Ini tengah malam. Aku rindu dia. Rindu bercengkrama sampai tubuh bereaksi atas kelelahan di siang hari. Akhirnya tertidur pulas tanpa sadar dengan senyum mengembang. Rindu mengganggu dan membangunkannya tengah malam. Hanya dia yang takkan marah saat tiba-tiba tidur lelapnya terganggu panggilan masuk dariku. Akan terdengar suara khas bangun tidurnya yang lucu. Dimana kucoba menahan tawa demi merengek tanda bersedih agar ia tak marah. Aku tak bisa tidur. Aku rindu dia. Pertama kali kubenci dia. Bahkan pesan singkatnya malas kubaca apalagi kubalas. Saat dia nyatakan rasa aku malah senyum-senyum dan teringat dalam mobil teriak-teriak memeluk boneka hingga dikira kesurupan. Saat dia memegang kedua tangan dengan mata memelas aku perlu menatap lebih lama dan dalam. Benarkah ia tulus? Awalnya tak ingin. Kemudian hinggap rasa takut. Mungkin aku sudah menyayanginya. Akankah ia bergegas beranjak dariku jika tak kugenggam? Namun haruskah menggenggam untuk memiliki? Aku takut. Aku tak ingin kehilangan dia. Aku tak ingin lihat dia bersama orang lain. Aku takut menyesal. Akhirnya hanya anggukan yang ada. Gayaku mungkin memang bukan begini. Aku gadis polos yang tak gaul sama sekali. Tak memiliki pengalaman dan gaya seperti ini. Hingga tiba-tiba memutuskan pergi. "Kamu gadis yang kuat". Terbayang selalu katamu. Tanpa kau sadari akulah orang terlemah. Lemah iman iyakan kata setan. "Kamu yang terbaik". Masih terngiang. Sekali lagi kamu salah. Akulah gadis yang buruk rupa. Bukankah baik buruk berasal dari hati? Kupilih bersamamu kemudian dengan hati yang masih melambung, hatiku dan hatimu, aku kemudian dengan seenaknya pergi. Kenapa semua orang katakan aku kuat? Tanpa mereka tahu diam-diam tengah malamku kuisi dengan rindu. Aku masih lemah. Bila tangis simbol kelemahan, akulah yang terlemah. Tiap malam menangisi salah di masa lalu. Tengah malam tangisi dia yang kutinggalkan. Tawa yang terdengar nyaring redupkan alunan tangis. Tanpa tahu ada luka dalam di sana tiap tatap wajahnya. Senyumnya palsu. Tawanya sumbang. Aku penyebabnya. Aku telah lenyapkan semua bahagianya. Begitu bersalahnya aku. Untuk sementara... Dia akan dapat sendiri penggantiku dan akan kutitip bahagianya pada orang itu. Selalu ingin dia bahagia. Mungkin dengan hadirnya orang lain. Meski hatiku sakit, namun ku tak apa asal tawanya benar-benar kembali. Namun kembali terpikir, aku tak ingin dia kembali seperti dulu. Aku tak ingin kulitnya tersentuh sedikit pun api neraka. Aku selalu terpikir olehnya bahkan kadang lupa orang tuaku. Mereka yang kan tanggung maksiatku kelak. Aku takkan pernah tega mereka terbakar di jahannam karena ku. Dan aku juga takkan tega lihat ayah ibumu berkesudahan layaknya ayah ibuku karenamu. Kembali terlintas yang salah dan untuk diperbaiki. Bahwa kamu takkan pergi walau tak kugenggam bila memang namamu dan namaku terukir berdampingan di lauhul mahfudz.

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I. Tujuan: Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II. Landasan Teori 1. Hukum Ohm “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “ Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan. George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...
Komentar
Posting Komentar