Langsung ke konten utama

B E K U (6)


            Sekarang hari-hariku diisi dengan seorang pria bernama Darto. Sedikit banyak dia mengajarkanku tentang agama yang selama ini hanya sebatas kutahu dari sekolah. Itu pun tak seberapa. Ternyata ilmu agama itu begitu luas, rasanya aku adalah makhluk paling bodoh jika berhadapan dengan agama. Sekarang aku punya kebiasaan baru. Bukan bermain dengan pisau lagi, bahkan aku sudah jarang sekali melihatnya. Nenek menyembunyikan semua benda tajam yang ada di rumah. Ketika sekelabat keinginan menyakiti diri datang lagi, aku punya jurus baru. Mendengarkan murrotal Al-Qur’an. Setiap kali perasaan-perasaan aneh itu mulai menghantui, aku langsung menggunakan sisa-sisa akal sehatku untuk memutar murrotal. Memang tak langsung berhenti, namun setidaknya cukup melegakan. Lama-lama aku jadi terbiasa dan aku tak tahu bahwa semuanya semenenangkan itu. Hingga akhirnya aku lupa rasa sakit dan tertidur. Ya sangat mengherankan memang. Darto menyarankanku untuk itu. Dan oh yah aku sudah punya hp sekarang meski hanya dapat kugunakan sebatas itu. Telponan dengan Darto? Ah kamu bercanda, sejujurnya aku tak sedekat itu dengannya. Hanya saja… entahlah.
            Namun ada yang berbeda dengannya akhir-akhir ini. Dia seakan menjauhiku. Apakah setelah semua yang dia lakukan, hal terbaik yang bisa dilakukannya sekarang adalah menjauhiku? Setelah merasa sedikit berharga untuk hidup dan memiliki kawan, dia akan meninggalkanku?
            “sebenarnya ada beberapa hal yang melenceng tentang semua ini”ucapnya memulai pembicaraan sore ini.
            “maksud kamu?”aku tak paham.
            “seorang ikhwan dan akhwat seharusnya tak punya hubungan yang intens. Ya maksud aku…”
            “aku tidak menyukaimu sebagai pria kok. Aku menganggapmu sebagai teman”apa dia ada rasa terhadapku? Aku kepedean.
            “iya aku tahu. Aku juga menganggapnya begitu. Hanya saja sebenarnya dalam pergaulan ikhwan dan akhwat itu sudah ada aturannya dan batasan-batasannya. Dan sebelum kita melangkah ke hal-hal yang lebih intens lagi lebih kita cegah to?”
            “hal-hal yang lebih intens?”sungguh aku tak paham.
            “mungkin saat ini kita masih belum merasa apa-apa. Maka biarkan seperti itu karena memang harusnya demikian. Tapi kita sungguh tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kita manusia normal. Kamu perempuan, saya laki-laki. Kita masih remaja dengan pencarian jati diri yang masih menggebu-gebu. Setan selalu ada di sekeliling kita. Dan kamu muslimah dimana fitnah bisa menyebar kemana-mana. Saya hanya ingin menjaga agar perasaan kita sebatas menjadi teman. Karena apabila sudah melewati batas maka akan menjadi soal lain lagi. Dan pada akhirnya kita hanya akan menyakiti diri kita sendiri karena perjalanan kita masih sangat panjang untuk ke arah yang lebih serius”
            Aku hanya mengerti sedikit. Mengapa pembicaraan ini menjadi begitu dewasa? Kita hanya ingin berteman, tak lebih.
            “semua berawal dari teman loh”katanya lagi seperti membaca pikiranku.
            “jadi?” tanyaku akhirnya. Bingung dengan cerita yang berputar-putar.
            “kita sudah tidak bisa seperti ini lagi. Tetap menjadi biasa. Kita saling menjaga diri dan menjaga pandangan kita. Komunikasi tidak berlebihan dan sesuai syari’at saja. Saat pertama kali lihat kamu, saya tahu kamu tidak sedang baik-baik saja. Dan saya ingin menolong kamu , saat ini saya rasa tugas saya telah selesai”jawabnya.
            “tapi aku masih mau belajar agama”kataku lagi.
            “nah karena itu aku akan bawakan seorang kawan yang akan membantu kamu memperdalam ilmu agama”jawabnya antusias.
            “terus apa bedanya sama kamu?”
            “ya bedalah. Kan dia perempuan. Jadi kamu bisa belajar sama mahram kamu”jawabnya lagi makin ceria.
            “siapa?”
            “Nining dan Wati”
            “kamu gila ya?”suaraku agak meninggi.
            “loh kenapa?”tanyanya bingung.
            “Nining itu udah ngata-ngatain aku kurang iman”jawabku emosi, kemudian aku sadar akan suatu hal “yahh emang iya sih”lanjutku lirih.
            “saya yakin mereka akan membantu kamu menjadi manusia yang lebih baik. Jauh dari depresi dan melupakan masa lalu mu yang kelam”katanya bersemangat.
            Lupa akan masa lalu ya. Hah. Sepertinya itu suatu kemustahilan.
****
            Nining dan Wati akhirnya menjadi satu-satunya temanku di sekolah ini. Selain Darto yang yahh teman tapi jauh. Sejujurnya aku lebih senang belajar dengan Darto dibanding mereka tapi ah sudahlah. Aku sering diajak pergi kajian-kajian mendengarkan ceramah yang sejujurnya agak membosankan bagiku. Tapi tetap kujalani. Aku agak risih jika diajak ke kajian dan semua orang menggunakan hijab sementara aku menggunakan baju seadanya dan tutup kepala juga seadanya. Aku merasa malu.
            Kemudian hari ini sesuatu yang mengejutkanku terjadi.
