namun saat semua asa itu kau abaikan. Bahkan kau tukar dengan janji yang tidak kau tepati, maafkanlah bila nasihat itu berhenti. Maaf bila sudah tidak peduli. Apakah berhenti pula menyayangi? Bisa jadi. Maafkan aku yang selama ini banyak bicara. Mencampuri urusan sana sini. Spam tidak jelas. Ceramah panjang lebar seakan sudah jadi manusia paling baik. Tak bosan mengajak. Notifikasi instagram mu penuh dengan tag dariku. Maafkan aku yang lelah. Maafkan aku. Maafkan. Semoga hidup mu tenang tanpaku. Ingat kamu mengingkari janji bukan padaku. Tidak mengkhianatiku, tapi dirimu sendiri dan yang lebih fatal Allah swt yang selalu menyayangimu. Aku menyayangimu,   kawan. Semoga masih.

B E K U (3)

Udara baru, lingkungan baru, sekolah baru dan… diri yang baru. Aku tak bias membohongi otakku yang memang cerdas, namun aku terlalu malas untuk berteman. Sudah seminggu aku di sini dan tebak teman-temanku di Jakarta tak ada satu pun yang menghubungiku walau sekadar bertanya kabar atau apapun terutama dengan cerita yang merebak bahwa aku ditawan pencuri, adikku terbunuh, dan tiba-tiba pindah ke lain pulau. Tapi sepertinya tak ada yang peduli. Aku penasaran, apakah saat meninggal nanti akan ada orang yang melayat ke makamku? Oh iya, aku kan tidak punya Hp, ah kalau pun punya aku tahu memang takkan ada yang menghubungiku. Mereka juga tak peduli. Begitu pula dengan anak-anak kampung ini, aku tebak juga takkan ada yang akan tulus berteman denganku. Wajah datar dan dinginku di hari pertama sukses membuat bisik-bisik dan tatapan-tatapan aneh ditujukan padaku namun setelah tahu kemampuan akademikku, satu per satu dari mereka mulai mendekat. See? Tak ada yang benar-benar tulus di dunia i...