Kamu tak kan bisa
sendiri.
Dulu aku berpikir aku
bisa melakukan semuanya sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Sungguh sombong.
Tapi pada nyatanya kita hanyalah makhluk sosial yang takkan mungkin bisa lepas
dari orang lain. Tapi bukan berarti kita harus bergantung pada orang lain. Kita
tetap harus mandiri, namun merasa tak butuh orang lain juga suatu kesombongan.
Aku mau bahas mengenai
sahabat hijrah.
Sebenarnya aku agak kikuk
membahas hal seperti ini entah mengapa. Tapi aku jadi kepikiran dengan tips
istiqomah yang paling banyak dan paling utama yakni Sahabat soleh (ah). Dan aku
rasa aku bisa membuktiannya. Jika kamu ingin berubah menjadi lebih baik tentu
takkan bisa bila sendirian. Pasti akan sulit bahkan akan mustahil. Aku mungkin
tak sekokoh kelihatannya tapi di balik diri yang masih tegak yang terlihat, aku
takkan bisa melakukannya bila sendiri. Kita butuh kawan. Kawan yang selalu
mengajak pada kebaikan, mengingatkan pada kebenaran. Mungkin itu yang dimaksud
harta tak terhingga. Tak usah menebak, aku juga tak tahu sedang menceritakan
siapa. Tapi sungguh kita selalu butuh orang-orang di sekitar kita yang siap
merangkul dalam ukhuwah fii sabilillah. Kita manusia tempatnya khilaf dan
futur, saat iman sedang jatuh serendah-rendahnya kita membutuhkan sahabat untuk
membantu kita bangkit dan menstabilkan iman kembali. Jadi jangan hijrah
sendirian kawan, berat. Sangat berat. Kamu takkan sanggup. Orang yang tebal
imannya pun mungkin takkan sanggup apalagi kita yang masih proses belajar dan
amat sering futur. Makanya setiap ada orang yang meminta tips istiqomah selalu
saja dikumandangkan tentang teman-teman saleh. Bukankah rasulullah
sallalahi'alaihiwasallam mengatakan
"Seseorang itu tergantung pada
agama sahabatnya, maka perhatikanlah salah seorang dari kamu kepada siapa dia
bersahabat.” (HR Abu Daud)
Sadar atau tidak, kita
pasti akan mengikut ke sahabat kita atau orang-orang terdekat kita. Karena kita
akan saling pengaruh-mempengaruhi. Maka carilah yang bisa mempengaruhimu dalam
kebaikan. Lihat saja ketika ada orang-orang yang berteman, pasti akan
mirip-mirip pola tingkah mereka. Kesamaan mereka, kesukaan mereka, dan
sebagainya. Karena manusia cenderung berteman karena mereka bisa apersepsi atau
menyamakan persepsi. Kesamaan pemikiran dan yang paling sering kesamaan hobi.
Sehingga kita sejujurnya bisa menilai seseorang berdasarkan teman dekatnya.
Bagi aku sendiri, mungkin
tanpa orang-orang yang mengingatkan ku pada pencipta, aku takkan seperti yang
kalian lihat. Aku mungkin sudah jatuh ke dasar terdalam. Tak mungkin bisa
mengandalkan diri sendiri. Karena akan ada masa dimana kita futur, begitu pula
dengan kawan kita dan terjadilah timbal balik, kita yang mengingatkan mereka. Bukankah
dalam Al-Qur’an sudah disebutkan agar kita saling nasihat-menasihati di jalan
Allah? Bukankah ketika melakukannya bersama-sama akan terasa menyenangkan?
Begitu juga dengan hijrah. Akan terasa indah bila dilakukan bersama. Bayangkan
saja seorang yang ingin hijrah kemudian sahabat dekatnya adalah orang yang
mungkin belum menutup aurat pasti berada di antara mereka akan menciptakan
keanehan tersendiri. Namun bila dibalik, hanya seorang diri yang tak berhijab
di antara teman yang berhijab mungkin orang tersebut juga akan tersentil
hatinya. Semua faktor lingkungan dan tentu atas kuasa Allah subhanawata'ala.
Bukankah lingkungan berperan amat penting dalam menentukan karakter seseorang?
Maka dari itu kita butuh memfilter lingkungan kita. Berteman dengan siapa saja
namun berkarib dengan orang-orang saleh. Mungkin seperti itu.
Sebagai manusia terlebih
wanita, kita suka menceritakan kisah kita pada orang lain. Atau mungkin hanya
sekadar meminta saran maka tentu kita butuh orang-orang yang bisa memberi saran
dan menuntun kita sesuai dengan kaidah-kaidah Al-qur'an dan hadist karena
kehidupan kita ya memang berpatokan pada keduanya dan takkan bisa lepas.
Sungguh hal ini tak bisa
kita remehkan. Bahkan seorang ustadz pernah bilang "jika kamu niat hijrah kemudian
masih berkumpul dengan orang-orang yang mengajak pada keburukan, saya yakin
besok kamu akan kembali lagi. Tak bisa istiqomah" beliau menyampaikannya dengan amat tegas dan
selalu terngiang di telingaku. Kemudian lama-lama aku berpikir ah benar juga
ustadz ini.
Seseorang juga memberitahuku
dengan tegas "berteman saja dengan mereka, tak apa. Jangan memutus silaturahim tapi
lebih banyaklah berteman dengan orang soleh. Berikan waktumu lebih banyak
bersama majelis bukan nongkrong tak jelas. Jika waktumu lebih banyak bersama
orang yang mengajak kepada keburukan daripada orang yang soleh, maka jangan harap
kamu bisa istiqomah. Itu takkan mungkin. Ajak lah juga kawan lamamu, tapi
tebalkan dulu imanmu. Karena iman yang belum matang dan ajakan pada perkara
duniawi semata pasti akan kalah. Yang ada hanya kita yang dipengaruhi".
Sahabat yang ingin
berkawan denganmu sampai Jannah pasti akan selalu mengingatkan dalam kebaikan.
Tak pernah kenal bosan. Dan seorang muslim sejati adalah orang yang hatinya
lapang mendengarkan nasihat. Tak ada rasa kesal di hatinya bila dinasihati,
malah akan sangat berterima kasih. Karena masih ada orang yang peduli dan ingin
mengingatkan. Bayangkan saja bila kita berjalan di muka bumi ini begitu saja.
Tanpa ada orang lain menasihati. Maka menurut aku, kalau teman kamu gak bisa
nasihatin dan menunjukkanmu ke jalan yang benar kayaknya perlu dipertanyakan
pertemanannya. Seorang kawan yang sayang pada kawannya pasti ingin yang terbaik
untuk kawannya. Bukan membiarkan apalagi menjerumuskan.
Begitu pentingnya kawan soleh.
Yang menulis
tidak lebih baik dari yang membaca
“sebaik-baiknya saya, lebih baik anda. Seburuk-buruknya
anda, lebih buruk saya” RMD
Komentar
Posting Komentar