            “tadi aku habis dari pasar sama ibu”kata Nining dengan bahagia. “ibu beliin hadiah untuk kamu”katanya lagi sambil membuka kantongan plastic.
            “hadiah? Tapi aku kan tidak sedang ulang tahun”ulang tahunku masih lama.
            “memberi hadiah itu kan Sunnah dari ibunda Aisyah radiallahuanha, dan tidak harus di hari ulang tahun”jawab Nining masih dengan wajah berseri-seri. “ini dia”katanya sambil melebarkan sebuah kain panjang yang aku tahu sebagai penutup kepala alias hijab.
            “wahh bagusnya”Wati memekik kagum.
            Aku menatapnya heran. Mereka memberiku hijab?
            “sekarang ayo coba Kin”Nining masih bersemangat.
            “iya coba Kin. Nining pakaikanki tawwa”kali ini Wati
            Nining akhirnya perlahan-lahan mengenakan hijab itu padaku. Setelah beberapa detik, aku mematut diriku di cermin. Aku kah itu? Aku terlihat amat… berbeda.
            “aku harus pakai ini?”tanyaku polos.
            Nining mengangguk “iya. Wajib. Karena kamu perempuan yang cantik. Dan kamu sudah baligh”
            “kenapa aku harus pakai?”
            “karena itu kewajiban muslimah”kali ini Wati menjawab.
            “mamaku gak pake”
            “karena mungkin ibu ta juga belum terlalu paham mengenai menutup aurat”jawab Nining lembut.
            “kalau aku gak pakai gimana?”
            “nanti Ayahnya Kintan masuk neraka loh”Wati menakut-nakuti. Hah? Emang gitu ya?
            “kok bisa? Kan yang dosa aku”
            “tapi kan Ayahnya Kin yang tanggung semua dosa kin dan ibu Kin sebelum Kin menikah. Kalau sudah nikah, nanti suami yang tanggung. Begitu besar tanggung jawab seorang lelaki”jawab Nining lagi.
            “aku  benci Ayah”tanpa sadar aku nyeletuk. Kulihat Nining dan Wati shock.
            “kenapa?”kali ini Wati yang bertanya.
            “Ayah jahat”
            “ayah Kin gak pernah jahat. Ibu Kin juga. Tak ada orang tua yang jahat pada anaknya” ada. Orang tuaku. “semua yang mereka lakukan untuk kita adalah wujud cinta mereka pada kita, meskipun dengan cara yang berbeda. Atau mungkin saja mereka hanya tidak tahu mengekspresikannya”
            “mereka memang gak sayang aku”
            “kalau nda sayang, nda mungkin datang ke sini saat Kin ada di rumah sakit. Sampai bawakan dokter ganteng dari Jakarta. Sampai menangis terus itu 3 hari 3 malam, nda tidur karena nda sadar-sadar ki”ujar Wati yang seketika membuatku kaget. Benarkah ayah ibu seperti itu?
            “intinya semua orang tua itu baik kin. Semua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, jadi Kin juga harus sayang sama orang tuanya”
            “apa aku Cuma harus pakai ini?”tanyaku menatap diri di cermin.
            “nanti aku ajarin”ucap Nining semakin bersemangat.
***
            Aku merasa seperti terlahir kembali. Menjadi jiwa yang baru. Semua tentang ku berubah. Aku bahkan sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikan di sekolah putih abu-abu. Aku telah menjadi pribadi yang baru. Melupakan perasaan depresi yang menggila itu dan memulai hidup baru dengan dekat dengan-Nya.
            You know,mungkin sedikit banyak dari kita tak suka dicap sebagai kurang iman dan sebagainya tapi ketahuilah mungkin itu ada benarnya. Kita lepas dari ketentraman karena kita jauh dari pencipta kita. Saat imanku sedang down, depresi itu muncul kembali sehingga benar-benar aku harus selalu up imanku agar masa lalu yang ganjil itu benar-benar terkubur dalam. Masih ada yang belum aku ceritakan tentang masa lalu itu ya. Ah sepertinya biarkan itu menjadi rahasiaku dengan Rabb. Hanya saja, jangan pernah judge seseorang karena masalah kejiwaannya. Stigma masyarakat yang selalu menganggap orang dengan masalah kejiwaan sebagai orang gila dan semacamnya lah yang sejujurnya perlahan namun pasti membunuh mereka. Coba beri semangat, beri dukungan tanpa harus tahu apa yang terjadi. Sepertinya itu tak masalah bukan? Kita diajarkan untuk menjadi manusia yang harusnya peduli akan sesama, bukan tukang gossip yang hanya ingin tahu tanpa ada simpati. Kamu tak tahu seberapa berat yang ia rasa. Kamu tak tahu, dia takkan pernah cerita. Mereka tak bisa percayai siapapun itu, mungkin karena takut dianggap aneh, dijauhi, diledek, ditertawakan atau cerita yang menyebar. Tolong jangan ditertawakan sebab masalah pada kejiwaannya tentu bukan masalah biasa. Bullying, kekerasan, sex harassment, trauma, tertekan, stress berlebih dan lainnya. Semua itu bisa memicu masalah dalam kejiwaan seseorang. Terkadang bagi kita sepele, namun bagi orang lain mungkin hal tersebut adalah hal yang amat melukai dirinya. Terutama bullying yang selalu kita anggap remeh, banyak orang yang sudah mati karenanya, tak bisakah satu dua orang saja menjadi pelajaran bagi kita?
            Ketenangan jiwa itu…datangnya dari Allah. Secara spiritual. Semua terjadi karena hal-hal ajaib yang tak diterima nalar namun terasa hingga ke nadi.
***
Tak dapat dipungkiri,  kita memang makhluk sosial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Fisika (Arus & Tegangan)

MENGUKUR ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK I.                    Tujuan:   Mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik II.                 Landasan Teori 1.       Hukum Ohm              “ besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar , asalkan suhu penghantar tetap . “                 Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus, tegangan, dan tahanan berhubungan.  George ohm menentukan secara eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya. Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus seb...

I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TEOKPOKKI Part 1

Dari: diriku Untuk: diriku   saya minta maaf! *** Sebelumnya saya mau review sedikit tentang buku yang sangat excited saya pesan. Sejujurnya ini kali pertama saya memesan buku secara online , ikut pre-order dan nungguin sampe beberapa puluh hari. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Baek Se Hee yang telah sangat berbaik hati berbagi kisahnya dan menuliskannya dalam sebuah buku. Awalnya saya mengetahui buku itu karena direkomendasikan oleh boygroup Korea Selatan, BTS tapi pada saat itu hanya ada versi hangeul beberapa lama kemudian saya melihat postingan seorang psikiater yang saya ikuti di twitter dan ia diberi tanggung jawab menuliskan kata pengantar pada buku tersebut. Setelah itu tentu saja saya langsung mencari tahu buku yang sudah diproduksi dalam Bahasa Indonesia tersebut. Melihatnya langsung membuat saya sangat senang, awalnya saya berpikir akan membacanya dalam waktu satu hari saja, nyatanyaaa…buku setebal 236 halaman tersebut harus saya baca berha...

CINTA KETINGGALAN KERETA (cerpen)

CINTA KETINGGALAN KERETA Tak terdefinisikan Perasaan yang tak terdifinisikan Kereta melaju semakin cepat nan semakin jauh Meninggalkanku terpuruk di sini Sunyi senyap… tak ada siapa-siapa selain rel kereta ****                 Mentari memasuki celah-celah kamarku, menusuk kulit kuning langsatku tepat di wajahku.                 “hooaaamm” sinar mentari menggantikan alarm yang teronggok di depan kasur                 Pagi yang cerah untuk memulai hari baru, mengukir kenangan dalam sebuah buku tebal pemberian Tuhan. Kuayunkan kakiku menuju kamar mandi dan segera bersiap ke sekolah tercinta bertemu puluhan makhluk ciptaan Tuhan. Sebelumnya perkenalkan aku Diah. Aku kelas dua SMA dan Umurku 15 tahun, tidak, tahun ini akan 16 tahun. Tapi sebelum ta...